Home / Rumah Tangga / Gairah Saudara Ipar / Peringatan Sang Ibu

Share

Peringatan Sang Ibu

Author: Nona Lee
last update Last Updated: 2025-10-10 22:53:20

Langit malam masih gelap, hanya cahaya lampu taman yang menerangi halaman depan rumah keluarga Wijaya. Andri memarkir mobilnya dengan hati tak tenang. Dadanya masih berdebar sejak meninggalkan Mona. Bayangan wanita itu, dengan mata sendu dan bibir gemetar setelah ciuman mereka masih begitu jelas di kepalanya.

Namun begitu dia melangkah masuk ke rumah, langkahnya langsung terhenti. Di ruang tamu, Kania sudah duduk menunggunya. Wajah ibunya tampak tegas, namun sorot matanya menusuk.

"Andri," panggil Kania pelan tapi tegas. "Kau baru pulang?"

Andri menelan ludah. "Iya, Bu. Ada urusan sedikit di luar." Dia berusaha menampilkan senyum sopan, tapi suaranya goyah.

Kania hanya menatapnya, lama. Ada jeda panjang sebelum wanita itu berbicara lagi.

"Urusan apa yang membuatmu keluar malam-malam begini? Dan entah sudah berapa kali aku lihat kau diam-diam pergi setelah pulang kantor. Kau pikir Ibu tidak memperhatikanmu?"

Nada lembut itu berubah dingin. Andri menunduk, berusaha tetap tenang. "
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Bundanya Khaliza
Kalo ga mau di jodoh kan.. bisa cari yang lain andri... jangan Sama perempuan yang mau di sentuh sana sini.. dengan alasan kesepian Dan di abaikan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Gairah Saudara Ipar   Rahasia Yang Terbongkar

    Malam itu, kediaman utama keluarga Wijaya tampak begitu ramai dan hangat.Lampu gantung kristal di atas ruang makan berpendar lembut, memantulkan cahaya ke seluruh ruangan dengan kilau keemasan yang elegan. Di tengah meja panjang itu, aneka hidangan tersaji rapi. Dari sup ayam ginseng buatan koki keluarga, hingga daging panggang khas rumah yang menjadi favorit Raka sejak kecil.Namun di balik kehangatan suasana itu, ada sesuatu yang dingin mengendap. Sesuatu yang tidak bisa dijelaskan, tapi terasa jelas di udara.Mona duduk di sebelah Raka, dengan perutnya yang kini mulai terlihat membulat. Raka tampak sibuk menyiapkan piring dan memastikan istrinya makan dengan nyaman. Sikap lembutnya malam itu bahkan sempat membuat Kania mengulas senyum tipis. Meski samar, masih terasa ada sesuatu di balik tatapan matanya.Sementara itu, di seberang meja, Andri duduk diam.Lelaki muda itu menunduk sedikit, menatap piringnya, namun sesekali matanya terarah diam-diam ke arah Mona. Hanya sekelebat pand

  • Gairah Saudara Ipar   Ketakutan Mona

    Waktu berlalu cepat seperti bayangan senja. Kini usia kandungan Mona telah memasuki bulan keenam. Perutnya mulai membulat indah, menjadi tanda kehidupan baru yang perlahan tumbuh di dalam dirinya. Kehidupan yang masih membuatnya gelisah setiap kali mengingat siapa di antara dua lelaki itu yang telah menanam benihnya. Setiap hari, kehidupannya terbagi dua. Pagi dan malam dia bersama Raka, yang kini berubah menjadi suami yang hangat dan penuh perhatian. Raka tak lagi sibuk seperti dulu, sering membatalkan rapat hanya demi memastikan Mona makan tepat waktu atau tidak terlalu lelah. Sentuhan lembut, senyum hangat, dan cara Raka menatapnya kini mengembalikan sedikit kenangan lama tentang cinta mereka di awal pernikahan. Namun di sisi lain, ada Andri, yang diam-diam masih sering datang dengan alasan ingin tahu kabar keponakannya. Lelaki itu tetap sama, lembut, penuh perhatian, namun perlahan mulai menunjukkan sisi yang lebih obsesi. Diq terlalu takut kehilangan, terlalu takut Mona aka

  • Gairah Saudara Ipar   Sentuhan Penuh Kehati-hatian

    Langit sore tampak kelabu, seolah ikut menyimpan rahasia yang berat. Andri berdiri di depan rumah kakaknya, menatap pintu yang sudah begitu akrab baginya. Kata-kata ibunya pagi tadi masih bergema di kepala, tapi hasrat untuk bertemu Mona jauh lebih kuat daripada rasa takutnya. Dia tak peduli lagi pada ancaman atau amarah. Dia hanya tahu, dirinya rindu. Dengan napas tertahan, Andri menekan bel. Tak lama, pintu terbuka. Di sana berdiri Mona, dengan wajah lelah namun tetap lembut seperti biasa. Sekilas terkejut melihat siapa yang datang, namun tatapan itu cepat berubah menjadi hangat. "Andri…?" suaranya pelan, setengah ragu. "Ada apa? Bukankah seharusnya kau di kantor?" Andri tak menjawab. Dia hanya menatap wanita itu dalam diam, menelan rindu yang selama ini ditahan. Lalu perlahan, dia melangkah masuk. "Aku hanya ingin melihatmu," jawabnya. Mona menghela napas. "Mm begitu? Harunya kau mengabariku dulu. Kita harus lebih berhati-hati, Raka mencurigai kita." "Aku tidak peduli,"

  • Gairah Saudara Ipar   Peringatan Sang Ibu

    Langit malam masih gelap, hanya cahaya lampu taman yang menerangi halaman depan rumah keluarga Wijaya. Andri memarkir mobilnya dengan hati tak tenang. Dadanya masih berdebar sejak meninggalkan Mona. Bayangan wanita itu, dengan mata sendu dan bibir gemetar setelah ciuman mereka masih begitu jelas di kepalanya. Namun begitu dia melangkah masuk ke rumah, langkahnya langsung terhenti. Di ruang tamu, Kania sudah duduk menunggunya. Wajah ibunya tampak tegas, namun sorot matanya menusuk."Andri," panggil Kania pelan tapi tegas. "Kau baru pulang?" Andri menelan ludah. "Iya, Bu. Ada urusan sedikit di luar." Dia berusaha menampilkan senyum sopan, tapi suaranya goyah. Kania hanya menatapnya, lama. Ada jeda panjang sebelum wanita itu berbicara lagi. "Urusan apa yang membuatmu keluar malam-malam begini? Dan entah sudah berapa kali aku lihat kau diam-diam pergi setelah pulang kantor. Kau pikir Ibu tidak memperhatikanmu?" Nada lembut itu berubah dingin. Andri menunduk, berusaha tetap tenang. "

  • Gairah Saudara Ipar   Perasaan Cemburu Andri

    Suasana ruang kerja Andri sore itu terasa begitu sepi. Hanya bunyi detik jam dinding dan suara lembut pendingin ruangan yang mengisi ruangan luas bergaya minimalis itu. Dia baru saja selesai menerima laporan proyek ketika ponselnya bergetar di atas meja. Sebuah pesan masuk. Nama itu, Mona.Andri langsung mengambil ponselnya. Jemarinya sempat berhenti di udara, seolah takut membaca sesuatu yang akan membuat dadanya berdebar lebih cepat. Namun ketika layar terbuka, hanya ada kalimat singkat. Pesan itu diikuti oleh foto hasil pemeriksaan USG samar, hitam putih, namun cukup jelas menunjukkan bentuk kecil yang sedang tumbuh di dalam rahim wanita itu. Andri terdiam lama. Ada perasaan aneh yang menyeruak di dadanya, campuran antara bahagia, haru, sekaligus getir. Bibirnya perlahan membentuk senyum kecil, tapi matanya terasa panas."Jadi… kau benar-benar mengandung," bisiknya lirih.Dia menyandarkan tubuhnya di kursi, menatap layar itu lama. Senyumnya melemah seiring pikiran yang berput

  • Gairah Saudara Ipar   Mengalah

    Pagi itu, udara masih lembap sisa embun. Raka sudah berangkat ke kantor setelah sarapan cepat bersama Mona. Lelaki itu bahkan sempat mencium kening istrinya sebelum pergi, membuat wanita itu menatap punggungnya dengan rasa bersalah yang menyesakkan. Begitu mobil Raka menghilang di tikungan, Mona menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Dia hanya ingin menikmati pagi yang tenang, namun ketenangan itu buyar seketika ketika suara deru mesin mobil lain berhenti di depan rumah. Jantungnya berdetak cepat. Dia tahu suara itu. Beberapa detik kemudian, bel berbunyi. Mona menatap pintu dengan tangan bergetar, dan ketika dia membukanya, sosok Andri berdiri di sana. Wajahnya tegang, napasnya tampak sedikit berat."Andri?" suaranya lirih, hampir tak terdengar. Lelaki itu menatapnya dalam, mata hitamnya penuh sesuatu yang menekan rindu, marah, juga rasa memiliki yang sulit dijelaskan. "Aku tidak tahan, Mona," katanya pelan. "Aku harus melihatmu." Mona hanya bisa menatap diam. Sebelum s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status