Terlalu lama ditinggal oleh sang suami bekerja, Mona merasa begitu kesepian. Sampai pada suatu titik seseorang datang hingga membuat nyaman. Dia adalah Andri, adik iparnya sendiri. Lelaki itu masih sangat muda, namun mampu membuat Mona tergoda. Hingga pada suatu malam, sebuah kejadian tak terduga pun terjadi diantara mereka. Andri jatuh ke pelukan sang kakak ipar, keduanya hanyut dalam nafsu sesaat yang jelas tidak ada ujungnya. Hubungan rahasia pun Mona jalani bersama Andri, bahkan ketika Raka pulang. Gairah yang semakin membara memang tidak bisa di tolak, akan tetapi apakah hubungan mereka akan terus berlangsung lama? Bagaimana jika pada suatu hari Raka mengetahuinya?!
view more"Lebih baik kau menjadi janda, dari pada terus ditinggal seperti ini Mona."
Mona, wanita cantik bertubuh seksi itu hanya bisa tersenyum. Sudah menjadi makanan sehari-hari, ketika para tetangga itu menggunjingnya. Dengan penuh kesabaran, Mona selalu menahan amarahnya."Suamiku itu bukan pergi tanpa alasan yang jelas. Dia bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup kami setiap harinya," ucap wanita cantik itu, dengan senyum indahnya."Ah itu cuma alasan, bagaimana jika dia menemukan wanita idaman lain di luar sana?"Mona sudah sangat lelah mendengar semua ocehan tetangganya itu. Dia berpikir, lebih baik pergi daripada bertengkar dengan mereka."Maaf ya Ibu, saya masih ada urusan di rumah. Permisi.."Sebuah alasan yang membuat Mona bisa pergi dari kerumunan ibu-ibu tukang gosip itu. Walaupun mungkin nantinya dia akan digosipkan lebih parah dari pada ini. Itu tidak masalah, asalkan semua gunjingan itu tidak dia dengar lagi.Mona, dia hidup sendiri di sebuah rumah mewah. Wanita cantik itu memiliki seorang suami yang baik dan juga kaya raya bernama Raka. Namun lelaki itu bekerja di luar negeri, sehingga tidak bisa selalu melihat sang istri setiap saat. Situasi ini membuat Mona merasa begitu kesepian, dia tidak bisa merasakan kehangatan seorang suami yang begitu dirindukannya. Hanya sebuah telpon dan pesan singkat yang Mona terima setiap saatnya, tidak ada kemesraan atau pun hubungan ranjang yang panas.Sebagai seorang yang sangat sibuk, Raka hanya bisa memanjakan sang istri dengan uang yang berlimpah. Satu bulan sekali dia mungkin pulang, namun setelahnya pergi untuk waktu yang lebih lama lagi. Semua itu membuat Mona tidak merasa bahagia. Namun demi sebuah perasaan yang ada di dalam hatinya, dia tetap bertahan.Uang dan keduniaan memanglah penting, namun jika waktu yang di miliki kurang, apa gunanya semua itu? Mona hanya ingin perhatian, dia hanya ingin sebuah kasih sayang dari sang suami. Semua itu masih belum dia dapatkan, bahkan sebuah kabar saja rasanya sulit sekali.Terkadang Mona sempat berfikir, apakah hubungan rumah tangganya akan berakhir seperti ini?"Kakak? Kak Mona?"Suara seorang lelaki membuat wanita cantik itu menatap ke belakang. Dia melihat sang adik ipar dengan sebuah kantong kresek yang ada di tangan kanannya. Andri, itulah namanya.Seperti biasa, Andri selalu mengantarkan makanan yang dibuatkan oleh mertuanya dari rumah. Sebuah perhatian kecil agar Mona tidak terlalu merasa kesepian di rumah, terlebih karena wanita itu masih belum memiliki seorang keturunan. Sebagai seorang adik ipar yang baik, Andri hanya berusaha untuk menuruti apa yang di perintahkan oleh Raka sang kakak. Setidaknya untuk sering mengunjungi Mona di rumah."Andri, sejak kapan kau di sana?"Mona tersenyum sembari menghampiri sang adik ipar yang berdiri di ambang pintu, dia menepuk bahunya pelan untuk bergurau."Kenapa diam di sana? Apa kau seorang pengantar paket? Masuklah Andri, ini bukan rumah orang lain. Ini adalah rumah kakakmu," ucap Mona kepada lelaki itu.Andri tersenyum kecil, "Bukan begitu. Kakak kan tinggal di sini sendirian, jadi tidak enak juga jika langsung masuk seperti yang Kakak pinta.""Kau ini bicara apa? Cepat masuklah! Aku akan membuatkan kau kopi atau teh."Mona menarik lengan adik iparnya itu, mau tidak mau Andri pun duduk di sana. Lelaki itu sempat malu karena merasa tidak enak jika harus seperti ini, iya mungkin karena sebuah hal."Ibu memasakkan Kakak sup iga, dan aku juga membeli Boba tadi ketika di perjalanan."Andri menyodorkan apa yang dia bawa dalam kantong kresek itu, Mona pun langsung tersenyum ketika melihat apa yang ada dihadapannya. Sebuah minuman yang sangat dia suka."Baik sekali, kalau begitu aku tidak jadi membuat minum. Lebih baik duduk manis di sini saja bersamamu."Mona duduk tepat di hadapan Andri, namun lelaki itu malah memalingkan pandangannya. Bukan tanpa sebab, tapi karena Mona duduk dengan kaki terbuka sehingga dalaman wanita itu sampai terlihat oleh Andri. Entah sadar atau tidak, yang jelas hal itu membuat Andri malu sendiri.Apa dia sengaja? Astaga miliknya terlihat jelas seperti itu. Kak Mona, apa kau sedang menguji kesabaran ku lagi? Batin Andri resah.Lelaki tampan itu berpura-pura untuk menatap ponselnya, sedangkan Mona masih santai menyantap makanan dan juga minuman yang dibawa oleh Andri."Kau tidak makan? Hey Andri?" Tanya Mona kepada lelaki di hadapannya."Tidak, aku sudah makan di rumah tadi. Oh iya Kak, ngomong-ngomong kak Raka kapan pulang? Rasanya bulan ini dia jarang sekali membalas pesan dariku," ucap Andri kepada sang Kakak ipar."Entahlah Andri, Kakakmu itu selalu mengatakan sibuk dan sibuk. Entah apalagi yang ingin dia kejar, padahal sebagai seorang istri aku tidak terlalu meminta apapun. Aku hanya ingin jika Raka berada di Indonesia lebih lama."Wajah Mona terlihat sangat sedih sekarang, apalagi ketika Andri membicarakan tentang suaminya. Raka, dia selalu fokus dengan pekerjaannya. Mungkin hanya uang dan juga posisi yang dia cari saat ini, padahal Mona juga membutuhkan kasih sayang dari suaminya itu. Dia sudah cukup menderita dengan rasa kesepian ini, tidak ada yang bisa dilakukan kecuali menelannya sendiri.Andri, mungkin hanya dia yang sering mengunjungi Mona di sini. Karena kedua orang tuanya sudah meninggal, belum lagi dengan sang mertua yang selalu sibuk. Jadi spa yang bisa Mona lakukan? Tidak ada.Mona hidup sendiri di rumah mewah ini, tanpa ada anak ataupun orang yang bisa mengerti dirinya. Jika boleh memilih, kenapa dia harus mau menikah dengan Raka? Jika pada akhirnya hanya kesepian yang dia dapatkan."Kak? Apa Kakak baik-baik saja? Maaf jika pertanyaan ku membuat Kakak merasa sedih."Lelaki tampan itu pindah ke tempat sang kakak ipar duduk, dia mengusap lengannya agar Mona tidak merasa sedih lagi. Namun apa yang dirasakan oleh wanita itu? Dia malah merasakan sensasi yang berbeda. Sebuah sentuhan itu membuat si wanita kesepian terangsang dibuatnya. Andri, kau sudah salah langkah sekarang!Mona sadarlah! Dia bukan siapa-siapa kecuali adik ipar mu sendiri. Jangan berpikir macam-macam! Sadarlah Mona! Batin wanita itu.Mona bangun dari tempatnya duduk, "Tidak ada Ndri, oh iya maaf Kakak ingin ke belakang dulu. Kau ingin dibuatkan sesuatu?""Tidak, oh iya Kak kalau begitu aku pamit pulang saja. Maaf untuk yang tadi, jika Kakak mau besok kita pergi keluar. Iya setidaknya agar Kakak tidak merasa terus kesepian di rumah."Andri tersenyum manis, dia juga langsung mengambil kunci motor yang ada di atas meja itu lalu pulang. Mona hanya bisa menatapnya dari jauh, bahkan ajakan dari adik iparnya itu masih belum dia jawab. Namun dia yakin jika Andri akan kembali datang besoknya."Apa yang harus aku lakukan? Apakah dia benar-benar ingin mengajakku keluar? Astaga, kenapa akhir-akhir ini aku dekat sekali dengan Andri?"Mona mungkin sadar, jika akhir-akhir ini dia sangat dekat dengan adik iparnya itu. Mungkin karena sang suami sendiri yang meminta Andri untuk sering mengunjungi istrinya di rumah. Padahal itu bukan ide yang bagus, terlebih karena di masa lalu, Andri sempat menyukai kakak iparnya itu.Malam itu, kediaman utama keluarga Wijaya tampak begitu ramai dan hangat.Lampu gantung kristal di atas ruang makan berpendar lembut, memantulkan cahaya ke seluruh ruangan dengan kilau keemasan yang elegan. Di tengah meja panjang itu, aneka hidangan tersaji rapi. Dari sup ayam ginseng buatan koki keluarga, hingga daging panggang khas rumah yang menjadi favorit Raka sejak kecil.Namun di balik kehangatan suasana itu, ada sesuatu yang dingin mengendap. Sesuatu yang tidak bisa dijelaskan, tapi terasa jelas di udara.Mona duduk di sebelah Raka, dengan perutnya yang kini mulai terlihat membulat. Raka tampak sibuk menyiapkan piring dan memastikan istrinya makan dengan nyaman. Sikap lembutnya malam itu bahkan sempat membuat Kania mengulas senyum tipis. Meski samar, masih terasa ada sesuatu di balik tatapan matanya.Sementara itu, di seberang meja, Andri duduk diam.Lelaki muda itu menunduk sedikit, menatap piringnya, namun sesekali matanya terarah diam-diam ke arah Mona. Hanya sekelebat pand
Waktu berlalu cepat seperti bayangan senja. Kini usia kandungan Mona telah memasuki bulan keenam. Perutnya mulai membulat indah, menjadi tanda kehidupan baru yang perlahan tumbuh di dalam dirinya. Kehidupan yang masih membuatnya gelisah setiap kali mengingat siapa di antara dua lelaki itu yang telah menanam benihnya. Setiap hari, kehidupannya terbagi dua. Pagi dan malam dia bersama Raka, yang kini berubah menjadi suami yang hangat dan penuh perhatian. Raka tak lagi sibuk seperti dulu, sering membatalkan rapat hanya demi memastikan Mona makan tepat waktu atau tidak terlalu lelah. Sentuhan lembut, senyum hangat, dan cara Raka menatapnya kini mengembalikan sedikit kenangan lama tentang cinta mereka di awal pernikahan. Namun di sisi lain, ada Andri, yang diam-diam masih sering datang dengan alasan ingin tahu kabar keponakannya. Lelaki itu tetap sama, lembut, penuh perhatian, namun perlahan mulai menunjukkan sisi yang lebih obsesi. Diq terlalu takut kehilangan, terlalu takut Mona aka
Langit sore tampak kelabu, seolah ikut menyimpan rahasia yang berat. Andri berdiri di depan rumah kakaknya, menatap pintu yang sudah begitu akrab baginya. Kata-kata ibunya pagi tadi masih bergema di kepala, tapi hasrat untuk bertemu Mona jauh lebih kuat daripada rasa takutnya. Dia tak peduli lagi pada ancaman atau amarah. Dia hanya tahu, dirinya rindu. Dengan napas tertahan, Andri menekan bel. Tak lama, pintu terbuka. Di sana berdiri Mona, dengan wajah lelah namun tetap lembut seperti biasa. Sekilas terkejut melihat siapa yang datang, namun tatapan itu cepat berubah menjadi hangat. "Andri…?" suaranya pelan, setengah ragu. "Ada apa? Bukankah seharusnya kau di kantor?" Andri tak menjawab. Dia hanya menatap wanita itu dalam diam, menelan rindu yang selama ini ditahan. Lalu perlahan, dia melangkah masuk. "Aku hanya ingin melihatmu," jawabnya. Mona menghela napas. "Mm begitu? Harunya kau mengabariku dulu. Kita harus lebih berhati-hati, Raka mencurigai kita." "Aku tidak peduli,"
Langit malam masih gelap, hanya cahaya lampu taman yang menerangi halaman depan rumah keluarga Wijaya. Andri memarkir mobilnya dengan hati tak tenang. Dadanya masih berdebar sejak meninggalkan Mona. Bayangan wanita itu, dengan mata sendu dan bibir gemetar setelah ciuman mereka masih begitu jelas di kepalanya. Namun begitu dia melangkah masuk ke rumah, langkahnya langsung terhenti. Di ruang tamu, Kania sudah duduk menunggunya. Wajah ibunya tampak tegas, namun sorot matanya menusuk."Andri," panggil Kania pelan tapi tegas. "Kau baru pulang?" Andri menelan ludah. "Iya, Bu. Ada urusan sedikit di luar." Dia berusaha menampilkan senyum sopan, tapi suaranya goyah. Kania hanya menatapnya, lama. Ada jeda panjang sebelum wanita itu berbicara lagi. "Urusan apa yang membuatmu keluar malam-malam begini? Dan entah sudah berapa kali aku lihat kau diam-diam pergi setelah pulang kantor. Kau pikir Ibu tidak memperhatikanmu?" Nada lembut itu berubah dingin. Andri menunduk, berusaha tetap tenang. "
Suasana ruang kerja Andri sore itu terasa begitu sepi. Hanya bunyi detik jam dinding dan suara lembut pendingin ruangan yang mengisi ruangan luas bergaya minimalis itu. Dia baru saja selesai menerima laporan proyek ketika ponselnya bergetar di atas meja. Sebuah pesan masuk. Nama itu, Mona.Andri langsung mengambil ponselnya. Jemarinya sempat berhenti di udara, seolah takut membaca sesuatu yang akan membuat dadanya berdebar lebih cepat. Namun ketika layar terbuka, hanya ada kalimat singkat. Pesan itu diikuti oleh foto hasil pemeriksaan USG samar, hitam putih, namun cukup jelas menunjukkan bentuk kecil yang sedang tumbuh di dalam rahim wanita itu. Andri terdiam lama. Ada perasaan aneh yang menyeruak di dadanya, campuran antara bahagia, haru, sekaligus getir. Bibirnya perlahan membentuk senyum kecil, tapi matanya terasa panas."Jadi… kau benar-benar mengandung," bisiknya lirih.Dia menyandarkan tubuhnya di kursi, menatap layar itu lama. Senyumnya melemah seiring pikiran yang berput
Pagi itu, udara masih lembap sisa embun. Raka sudah berangkat ke kantor setelah sarapan cepat bersama Mona. Lelaki itu bahkan sempat mencium kening istrinya sebelum pergi, membuat wanita itu menatap punggungnya dengan rasa bersalah yang menyesakkan. Begitu mobil Raka menghilang di tikungan, Mona menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Dia hanya ingin menikmati pagi yang tenang, namun ketenangan itu buyar seketika ketika suara deru mesin mobil lain berhenti di depan rumah. Jantungnya berdetak cepat. Dia tahu suara itu. Beberapa detik kemudian, bel berbunyi. Mona menatap pintu dengan tangan bergetar, dan ketika dia membukanya, sosok Andri berdiri di sana. Wajahnya tegang, napasnya tampak sedikit berat."Andri?" suaranya lirih, hampir tak terdengar. Lelaki itu menatapnya dalam, mata hitamnya penuh sesuatu yang menekan rindu, marah, juga rasa memiliki yang sulit dijelaskan. "Aku tidak tahan, Mona," katanya pelan. "Aku harus melihatmu." Mona hanya bisa menatap diam. Sebelum s
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments