Share

Tuan Sempurna

Angela menepikan mobil sedan Lexus GS F miliknya di pinggir kawasan Chinatown. Letaknya berada di pusat Pender Street, dikelilingi oleh Gaston dan Kawasan pusat bisnis dan keuangan.

Dengan sangat hati-hati Angela menutup pintu mobil. Sebenarnya mobil ini bukan miliknya, namun Sebastian bersikeras agar ia memakai mobil pemberiannya ini kemanapun ia pergi. Angela tidak punya pilihan, mobil yang ia beli dengan jerih payahnya harus ia relakan sesaat setelah ia resmi menikah dengan Sebastian.

Ia yang tidak mempunyai celah untuk membela diri, dengan bodohnya harus merelakan uang hasil jerih payahnya membeli mobil sedan BMW i8 coupe hybrid jatuh begitu saja ke tangan adiknya Lavenska. Bukan hanya mobil, tapi rumah, beauty studio dan juga butik kecil miliknya. Semua yang ia punya.

Angela menggelengkan kepalanya kuat, Tidak... Lavenska bukan adiknya. Ia tidak mempunyai hubungan darah sedikitpun dengan wanita itu. Kehadiran Lavenska dan Ibunya membuat hari di dalam hidupnya mendadak gelap, tanpa sinar matahari, apalagi indahnya pelangi.

Sial, mengingat nama mereka membuat hariku menjadi semakin buruk!

Aroma manis roti New Town Bakery and Restaurant memanjakan indra penciumannya. Memaksa kedua sudut bibirnya tertarik ke samping begitu ia melangkahkan kakinya masuk. Bakery ini sudah ada sejak ia kecil dahulu. Kata ayahnya, ini adalah bakery paling legendaris disini, sudah 30 tahun dan mereka masih berhasil menjaga kualitas rasa.

Angela memilih Red Bean Cake, Sweet Chinese donut, dan almond snap sebagai menu pembuka. Rencananya ia akan memesan hidangan lain nanti. Ia tidak peduli dengan berapa kadar kalori yang akan ia timbun lewat suapan roti-roti manis itu. Yang jelas, ia hanya ingin memakan roti-roti itu saat ini dan tidak ada yang bisa mencegahnya.

"Hey, Sweety..." seorang wanita bertubuh berisi dengan rambut pirang mengusap punggung Angela.

Angela tersenyum lebar, "Kamu tahu dimana harus menemukanku, Frisca."

"Kamu dan kecintaanmu dengan bakery ini. Bagaimana bisa aku tidak tahu?"

Angela dengan mulut penuh roti menunjuk kursi kosong di depannya, memberikan kode agar Frisca duduk, "Jadi, sudah kamu temukan siapa laki-laki itu?"

Terdengar helaan nafas dari Frisca, manik matanya menatap Angela sedih, "Jika ini tentang Garvin..."

"No. Ini bukan lagi tentang masa lalu, Frisca," potong Angela cepat, "Aku bisa gila jika tidak menemukan laki-laki itu."

"Kamu sudah menikah, Angela! Dan demi Tuhan, suamimu adalah bentuk obsesi dari seluruh wanita di kota ini! Tidakkah kamu bisa membiarkan kehidupan ini mengalir begitu saja?"

Seketika Angela menghentikan sweet chinese donut yang hampir saja masuk ke dalam mulutnya, "Apa? Membiarkan? Bagaimana bisa kamu tega berkata seperti itu padahal kamu yang paling tahu kejadian yang sebenarnya, Frisca?!"

Pandangan mata Angela yang lurus menatap Frisca membuat gadis itu salah tingkah. Ia tahu kalimatnya sudah sangat menyinggung Angela. Apapun tentang laki-laki itu, semuanya menjadi obsesi yang mengerikan bagi Angela.

"Hey, listen..." Frisca membenarkan posisi duduknya, "Sebastian belum tentu berhubungan dengan laki-laki ini. I mean, this man is Sebastian Evan Sanders! Oh my God, bukan suatu hal yang sulit jika ia ingin membuat seluruh kota ini kacau, Angela. Jangkauannya terlalu luas untuk hanya terobsesi dengan hubunganmu dan Garvin!"

"Oh, kamu mulai mengacaukan hariku seperti yang lainnya, Frisca!" Angela membuang rotinya ke atas piring dengan kasar. Gerak tangannya dengan cepat memasukkan handphone dan menyambar kunci mobilnya.

Saat hendak berdiri, Frisca memegang tangan Angela kuat, "Ingat, apapun suasana hatimu saat ini, jangan pergi ke club. Apalagi menemui sahabat-sahabat selebgrammu."

"Pergilah, Frisca. Kamu hanya managerku, bukan ibuku!"

Saat melihat punggung Angela yang semakin menjauh dan memasuki mobilnya, Frisca meraih handphone dari saku celananya. Sorot matanya mendadak serius, jarinya sudah sangat hafal dengan nomor yang ia telepon.

Saat panggilan tersambung, Frisca berkata dengan dingin, "Angela semakin jauh bertindak. Apa yang harus ku lakukan?"

Sementara di meja sebelahnya, seorang laki-laki bertubuh besar tegap segera meninggalkan mejanya, ia menekan handsfree di telinganya lalu berkata pelan, "Tuan dengar semuanya?"

Laki-laki di seberang sana mengangguk, ia dengan santai memainkan gelas yang berisi wine, "Ikuti dia. Jangan kehilangan jejak. Segera laporkan padaku jika terjadi sesuatu."

"Baik, tuan Sebastian!"

Sebastian mematikan sambungan telepon. Ia menghirup aroma wine lalu tersenyum, "Ya, selidiki semuanya, Angela. Aku tidak sabar menunggu sampai batas mana kemampuanmu."

-------------------------

Saat sampai di klub, langit sudah gelap. Angela tidak punya pilihan lain selain ke club. Pikirannya menuntut tubuhnya untuk diregangkan sejenak dan club adalah satu-satunya tempat yang ia pikirkan.

Suasana klub sangat riuh dan ramai. Lampu menyorot dengan baik lekuk tubuh pria dan wanita yang saling berhimpitan memainkan tubuhnya, mengikuti irama musik.

Angela mengeratkan topi hitam yang ia pakai. Ia tidak ingin orang lain mengenalinya. Ia hanya ingin berbincang dengan orang asing yang benar-benar ingin ia ajak bicara.

Pilihan tempat duduknya selalu sama, tepat di depan meja bartender. Dengan ramah ia tersenyum dan memesan cocktail bloody mary.

"Sendirian lagi, Nona?" tanya bartender itu sambil meracik minumannya.

Angela menjawab dengan mengangkat kedua bahunya sambil tersenyum tipis. Ia tidak begitu ingin berbicara saat ini. Ada banyak hal yang berjejalan di pikirannya dan membuatnya muak.

Ia muak akan hidup ini. Semesta tidak hentinya bercanda tentang hidupnya.

Ayah yang tergila-gila dengan wanita, ibu tiri yang menganggapnya tidak ada, adik tiri yang selalu terobsesi ingin memiliki semua yang ia punya dan ketika harapan hidup digantungkan pada kekasihnya, semesta mengambilnya.

Sungguh lucu. Bukan Garvin seharusnya yang pergi, tidakkah Tuhan melihat bahwa Ayah, Ibu dan Adik tirinya lah yang harusnya dimusnahkan dari muka bumi ini?

Mimpinya hampir menjadi nyata. Kehidupan sederhana, pindah ke sudut kota Yarmouth, Nova Scotia. Jauh dari keluarga sialannya, jauh dari orang-orang yang menuntutnya berpenampilan sempurna.

Tangannya hampir menyentuh kebahagiaan itu, hampir saja. Jika tidak Tuhan merebut paksa mimpinya dan mengambil segalanya. Garvin, uang yang susah payah ia kumpulkan, semua hilang dalam sekejap.

"Bukankah kamu sudah punya Sebastian yang punya segalanya? Apa salahnya jika mobil, rumah dan Beauty Studio itu jatuh ke tangan adikmu? Kamu masih punya butik kecil itu, bukan? Oh, ya dan followers setiamu tentunya!"

Suara menjijikkan ibu tirinya masih terdengar jelas hingga saat ini. Senyuman liciknya, senyuman kemenangan Lavenska, dan senyuman penuh pemakluman dari Ayahnya.

Inilah penyebab ia sangat marah saat Sebastian dengan mudahnya mengatakan, "Kembalikan saja uang mereka!"

Tidak bisa, Tuan Sempurna! Uangnya sudah kupakai untuk membangun studio kecantikan yang baru saja berjalan tiga bulan dan studio sialan itu sekarang sudah jatuh ke tangan Lavenska!

Angela sangat kesulitan mengatur keuangannya akhir-akhir ini. Walau Sebastian sudah memberikan black card dan juga kartu dengan jumlah saldo yang fantastis, tetap saja, ego nya melarangnya menyentuh kartu itu.

"Angela! Oh My God... It's so good to see you here!"

Dari suaranya Angela sudah tahu siapa yang datang. Ia yang sedang menikmati minumannya seketika terhenti. Suara umpatan terdengar pelan dari mulutnya. Dengan kesal ia merogoh beberapa lembar uang lalu menyerahkan kepada bartender.

"Hey, mau kemana? Bukannya kamu baru saja sampai dan wow...!" Lavenska segera menangkap tubuh Angela yang hampir saja terjatuh. Sudut bibirnya terangkat, wajahnya yang semula tersenyum puas langsung berubah saat Angela menatap wajahnya, "Are you okay?"

Dengan kasar Angela menyingkirkan tangan Lavenska, "Jangan sentuh aku, sial...an"

Namun nahas, begitu kalimatnya selesai, tubuh Angela langsung terjatuh. Ditangkap dengan cepat oleh Lavenska yang langsung mengerling manja pada lelaki berkulit hitam di balik meja bartender.

"Thank's, Darling."

Jari telunjuknya segera memberi kode kepada dua laki-laki di sampingnya, "Kalian tahu kan apa yang harus kalian lakukan?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status