Jill mengangguk penuh tekad. Berusaha mengenyahkan masalah Alvaro jauh-jauh dari benaknya. Ya, Jill tidak ingin Gwen curiga dan malah jadi khawatir padanya. Hari ini adalah hari ulang tahun sahabatnya, jadi Jill tidak ingin mengacaukannya hanya karena masalah percintaan Jill dengan pria brengsek macam Alvaro! Tidak penting!
Jill melangkah turun di lobby hotel tempat acara pesta ulang tahun Gwen diadakan, hotel bintang lima yang begitu mewah. Jill mengulurkan kunci mobilnya pada petugas valet parking, tidak ingin pusing mengurus masalah parkir!Apalagi Jill sudah terlambat sejak tadi! Dan jika masih harus dipusingkan oleh masalah parkir, itu akan membuat Jill tiba semakin lama. Bisa-bisa acara sudah selesai, tapi Jill baru datang! Bisa habis diomeli oleh sahabat bawelnya nanti!“Jill, akhirnya lo datang juga!” sambut Gwen sambil memeluk sahabatnya dengan sayang. Sahabat yang dijumpainya sejak mereka masih berseragam putih biru. Alias SMP! Sahabat yang bertahan sampai sekarang meski sering bertengkar!Tapi anehnya, pertengkaran itu jugalah yang membuat hubungan mereka semakin erat. Terdengar anehkan? Tapi itulah kenyataannya!“Sorry,” ucap Jill sambil meringis kecil, merasa bersalah.“Tumben lo telat? Kenapa?” selidik Gwen, karena biasanya Jill selalu tepat waktu! Apalagi jika bicara tentang pesta!“Tadi ada sedikit urusan. Btw happy birthday, Sister! Nih kado buat lo. Special tuh!” jawab Jill, berusaha mengalihkan pembicaraan. Jill tidak ingin Gwen mengorek informasi mengenai alasan keterlambatannya datang ke pesta ini, karena ujung-ujungnya pasti ketahuan akibat si brengsek Alvaro!“Special? Pake telor dadar apa telor ceplok?” seloroh Gwen asal membuat Jill berdecak sebal namun tidak berkomentar, setidaknya usaha Jill untuk mengalihkan pembicaraan cukup berhasil, lagipula Jill sudah hafal dengan kelakuan sahabatnya yang memang sering bercanda garing seperti barusan!“Btw thanks ya, Jill. Lo makan dulu yuk!”Meski sebenarnya enggan, tapi Jill tidak ingin mengecewakan sahabatnya dan terpaksa mengikuti langkah Gwen menuju area yang menyajikan berbagai jenis pilihan makanan dan mengambilnya sedikit. Ala prasmanan.Gwen memperhatikan wajah sahabatnya yang sedang mengunyah makanan dengan tidak berselera. Tampak begitu mendung. Raut wajah yang terlihat jelas sedang menyimpan masalah. Dan itu semakin menegaskan kecurigaannya.Gwen yakin ada yang terjadi sebelum Jill datang kesini! Dan Gwen juga yakin kalau hal itulah yang membuat Jill datang terlambat! Entah urusan apa yang gadis itu maksud!Jill yang lama kelamaan menyadari pandangan Gwen hanya tersenyum kecil dan bertanya sambil lalu, terkesan cuek.“Ngapain sih lo ngeliatin gue kayak gitu? Gue cantik banget ya?” sungut Jill separuh bercanda, berharap perhatian Gwen teralihkan. Jujur saja pandangan Gwen membuat Jill ketar-ketir. Pandangan itu seolah menyelidik curiga ke arahnya! Gawat!“Ya, lo emang cantik, tapi bukan itu yang bikin gue liatin lo. Gue cuma mau tau ada masalah apa, Jill? Apa urusan yang lo maksud sampe datang telat ke acara gue?” tanya Gwen pelan, berharap Jill dapat jujur.Gwen bukanlah orang yang suka basa basi, jadi lebih baik bertanya langsung agar rasa penasarannya cepat terjawab! Tak urung pertanyaan Gwen membuat nafsu makan Jill semakin lenyap tak bersisa!Jill terbatuk pelan saat mendengar pertanyaan Gwen yang begitu to the point alias langsung tepat sasaran, tidak menyangka kalau sahabatnya begitu jeli meski Jill sudah berusaha bersikap biasa! Jill sadar kalau usahanya untuk menutupi apa yang terjadi sia-sia belaka! Sahabatnya terlalu peka dan tidak bisa dibohongi!“Kenapa lo nanya gitu sih?” tanya Jill mengulur waktu.Pertanyaan yang membuat Gwen memutar bola matanya dengan gemas. Seolah pertanyaan Jill adalah pertanyaan super bodoh!“Tampang lo mendung gitu dari pertama kali datang! Senyum lo juga beda, Sister! Udah deh, nggak usah sok bersikap ‘everything is fine’! Gue bisa tau kalo lo lagi ada masalah meski lo nggak ngomong! Yang gue nggak tau adalah apa masalahnya? Makanya gue tanya!” jawab Gwen membuat Jill mencibir.Dan karena enggan berdusta, Jill langsung mengatakan pokok permasalahannya.“Gue putus sama Alvaro. Gue liat dia selingkuh.”“Ahh, I see!”“Gue putus sama Alvaro, cowok yang selama 3 tahun ini pacaran sama gue dan respon lo cuma itu?” tanya Jill heran, keningnya berkerut bingung.Tidak menyangka kalau Gwen akan begitu santai saat mendengar jawabannya. Jill pikir Gwen akan marah dan memaki-maki Alvaro dengan segala macam kosakata sumpah serapah yang dimilikinya! Tapi ternyata tidak! Apa mungkin Jill yang terlalu lebay?“Gue udah duga kok. Dari awal gue udah sempet bilang sama lo kan kalo gue nggak suka sama Alvaro? I feel something wrong with him, tapi lo nggak percaya. Dan ternyata itu terbukti sekarang,” jelas Gwen santai, tidak bermaksud menyalahkan Jill, hanya sekedar mengingatkan apa yang pernah terjadi saat gadis itu bersikeras menjalin hubungan dengan Alvaro meski Gwen tidak setuju.Jill mendesah pelan mendengar penjelasan sahabatnya. Benar ucapan Gwen, sebenarnya Gwen sudah beberapa kali mengungkapkan ketidaksukaannya pada Alvaro, namun Jill mengabaikannya dan menganggap Gwen hanya berasumsi. Namun siapa yang menyangka kalau kenyataannya sifat Alvaro memang begitu brengsek?Cinta buta yang Jill rasakan membuat dirinya tidak bisa membedakan mana pria brengsek dan mana yang tidak! Mana pria yang tulus mencintainya dan mana yang tidak! Hah, Jill baru menyesal sekarang! Benar kata orang, penyesalan memang selalu datang belakangan alias terlambat! Kalau mau duluan, namanya pendaftaran!“Sorry karena gue nggak dengerin omongan lo dulu,” sesal Jill sambil menunduk malu.Tidak seharusnya Jill mengabaikan nasihat Gwen!“It’s okay. Begitulah kalau udah cinta. Love is blind, right?” ujar Gwen santai, tidak terlihat kesal, yang penting Jill sudah sadar dari pesona Alvaro!“Yeah. Sorry karena gue lebih percaya sama Alvaro dibanding sama lo yang notabene adalah sahabat gue sendiri,” lirih Jill dengan nada menyesal.“It’s okay, Jill. Yang penting lo udah tau kebenarannya sekarang. Bagus lo langsung putusin dia! Btw, tapi lo yakin udah putus sama dia kan?” tanya Gwen memastikan. Siapa tau sahabatnya ini halu kan?“Yess, absolutely! I’m single and available now!” balas Jill sambil memaksakan senyum. Bagaimanapun juga putus karena diselingkuhi pasti akan merasa sakit hati, jadi untuk saat ini Jill belum bisa tersenyum lebar!“Good girl! Ini baru sahabat gue! Btw lo tau dia selingkuh dari siapa?”Pertanyaan Gwen membuat Jill kembali teringat pada Revel dan rasa kesal langsung menjalar ke hatinya.“Dari cowok nggak jelas!”“Cowok nggak jelas? Maksudnya apa?” tanya Gwen bingung, lebih bingung lagi saat melihat wajah sahabatnya yang tampak begitu kesal.‘Apa yang udah terjadi sebelum Jill datang kesini sih? Kok kayaknya nih anak jadi aneh!’ batin Gwen heran dengan kelakuan Jill yang tidak biasa.“Ya cowok nggak jelas yang gue nggak kenal.”“Kok bisa?”“Gue juga nggak tau. Udah deh jangan bahas itu lagi. Bikin gue tambah bete aja!” kesal Jill dengan wajah cemberut.Gwen mengangkat bahu melihat kekesalan Jill, tidak ingin memaksanya lagi. Nanti juga akan ada waktunya Jill bercerita versi lengkap padanya. Gwen hanya perlu bersabar. Seperti biasa. Walau bersahabat, tapi baik Gwen maupun Jill tidak pernah ingin saling memaksa meski rasa penasaran mereka berada diubun-ubun! Mereka saling menghargai dan sadar kalau setiap orang pasti butuh waktu untuk menenangkan diri.Dan sebagai sahabat, Gwen tidak ingin terlalu memaksa jika Jill belum siap untuk menceritakan masalahnya. Jadi bersabar adalah pilihan terbaik untuk saat ini.Apalagi Gwen tau pasti kalau Jill masih kesal, jadi daripada menyulut pertengkaran lebih baik diam dan menunggu hingga waktu yang tepat. Biarlah mereka bersenang-senang dulu malam ini dan melupakan seluruh masalah yang ada.“Okay. Kita pesta aja sekarang!” ajak Gwen yang disetujui oleh Jill.“Gue mau minum sepuasnya malam ini!” ucap Jill.“Sure! Lo tenang aja. Supir gue standby malam ini, jadi nggak usah pusing soal urusan nyetir! Minum sebanyak apapun yang lo mau biar lo lupain si brengsek Alvaro!”Maka hingga tengah malam Jill dan Gwen berpesta, menikmati musik dan juga alkohol yang tidak henti-hentinya disajikan ke hadapan mereka.Untung mereka berdua kuat minum!Satu tahun kemudian…Di salah satu hotel bintang lima terlihat dekorasi yang begitu mewah namun terkesan elegan, tidak norak. Jill memasuki ballroom sambil menggandeng lengan Revel yang sedang menggendong baby Luiz. Di umur yang hampir menginjak tiga tahun, baby Luiz terlihat semakin tampan, mengikuti wajah Revel.Di belakang mereka ada seorang baby sitter sambil mendorong stroller kosong, untuk jaga-jaga jika Luiz mengantuk di tengah acara pesta. Sejak beberapa bulan yang lalu, Jill akhirnya menyerah pada bujukan Revel dan mengikuti keinginan suaminya yang tidak tega melihatnya kelelahan jika harus mengurus Luiz sendirian.‘Aku nggak mau kamu terlalu capek dan jatuh sakit, Baby. Apalagi selain mengurus Luiz, kamu juga masih harus mengurusku.’Ya, sejak menikah dengan Revel, Jill memang ingin mengurus keperluan suami dan anaknya sendiri, bahkan dirinya sampai rela berhenti kerja hanya untuk mengurus rumah tangganya. Jill lebih memilih menjadi ibu rumah tangga daripad
Beberapa bulan kemudian….Revel menatap bangga pada putranya yang semakin pintar, lucu dan menggemaskan. Disela-sela kesibukannya sebagai seorang pengusaha, bermain dengan buah hatinya merupakan kebahagiaan tersendiri untuk Revel. Dan sekarang di waktu santai, itulah yang dirinya lakukan.Bermain dengan Luiz sepuasnya sekalian menggantikan tugas Jill menjaga anak meski hanya sementara. Perhatian Revel beralih dari Luiz kepada Jill yang baru saja memasuki ruang keluarga dengan piring buah di tangannya. Hal yang memang biasa dilakukan setiap hari. Makan buah agar sehat.Senyum lebar mengembang di wajah cantik Jill yang tampak polos, tanpa adanya jejak make up sama sekali, namun tidak menutupi kecantikan alami yang terpancar jelas. Kecantikan yang membuat Revel tidak bisa mengalihkan pandangan barang sedetik pun dari istrinya. Dari dulu.“Hei, kamu lagi main apa sama Papa? Kok senang banget sih?” tanya Jill sambil menggoyangkan tangan kecil Luiz. Tidak ada jawaban
“Jadi siapa nama cowok yang kemarin, Jill?” cecar Jessie tidak sabar saat datang ke rumah Jill pagi-pagi, persis dengan gaya ibu-ibu komplek yang begitu penasaran akan gossip terbaru! Tidak ingin ketinggalan berita! “Cowok? Oh yang itu! Masa lo nggak kenal sih? Bukannya udah pernah ketemu ya pas pergi sama gue?” tanya Jill masih tidak percaya kalau Jessie tidak mengenal pria yang kemarin membuat gadis itu sampai ternganga takjub!“Mana ada? Belom lah! Kalau udah gue nggak mungkin lupa sama cowok ganteng begitu!” sanggah Jessie yakin, mengulang ucapannya kemarin.“Masa iya sih?” tanya Jill sambil mengusap dagunya pelan, berpikir keras.“Jangan kebanyakan mikir! Cepet kasih tau gue siapa namanya? Gue udah penasaran dari kemarin tau!” cecar Jessie lagi membuat Jill berdecak sebal karena seperti sedang dikejar oleh debt collector!“Tuh cowok namanya Jayden! Dia temen gue yang kerja sebagai bartender!”“Bartender?” ulang Jessie lemas. Seolah harapannya untuk
Matthew menatap Gwen yang baru saja selesai mandi. Akhirnya malam ini mereka resmi menjadi sepasang suami istri. Hal yang tidak berani Matthew bayangkan sebelumnya, terlebih saat mengingat waktu Gwen menjauhinya dulu, begitu membuatnya frustasi. Apalagi istrinya itu sangat sulit dibujuk!Hati Matthew menghangat saat melafalkan kata ‘istri’ meski hanya dalam hati. Dadanya bergemuruh dipenuhi euphoria yang bernama kebahagiaan. Matthew masih asyik dengan pikirannya saat Gwen bertanya dengan nada heran,“Kamu belum mau mandi?”“Ini aku baru mau mandi,” jawab Matthew agak kikuk, belum terbiasa berada berduaan dengan wanita yang telah resmi menjadi istrinya hari ini dalam satu kamar. Gwen mengambil hairdryer dan mengeringkan rambut, tidak ingin tidur dalam keadaan rambut basah karena bisa bikin kepalanya sakit nanti. Gwen sedang fokus dengan rambut dan hairdryer di tangannya saat tangan Matthew memeluk pinggangnya dari belakang. Refleks wanita itu memekik kaget!“Asta
Lamunan Revel mengenai perusahaan pupus saat melihat Jill menggeliat dan membuka matanya perlahan, berusaha menyesuaikan matanya dengan cahaya matahari sore yang menerpa indera penglihatannya. “Hei, kamu udah pulang dari tadi?”“Nggak kok, baru aja. Kamu pasti capek banget sampe ketiduran gini.”“Nggak juga kok, cuma anginnya enak aja bikin aku ngantuk dan ketiduran,” kilah Jill tidak ingin membuat Revel khawatir dan malah menambah beban pikiran sang suami yang pasti sudah begitu banyak, apalagi dengan masalah perusahaan yang pasti tidak akan pernah ada habisnya.Revel hanya mengangguk, sadar kalau Jill tidak ingin membuatnya khawatir.“Jadi gimana kantor hari ini? Banyak kerjaan?”“Ya begitulah, setiap hari pasti ada aja.”“Tapi nggak ada masalah kan?”“Nggak kok, semuanya aman. Kamu tenang aja, okay?”Jill mengangguk, menggendong baby Luiz perlahan agar tidak membuatnya terbangun dan membaringkannya di baby box.Beberapa bulan kemudian…
Dokter dan suster yang melihat kejadian itu tidak urung menatap Revel dengan raut kasihan tapi juga geli. Revel yang menyadari kalau mereka hampir terbahak melihat apa yang terjadi barusan hanya bisa menunduk, karena lagi-lagi harus menahan malu akibat ulah istrinya! Nasib!Sejak dulu Jill memang sudah menjadi titik kelemahannya. Begitu juga kali ini, Revel harus rela menurunkan wibawanya di depan dokter dan suster yang bertugas. Revel sadar kalau sebentar lagi cerita mengenai dirinya yang dianiaya oleh Jill pasti akan tersebar luas! Tapi ya sudahlah, terima nasib aja! Siapa yang menyangka kalau Revel akan cinta mati pada wanita sebar-bar ini? Iya kan?“Selamat ya, Pak. Bayinya laki-laki dan terlahir sehat,” ucap dokter.Dengan penuh haru Revel menatap bayinya. Bayi yang merupakan perpaduan antara dirinya dengan Jill! Astaga! Bagaimana bisa Tuhan menciptakan bayi setampan ini? Memang sih, Revel sadar kalau dirinya tampan dan Jill juga cantik, tapi tetap saja dirinya