Share

Mantan Kekasih

Jill mengerang pelan, kepalanya terasa begitu pusing. Berputar seperti baling-baling bambu doraemon. Dengan malas Jill bergerak mengambil minum di samping nakas. Haus. Itulah yang dirinya rasakan. Alkohol benar-benar bisa membuat orang menjadi dehidrasi!

Pandangan Jill tertumbuk pada Gwen, sahabat yang tidur di sampingnya. Hah! Pasti orangtuanya kalang kabut mencarinya lagi karena semalaman tidak pulang! Jill begitu larut ingin melupakan masalahnya hingga lupa mengabari orangtuanya kalau dirinya akan menginap di rumah Gwen.

‘Alamat bakal diomelin lagi nih!’ keluh Jill sambil memegang kepalanya yang masih berdenyut pusing akibat alkohol.

“Gwen, bangun donk!”

“Bentar lagi, Jill. Gue masih ngantuk!” gumam Gwen serak, enggan membuka mata.

“Mobil gue ada dimana?” tanya Jill mengacuhkan ucapan Gwen, memaksa gadis itu untuk berpikir meski rasanya sia-sia.

“Tanya supir gue aja. Gue juga nggak tau. Udah ngantuk banget semalem!” balas Gwen dengan nada malas, masih enggan membuka mata. Matanya masih terasa berat!

Meski masih pusing, tapi Jill memaksa tubuhnya untuk turun dari ranjang, segera mandi dan berganti pakaian dengan milik sahabatnya. Jill sudah biasa memonopoli pakaian Gwen, lagipula tidak mungkin Jill pulang dengan baju semalam yang sudah berbau alkohol! Orangtuanya bisa semakin naik pitam nanti!

Apalagi semalam mamanya sudah memperingatkan Jill untuk tidak minum alkohol terlalu banyak! Sudahlah, Jill hanya harus minta maaf karena melanggar nasihat sang mama!

Selesai mandi Jill sudah merasa jauh lebih segar, meski rasa pusing enggan beranjak dari kepalanya, tapi Jill tidak punya waktu untuk bermalas-malasan karena semakin lama dirinya pulang, maka kemarahan dan kecemasan orangtuanya pasti akan semakin menjadi-jadi! Tidak heran kalau Jill memilih bergegas serta mengambil handbagnya.

“Gwen, gue balik dulu ya. Btw sekali lagi happy birthday. Wish all the best for you, Sister!” ucap Jill sambil memeluk sahabatnya sekilas meski yang dipeluk masih berada di alam mimpi dan separuh sadar!

“Hmm… ati-ati!” gumam Gwen, persis seperti cewek mabuk! Ahh, Gwen memang mabuk!

Setelah bertanya pada supir keluarga Gwen dimana keberadaan mobilnya, Jill langsung melajukan mobilnya kembali menuju rumah. Disana sudah ada sang mama yang menunggu kepulangannya dengan wajah cemas. Mama Lea.

“Aduh, Jill! Kamu kemana sih, kok nggak pulang semalaman? Nggak kasih kabar pula! Mama kan khawatir!” omel mama Lea, merasa kesal dan juga lega saat melihat putri tunggalnya akhirnya berada di rumah pada jam 10 pagi setelah semalaman tidak pulang ke rumah, tanpa kabar pula!

Astaga! Mama Lea tidak menyangka kalau memiliki anak gadis akan jauh lebih mengkhawatirkan daripada anak bayi! Berbagai macam pikiran buruk hinggap di benak mama Lea semalaman, takut terjadi sesuatu pada Jill, namun untung apa yang menjadi kekhawatirannya tidak terbukti!

“Sorry, Ma. Aku nginep di rumah Gwen semalam. Gwen kan adain pesta ulang tahun. Aku keasyikan ngobrol sama dia jadi lupa ngabarin Mama. Apalagi pestanya sampe tengah malam,” jelas Jill sedikit meringis, merasa bersalah karena sudah membuat mama Lea khawatir semalaman karena kecerobohannya.

“Kamu tuh kebiasaan deh! Kamu kan anak gadis, Jill! Jangan sembarangan keluyuran donk! Pasti kamu banyak minum lagi deh semalam!”

“Sekali-kali nggak apa lah, Ma.”

“Kamu tuh kalau dibilangin ngeyel! Ya udah sekarang kamu sarapan dulu sana!”

“Nanti aja, Ma, aku belum lapar. Btw Papa dimana, Ma?”

“Main golf sama rekan bisnisnya.”

“Owh. Okay!”

Jill cukup lega karena papanya, Papa Edbert, sedang tidak berada di rumah karena jika tidak, omelan yang dirinya dapatkan pasti akan lebih banyak!

Apalagi papa Edbert memiliki sifat yang jauh lebih keras dan menakutkan jika dibandingkan dengan mama Lea, yang walaupun bawel, tapi tidak menakutkan dan mudah dibujuk! Ciri khas seorang ibu yang penyayang!

Tidak heran kalau Jill merasa sangat bersyukur dengan ketidakberadaan papanya di rumah! Setidaknya Jill tidak perlu mendengar ceramah pagi! Bukannya apa, kepalanya masih sedikit pusing, jika ditambah ceramah papa Edbert, pasti akan semakin pusing!

Memang sebagai anak tunggal Jill lumayan dimanja, namun tetap saja tidak bisa terlalu bebas, maka Jill begitu lega saat omelan yang diterimanya berkurang, sepertinya doa Jill selama di perjalanan tadi terkabul!

Jill berjalan menuju kamarnya dan membaringkan tubuhnya yang masih terasa lelah. Bayangan saat Alvaro sedang berciuman mesra dengan wanita selingkuhan yang memiliki fisik dan rupa jauh dibawahnya membuat Jill kembali kesal dan muak!

Masih tidak habis pikir dengan selera Alvaro yang begitu rendah!

“Dasar cowok sialan! Brengsek! Gue sumpahin lo kena penyakit!” maki Jill sadis.

Sebagai wanita yang menjunjung tinggi kesetiaan, wajar jika Jill merasa begitu sakit hati atas kelakuan Alvaro yang dengan tega mengkhianatinya kan? Mana ada wanita yang tidak sakit hati jika diselingkuhi oleh pria yang dicintai dan dipercayainya selama ini?

Ahh sudahlah! Memikirkannya saja sudah membuat emosi Jill kembali bergejolak!

Sedangkan mama Lea yang melihat langkah gontai Jill hanya menarik nafas pelan, sadar kalau putrinya pasti sedang memiliki masalah, maka dari itu dirinya tidak ingin mengomeli Jill lagi, takut putrinya malah jadi stress! Meski Jill tidak mengatakannya secara terang-terangan, tapi feeling dan insting seorang ibu tidak bisa diremehkan!

Lagipula selama Jill bisa menjaga diri dengan baik, seharusnya tidak masalah. Itu yang terpenting kan?

Dan mama Lea yakin kalau Jill tidak akan berani macam-macam, apalagi semalam dirinya juga sudah menelepon ke rumah Gwen dan memastikan kalau putrinya memang berada disana. Jadi ucapan Jill barusan memang tidak bohong.

Meski di hadapan Jill tadi mama Lea bersikap seolah tidak tau keberadaannya semalam, tapi itu semata-mata dilakukannya hanya agar Jill merasa sedikit bersalah. Dengan begitu mama Lea berharap kalau Jill tidak mengulangi perbuatannya lagi. Semoga Jill tidak membuatnya cemas lagi!

Siang hari…

Jill menatap ruang keluarga dan ruang makan yang tampak sepi. Mama Lea kemana? Apakah sedang pergi? Sepertinya iya.

Jill menunduk, menyadari kalau perutnya sudah berteriak kelaparan sejak tadi. Wajar, sejak pagi Jill belum sarapan apapun, ditambah lagi semalam selera makannya hilang dan hanya mengkonsumsi alkohol terus menerus sampai tepar! Tidak heran kalau sekarang lambungnya mulai berdemo! Minta diisi nasi dan lauk yang layak!

Jill baru selesai menyantap makan siangnya dan memutuskan untuk bersantai sejenak. Kaki Jill melangkah menuju ke taman belakang, hendak menenangkan diri akibat pengkhianatan Alvaro yang begitu melukai harga dirinya.

Dan saat sedang menikmati angin sepoi-sepoi, Jill mendengar suara yang dikenalnya. Suara dari pria yang sudah mengisi hari-harinya selama 3 tahun terakhir dan kini suara itu kembali menerpa indera pendengaran Jill, namun dengan efek yang berbeda.

Jika dulu Jill akan tersenyum lebar, kini Jill malah merasa muak!

“Sayang….”

Jill menoleh sengit saat Alvaro dengan kurang ajarnya masih berani memanggilnya sayang! Dasar pria brengsek tidak tau malu!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status