Nathan segera menghubungi asistennya, ia memberitahukan Emi hal tersebut dan memerintahkannya untuk segera bertindak membersihkan kekacauan itu. “Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan kan, Emi?” tegas Nathan, pokoknya malam ini juga harus dibersihkan termasuk tagar trendingnya.” “Siap, bos. Saya paham,” jawab Emi. “Oya satu lagi, segera lacak siapa dalang dibalik kekacauan itu,” perintah Nathan. “Siap, bos. Segera bergerak.” Nathan menghela napas berat, wajahnya berubah menjadi dingin. Siapa yang melakukan itu? Apa Sonya? Tapi tidak mungkin, perempuan itu tidak akan peduli Nathan dekat dengan perempuan manapun. Nathan segera masuk ke kamar mandi, ia tidak ingin Nina melihat kejengkelannya, sebisa mungkin jangan sampai Nina tahu, khawatir gadis itu sedih dan akan menjauhinya. Entah mengapa Nathan selalu ingin bersama gadis itu, rasanya tak ingin jauh darinya. Setelah mandi Nathan kembali membuka ponselnya, ia mengecek jejaring In*t*gr*m, ternyata sudah bersih, foto-foto itu sudah
Di dalam lemari yang ukurannya sedikit lebih kecil itu, tertata rapi tumpukan pakaian pria, disebelahnya juga tergantung beberapa stel jas. Nina tidak habis pikir, apa Nathan juga akan pindah ke mari? Gadis itu geleng-geleng kepala, namun ia segera masuk ke kamar mandi, berendam air hangat pasti bikin rileks. Setelah selesai ia mengenakan baju santai, lalu menyapukan make-up tipis dan menyemprotkan parfume EA Always red femme yang memang sudah disiapkan, Nina merasa segar dan cocok. Hebat sekali Emi itu, semua pilihannya cocok dengan selera Nina. Nina segera mencari Nathan, rupanya pria itu sedang bersantai di balkon, di atas meja kecil di dekatnya tersedia secangkir kopi hangat. “Kenapa berdiri di situ sayang? Ayo sini,” panggil Nathan tanpa menoleh, Nina tertegun namun ia mendekat dan duduk di samping Nathan. “Kok kamu tahu sih, aku berdiri di situ?” tanya Nina heran. “Parfummu sayang, kesegarannya bisa aku ra
Nathan tertegun ia menatap gadis di hadapannya itu dengan bingung. Apa ada yang salah? Tadi gadis muda itu begitu menggebu, membangkitkan gairahnya yang terus menggelora.“Sayang, ada apa?” tanya Nathan bingung.Nina tak menjawab, ia hanya menghela napas pelan, perlahan ia melepaskan tangan Nathan yang masih memeluknya. Gadis itu berdiri, lalu berjalan ke tepi pembatas balkon, dari sana ia bisa melihat pemandangan malam pusat kota yang menakjubkan. Gadis cantik itu berdiri mematung, rambut coklatnya yang ikal tebal dan panjang berkibar ditiup angin malam.Nathan mendekati Nina dan berdiri di belakang gadis itu, ia sungguh bingung apa yang sebenarnya terjadi?“Sayang, sebenarnya ada apa? aku jadi bingung …” ucap Nathan lembut. Nina masih terdiam, namun kemudian gadis cantik itu membalikkan badannya menghadap Nathan, lama ia menatap pria tampan itu sebelum akhirnya berkata, “Nathanny, apa kamu sungguh-sungguh mencintaiku?”Nathan yang juga sedang menatap Nina berkata dengan lembut, “s
Nina tertegun, ia menatap Nathan dengan bingung. Bagitu pun Nathan, ia menjadi bimbang untuk menceritakan tentang dirinya pada Nina, ia sangat takut Nina jadi salah paham lalu menjauhinya. Ia tidak ingin kehilangan Nina. “Nathanny, apa pun itu lebih baik diceritakan saja, jangan ada rahasia apa pun diantara kita,” ucap Nina meyakinan Nathan, ia menjadi semakin penasaran, sebenarnya ada rahasia apa yang disimpan Nathan darinya. “Tapi janji ya, sayang, jangan mengambil kesimpulan sendiri, apa pun yang ada dibenakmu setelah tahu, konfirmasikan kepadaku.” Nathan mengajukan syarat, entah mengapa ia merasa sangat khawatir. Nina mengangguk sambil tersenyum. Nathan memeluk Nina erat, lalu mencium kening gadis itu. Ia menghela napas panjang sebelum menceritakan tentang dirinya. Nathan A. Wilson berasal dari keluarga kaya raya, kakeknya yaitu Anthony Wilson adalah salah satu dari sekian banyak pemilik kerajaan bisnis yang cukup berpengaruh. Ia membangun kerajaan bisnisnya dengan kerja keras
“Rencana apa, Nathanny?” tanya Nina, ia sangat ingin tahu. Nathan pun mendekatkan wajahnya dan membisikkan sesuatu di telinga gadis itu. Nina terperanjat mendengar rencana Nathan, ia menatap Nathan dengan bingung.“Itu ide gila Nathanny, apa aku mampu? Kerja saja belum ada setahun, diamping itu pasti butuh modal yang sangat besar, kan?” Nina merasa rencana Nathan terlalu beresiko.“Kamu pasti bisa sayang, aku sudah lihat kemampuan dan potensi tersembunyi yang kamu miliki, disamping itu aku juga nggak akan melepas kamu begitu saja, aku akan berada di samping kamu, kita akan mengurus ini bersama, hanya aku tak akan muncul di permukaan.” Nathan menjelaskan, sedangkan Nina terdiam, ia berusaha mencerna dan memikirkan rencana Nathan.“Nathanny, kalau aku boleh tahu apa alasan dibalik rencanamu ini?” tanya Nina. Nathan menghela napas, ia menjelaskan bahwa hanya dengan menjadikan Nina wanita kuat terutama dalam hal finansial, yang berkuasa dan berpengaruh, maka Nina akan mudah menghadapi So
Nina segera beranjak menuju pintu, ia membuka penutup door viewer dan melihat ke luar melalui lubang intip di pintu itu. Nina terkejut, ternyata seorang lelaki yang sering ia lihat di kantor Nathan, lelaki yang belum lama ia perbincangkan bersama Nathan. Nina menjadi ragu, bagaimana mungkin Pak Michael bisa sampai ke situ? Apakah memang Nathan yang mengundang? Tapi kenapa Nathan nggak bilang sebelumnya? “Siapa sayang?” tanya Nathan penasaran. “I-itu …” belum sempat Nina menyelesaikan kalimatnya, Nathan sudah melihat ke luar melalui door viewer. “Sial! Ngapain juga tuh anak ke mari? Darimana dia tahu?” umpat Nathan. “Kamu nggak mengundangnya, Nathanny?” tanya Nina heran, Nathan menggelang, ia memang belum bertemu dengan Mike sudah hampir 3 hari ini, bahkan tidak juga via telepon. “Terus bagaimana?” tanya Nina bingung. “Ya sudah, dia sudah di sini masa mau diusir?” jawab Nathan sambil tersenyum, “kamu buatkan minuman yang enak ya sayang, yang segar, sekalian nanti masak, kita maka
Mike terdiam, ia menatap sahabat sekaligus sepupunya itu. Ia tahu Nathan selama ini sudah cukup berdiam, ia sudah banyak mengalah pada arogansi kakek mereka. Bahkan lelaki itu telah berubah menjadi seperti robot, mesin pencetak uang buat menjaga kebesaran keluarga mereka. Nathan telah mengorbankan masa mudanya, memendam segenap gairah dan keinginannya demi menjaga stabilitas kerajaan bisnis keluarga mereka. Nathan adalah superior man di keluarga besar mereka yang Mike sendiri tidak akan mampu menjalaninya. Ia bahkan rela terkungkung oleh kontrak pernikahan palsu dengan wanita licik seperti Sonya. Mike memang tidak bisa mengambil banyak peranan di dalam keluarga mereka, ia lebih asik dengan dirinya sendiri, sekarang ia bertekad ingin membantu saudara sepupunya ini untuk kembali menjadi manusia yang normal. “Apa kamu yakin akan menikahi gadis itu, Nat? kelihatannya dia masih sangat muda?” jawab Mike pada akhirnya. Nathan menghela napas, ia dan Nina memang terpaut hampir 10 tahun, tap
Nina tersenyum sambil menggeleng, ia segera mempersilahkan kedua lelaki itu untuk segera makan. Nina beranjak masuk ke ruang makan, diikuti Nathan dan Mike. Mike terbelalak melihat hidangan yang tersaji di meja, ia memang penggila kuliner, makan adalah hal yang paling menyenangkan baginya, nalurinya akan taste suatu hidangan sangat tajam. Belum pun mencicipi, tapi dia sudah bisa merasakan makanan itu enak atau tidak. “Wow kakak ipar, ini masak sendiri atau pesan di resto?” celetuk Mike , “sembarangan, ya masak sendiri lah,” sahut Nathan. “Hehe, bercanda, Bro.” Mike tergelak. “Sudah-sudah, ayo segera di makan, nanti keburu dingin.” Nina menengahi, ketiganya pun mulai sibuk dan fokus untuk menikmati kelezatan makanan yang di masak Nina. Tak ada kata-kata yang terucap, karena memang sudah lapar, jadi mereka fokus pada makanan di piring masing-masing. Sesekali Nathan menyuapi Nina meskipun Nina merasa malu pada Mike, namun Nathan tidak peduli, karena Mike sudah tahu segalanya tentan