Nathan menghela napas mendengar penuturan Nina, ia membelai lembut rambut gadis itu untuk menenangkannya. Ia bisa mengerti kekhawatiran dan kegundahan kekasihnya itu, karena bagaimana pun dalam sebuah hubungan tidak hanya tentang kamu dan aku, tapi dalam sebuah ikatan perkawinan akan melibatkan keluarga, terutama orang tua. “Sayang, dengarkan aku,” Nathan mengangkat wajah Nina hingga mereka kembali saling menatap, “apa yang dikatakan perempuan itu tidak benar, karena yang dia sebut pernikahan itu tidak lebih hanya kontrak di atas kertas, dia melupakan isi kontrak itu, bahwa semua akan berakhir begitu kita menikah.” Nathan berkata dengan sungguh-sungguh, Nina menatap mata Nathan lekat-lekat, mencari kebenaran dan penguatan di sana. “Lalu bagaimana dengan keluargamu? Apa mereka akan menerima aku?” tanya Nina, suaranya mengambang seakan ada beban dan ketakutan di sana, karena ia yakin keluarga besar Nathan adalah keluarga terkemuka, sedangkan ia, ibunya sudah meninggal, ayahnya entah d
Nathan tertegun mendengar ucapan Nina, apa Sonya menceritakan semuanya termasuk tentang Rebecca?“Apa perempuan itu mengatakan padamu?” tanya Nathan.Nina menatap Nathan, ia mengangguk. “Perempuan itu ingin semua wanita tahu, bahwa Nathan, CEO wils adalah seorang pria impotent.”“Hmm, jadi begitu,” komentar Nathan.“Dia juga bilang padaku, kalau Rebecca tidak ingin menikah dengan lelaki impotent, karena sebagai wanita normal tentu juga menginginkan lelaki yang hebat, bukan hanya pada karier tapi juga di atas ranjang,” tambah Nina.Nathan terdiam, ia tidak menjawab atau pun bereaksi apa-apa, ia hanya menatap Nina yang sedang menceritakan apa yang dia dengar dari Sonya. “Dan kalau dikaitkan dengan ceritamu, kalau Rebecca selalu mengajakmu bercinta, tapi kamu selalu menolak karena tidak ada waktu, maka itu menjadi bukti dan alasannya untuk membenarkan tuduhan Sonya.Nathan tetap terdiam, ada gelombang dahsyat yang berkecamuk di dalam dadanya, tiba-tiba ia langsung berdiri dan menggendong
“Egois? Maksudnya bagaimana sayang?” tanya Nathan bingung, ia tidak mengerti apa maksud kekasihnya itu, dan mengapa tiba-tiba sikap Nina terlihat berbeda, gadis itu menyentuh dadanya dengan sentuhan yang lain dari biasanya. Nathan memejamkan matanya ketika tangan lembut itu menyusuri bulu-bulu halus di dadanya lalu menyentuh putting miliknya. Nathan merasakan sensasi kenikmatan yang tak biasa, gairahnya pun seketika bangkit. Nathan mengelus rambut dan kepala Nina, tiba-tiba pria itu mendesah tertahan ketika Nina mencium dan mengigit putting di dadanya. “Uuh… Sayang, kamu nakal ya,” gumam Nathan kegirangan, sambil merasakan nikmat menjalari tubuhnya, gelombang gairah yang susah payah ia sembunyikan pun seketika menyergapnya. Nathan nyaris tak kuasa lagi, ia memiringkan tubuh dan memeluk erat gadis cantik yang sedang menggodanya. “Sayang, kamu nakal. Jangan salahkan aku …” Nathan tidak melanjutkan kata-katanya ketika telunjuk Nina memblokir bibirnya. “Aku tidak akan menyalahkanmu Na
Mata Nina mengerjap ketika alarm dari jam meja di samping tempat tidurnya berbunyi, ia segera mengulurkan tangannya meraih jam kecil yang berada di atas nakas dan mematikan suara dering yang mengganggunya.Nina menggeliatkan tubuhnya, ia tersenyum manakala mengingat pertempuran tadi malam, ia merasakan kenikmatan yang luar biasa. Ternyata Nathan sangat hebat, bukan hanya di bidang bisnis, tapi juga di atas ranjang. Semua yang dituduhkan Sonya sama sekali tidak benar, Nathan sangat memanjakannya tadi malam.Tiba-tiba Nina terdiam, ia meraba ke sebelahnya, ternyata kosong. Nina membalikkan tubuh, Nathan memang tidak ada di tempat tidur, kemana dia? Baru saja Nina hendak bangun ketika suara yang selalu ia rindukan itu menyapa.“Selamat pagi My Love, kamu sudah bangun?” sapa Nathan lembut, pria itu tersenyum manis lalu duduk di tepi tempat tidur.Nina menatap lekat-lekat wajah sang pujaan hati, ada yang berbeda pada pancaran wajah Nathan. Wajah tampan itu semakin bersinar, semakin cerah d
Nina menatap Nathan dengan penasaran, apa sebenarnya maksud pria tampan yang sedang senyum-senyum dihadapannya ini.“Nathany, maksudnya apa sih? please jangan main teka teki ya.” Nina memasang wajah kesal.“Hehe, jangan cemberut gitu sayang, sekarang pakai bajunya dulu, aku tunggu di meja makan, oke?” Nathan menjembel kedua pipi Nina dengan gemes, lalu memagut cepat bibir polos Nina yang tanpa lipstick. Pria itu pun bergegas meninggalkan kamar Nina.Nina tersenyum, ia segera mengenakan stelan blazer warna ivory yang anggun, kemudian ia mengaplikasikan make up natural di wajahnya, dengan lipstik warna peach, tak lupa ia menata rambut panjangnya dengan gaya ponytail yang simple namun elegan. Tidak membutuhkan waktu lama, ia pun siap berangkat ke kantor.Ia segera menemui Nathan yang sudah duduk di meja makan, lagi-lagi Nina terkesima dengan kejutan pria itu, di meja telah tertata menu sarapan untuk mereka berdua.“Nathany, apa kamu memesan makanan?” tanya Nina sambil duduk di samping p
Laki-laki itu sangat kagum melihat Nina, wanita muda itu terlihat sangat agung dan berwibawa. Nathan memang sangat tajam nalurinya, baik dalam bisnis maupun dalam menangkap potensi pada diri seseorang. Wanita yang duduk di kursi besar itu sangat cocok dengan Nathan, hampir dalam segala hal. Secara fisik, keduanya nyaris sempurna, sangat cantik dan tampan, masalah kecerdasan, sepertinya hanya wanita ini yang mampu mengimbangi dan mungkin bisa menandingi Nathan. Hanya satu hal yang ia tidak tahu, bagaimana hubungan asmara mereka di atas ranjang, tapi sepertinya keduanya sangat bahagia, menandakan mereka sangat menikmati hubungan mereka. “Ngapain bengong di situ Mike?” tanya Karl mengejutkan lelaki yang masih berdiri termangu, ternyata lelaki itu adalah Mike. Nina pun sama terkejutnya dengan Mike, ia tidak menyangka kalau Mike akan datang, ia merasa sedikit canggung. Mike segera duduk di sofa, di samping Nathan. Ia menyerahkan sebendel berkas pada Nathan. “Semua validitas Nithany suda
Nathan bertanya dengan tidak sabar, sikap Mike membuatnya khawatir. Mike menghela napas, ia menundukan wajah nampak berat. “Mike, ada kendala apa lagi, bicara yang jelas!” Nathan menjadi tidak sabar, ia kesal melihat sikap Mike yang membisu itu. “Hmm, Ok.” Mike menghela napas berat, ia menatap Nathan dan Nina secara bergantian. “Aku mau bilang pada kalian berdua kalau ...” “Kalau apa? ngomong tuh yang bener, Mike. jangan sepotong-sepotong,” tegas Nathan kesal. “Oke-oke. Kamu nggak sabaran banget sih Tan. Aku mau bilang kalau kalian berdua harus siap-siap untuk bulan madu.” Mike nyerocos menjawab, ia nggak mau diinterupsi bos killer ini lagi. Kali ini Nathan yang terkesima, “maksudnya gimana, Mike?” “Nggak ada maksud, pikir aja sendiri.” Mike menjawab dengan ketus, ia segera berbalik hendak keluar, namun Nathan dengan sigap menghalanginya. “Eit, tunggu-tunggu, jangan marah Dude, nanti malam kamu bisa menikmati makan malam dari chef Nina, iya kan, sayang?” bujuk Nathan, sambil me
“Miss. Nina,” panggil seorang wanita yang bergegas menyusulnya, Nina pun berhenti dan menoleh ke arah sumber suara, ternyata Sonya. Perempuan itu mengenakan pakaian modis dan aksesories mewah yang mencolok.“Selamat siang Miss Nina, Anda mau berbelanja?” sapa perempuan itu sambil tersenyum, ia memperhatikan pakaian yang dikenakan Nina yang masih memakai pakaian resmi. “Loh, Miss Nina habis ngantor?”“Siang Nyonya, benar tadi ada meeting dengan managemen Nithani,” sahut Nina sambil tersenyum.“Wah hebat, hari Sabtu masih mengurusi pekerjaan,” timpal Sonya, “ngomong-ngomong kenapa nggak bersama Mr. Karl?” Wanita itu mengedarkan pandangan ke sekitar Nina, tiba-tiba matanya terpaku begitu melihat Emi yang berdiri di belakang Nina, sejak tadi ia hanya fokus menilai penampilan Nina sehingga tidak memperhatikan Emi yang berdiri di belakang bos muda itu.“Kamu! kenapa kamu ada di sini?” tanya Sonya dengan ketus, ia menunjukan tatapan tajam yang tak bersahabat pada Emi, ia juga menatap Nina se