Beranda / Rumah Tangga / Gairah cinta sang CEO / Perkenalan dengan sepupu Keenandra

Share

Perkenalan dengan sepupu Keenandra

Penulis: Rachel Bee
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-07 11:16:14

Berapa aku harus membayar?” ketus Amira. Andrinof menggelengkan kepalanya. Tersenyum perlahan lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam dompetnya. Sebuah kertas persegi empat berbentuk seperti kartu. Amira kembali mengernyitkan dahinya. Satu lembar kartu nama ia pegang dan ia baca. Amira menggumam pelan menyebutkan nama lengkap Andrinof. “Andrinof Sebastian, wakil direktur SUN TV. Ingin mengajukan kerjasama? Tapi sepertinya anda salah sasaran.”

Andrinof tertawa. Terburu ia meneguk lemon tea dan menelan semua makanan yang ia kunyah. “Aku ada tampang marketing? Aku kasih kartu nama ini supaya kamu bisa tahu siapa aku dan pekerjaan aku. Ah, sorry aku manggilnya aku-kamu,” tutur Andrinof.

Amira merapatkan bibirnya, berpikir sejenak maksud ucapan Andrinof yang seakan ingin sekali dikenal olehnya. “Jangan judes gitu dong. Senyum, lebih cantik.” Andrinof menarik pinggiran bibir Amira hingga naik beberapa senti. Amira menepis tangan Andrinof lalu memasukkan kartu nama itu ke dalam dompetnya.

“Makanan aku tadi habis berapa?” tanya Amira sekali lagi. Kevin kembali menggeleng. “Jangan sampai aku marah nih.” ancam Amira. Kevin tergelak mendengar ancaman yang tak terdengar menakutkan tapi malah menggemaskan. “Enggak usah ketawa.”

“Enggak usah dibayar. Bagaimana kalau kita kenalan lebih dekat?” ujar Andrinof seraya mengulurkan tangannya meminta jabatan tangan wanita cantik itu.

Gayung pun bersambut. Amira membalas jabatan tangan Andrinof dan menyebutkan nama lengkap dan profesinya. “Amira Zahra. Panggil saja Ara, seorang beauty consultant dan juga pemilik salah satu beauty course terkenal di Jakarta.” ujar Amira menyombongkan dirinya.

Andrinof mengangguk lalu ikut menyebutkan data dirinya sama seperti Amira tadi. “Andrinof Sebastian. Panggil saja Andrinof atau Basti biar lebih akrab, seorang wakil direktur di salah satu stasiun televisi terkenal di Jakarta." Andrinof mengakhiri perkenalannya dan melepas jabatan tangannya.

Setelah saling sapa dan berbagi kartu nama, Amira pun berpamitan lebih dulu. Jadwalnya yang padat memaksanya untuk kembali melanjutkan rutinitasnya, apalagi kalau bukan sebagai consultant. Tak mau kehilangan jejak lagi Andrinof pun berinisiatif untuk mengantarkan Amira menuju ke tempat kerjanya.

Amira menolak namun Andrinof tetap memaksanya.

Bukan Andrinof namanya jika ia menyerah begitu saja. Dengan kemampuannya yang sering melobi banyak pengusaha ia juga mempraktekkannya pada Amira.

“Wah, sepertinya hari mulai gelap,” ujar Andrinof berseloroh.

Amira berdiri di sebelahnya tepatnya di depan pintu lobby mall. Tangannya berulang kali membuka ponsel mencari aplikasi pemesanan taksi online. Berulang kali ia mencoba memesan berulang kali juga ia ditolak.

Soraya mulai gelisah. Satu jam lagi rapat akan dimulai namun ia belum juga beranjak dari mall yang letaknya cukup jauh dari kantornya.

“Kalau kamu tidak keberatan, aku bisa antar kamu ke tempat tujuan,” ujar Andrinof lagi. Kini ia dengan beraninya menawarkan bantuan pada Amira. Ia pikir inilah waktu yang tepat untuk mengenal calon pujaan hatinya.

Amira menoleh. Sempat berpikir sejenak namun akhirnya ia mengangguk. Andrinof yang sudah menduga bahwa ajakannya akan diterima dengan cepat menarik tangan Amira ke arah parkiran mobil di basement mall. Tak perlu waktu lama, ia pun mempersilahkan Amira untuk masuk sementara dirinya berjalan ke belakang mobil memasukkan barang-barang miliknya di kursi tengah ke bagasi.

“Kamu tahu gedung galaksi?” tanya Amira. Andrinof yang sibuk memakai sabuk pengaman menoleh lalu mengangguk. Amira bernapas lega. “Syukurlah.”

“Kamu kantornya disana?” tanya Andrinof. Tangannya memutar setir dan tak lama mobilnya berjalan pelan ke luar dari parkiran.

Amira mengangguk lalu berkata, “ Iya. Kamu tahu kan?”

“Tahu. Salah satu brand yang kerjasama dengan aku ada yang bertempat di gedung itu. Namanya estetique group,” jawab Andrinof santai.

"Aku pemiliknya." Andrinof menoleh. Matanya terbelalak lebar dan bibirnya pun terbuka sedikit menunjukkan keterkejutannya.

"Kenapa kita tidak pernah bertemu saat rapat pembentukan kerja sama?" tanya Andrinof yang dibalas dengan gelengan kepala Amira. "Ah, sepertinya akan menyenangkan kalau aku yang mengambil alih kerja sama ini. Bagaimana?"

"Sejak awal yang terlibat dengan kerja sama ini adalah bagian marketing dan development artis. Kalian para petinggi, mana mengerti?" ketus Amira lagi. Kata-katanya seperti sedang menyindir Andrinof dan perusahaan milik kakeknya itu.

"Astaga, aku kan baru enam bulan di Jakarta. Aku tahu gedung ini karena diberitahu oleh salah satu karyawanku kalau lusa ada meeting dengan estetique group," ujarnya membela diri.

"Ya ya. Terserah kamu."

Amira tak tahu perbincangan macam apa yang harus ia bicarakan dengan Andrinof. Sedikit canggung jika menanyakan hal pribadi apalagi yang menyangkut kekasih atau teman hidup. Lebih tepatnya kehidupan asmara.

Suasana sepi menyelubungi keduanya baik Andrinof ataupun Amira hanyut dalam lamunannya masing-masing. Tangan kiri Andrinof meraba dashboard mencari tombol pemutar musik. Satu lagu yang sering ia putar saat menemani perjalanan tak sengaja terputar dan membuat keduanya saling menoleh.

“Kamu suka lagu lama?” Amira sedikit memekik bertanya pada Andrinof dan yang ditanya hanya mengangguk sambil tersenyum. “Persis seperti almarhumah tante aku.”

Andrinof kembali menoleh. Ia melihat sekilas bibir Amira yang melengkungkan senyuman lalu kembali datar seperti biasa. Andrinof menjulurkan tangannya mencari kotak tisu karena ia yakin saat ini Amira pasti akan meneteskan airmatanya. “Sorry, aku bikin kamu nangis.”

“Enggak kok. Akunya yang memang cengeng.”

Andrinof memutar otak mencari obrolan yang pantas ia tanyakan pada Amira. Rasanya aneh jika hanya saling diam. Tiba-tiba saja di kepalanya terlintas tentang Aletta. “Tadi rencananya aku mau ajak Aletta makan siang bersama, tapi ternyata kamu datang ke kafe itu."

Amira sedikit terkejut namun tetap bersikap biasa saja tak ingin menampakkannya pada pria di sebelahnya. Ia pun menjawab dengan hati-hati, “Oh, kamu teman baik Aletta?” pertanyaan Amira membuat Andrinof menggeleng. "Lalu?"

“Bukan. Aku sepupu Keenandra, seharusnya kita pernah bertemu dan saling kenal,” jawab Andrinof.

“Kamu sepupu Keenandra?" Andrianof mengangguk. “Aku enggak pernah lihat kamu di rumah om Bara."

“Aku baru datang ke Jakarta enam bulan yang lalu. Aku tahu Keenandra bertunangan dengan kekasihnya tapi aku tidak datang. Terus, saat dia menikah aku sempatkan datang. Aku pernah lihat foto kamu di ponsel Keenandra.” Andrianof bercerita panjang lebar hingga membuat Amira terkejut.

"Oh, tapi dia tidak pernah cerita."

"Minta dikenalkan dengan kamu saja dia marah dan emosi." Dalam hati Amira, ia membenarkan kata-kata Andrianof tentang Keenandra yang pemarah. Tak tahan, ia mengikik mendengar cerita Andrianof saat menyindir Keenandra. "Kenapa ketawa?"

“Kok bisa?” tanya Amira penasaran.

“Sepertinya dia masih menyukai kamu. Entahlah,” jawab Andrianof sembari menggedikkan bahunya. Amira kembali terkejut. Kali ini tampak sekali raut wajah takut yang tersirat dari balik matanya yang sedikit menghindar dari tatapan Andrianof. "Kamu masih menyukai dia?"

“Kami sudah berpisah. Tak ada alasan lagi untuk aku mengatakan hal itu."

“Oh, maaf. Aku salah bicara,” ujar Andrianof yang sadar jika Amira tak senang masalah pribadinya diusik.

"Tidak apa-apa."

Suasana kembali hening. Lagu pun berhenti. Tepat di perempatan jalan mobil Andrianof berbelok masuk ke pelataran gedung galaksi. “Ah, sudah sampai. Selamat bekerja kembali,” ujar Andrianof. Amira perlahan membuka sabuk pengaman dan merapikan kemejanya yang sedikit tersingkap.

Amira menunduk lalu berkata, “Terima kasih. Lain kali aku yang traktir kamu makan. Tidak keberatan kan kalau aku undang?”

Andrianof mengangguk dan menjawab, “Tentu saja tidak. Dengan senang hati aku datang.”

Amira membuka pintu mobil dan menutupnya kembali. Tak lama kemudian mobil mulai berjalan dan dari dalam mobil terlihat sepupu Keenandra itu melambaikan tangannya sambil tersenyum ke arah Amira lalu dibalas pula dengan lambaian tangan.

Amira masih berdiri di depan pintu masuk dengan mata yang menengadah ke atas langit yang awannya mulai berarak perlahan memutari langit. Ada satu sudut lengkung disana yang bisa ia lihat dengan kasat mata. Lengkungan cantik nan indah yang membuat hati siapapun kagum. Lengkungan warna warni yang membuat mata Amira terberkati.

“Sangat berbeda sekali dengan Keenandra."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gairah cinta sang CEO   Epilog : Akhir Sebuah Dendam

    [Breaking news: Pemilik agensi QA entertainment dipanggil pihak kepolisian berdasarkan laporan dari estetique cosmetic atas pencemaran nama baik yang dilakukan oleh pemilik agensi.] "Aletta, sudah dua kali kamu seperti ini. Apa sih yang kamu inginkan? Kita bisa hidup dengan damai kan?" Amira menghela napasnya kasar. Ia sebenarnya sudah lelah dengan semua hal yang berkaitan dengan Aletta. Amira bersandar di sofa ruangannya. Setelah Aletta dipanggil oleh pihak kepolisian, ia langsung meminta wanita itu untuk datang ke kantornya. Untung saja ia menurutinya. Kini, mereka berdua tengah berhadapan dengan tatapan saling menghunus satu sama lain. "Aku masih dendam sama kamu. Tapi sebenarnya aku juga dijebak oleh Anna. Kamu kenal orang itu?" Amira mengangguk. "Lalu, apa yang akan kamu lakukan?" "Dia kan sudah kabur sama papa mertua. Biarkan saja," jawab Amira santai. "Jadi, dia selingkuhan om Bara?" Amira mengangguk. "Yang aku tahu, dia itu mantan pacar Keenan." "Ya, dia balas dendam sam

  • Gairah cinta sang CEO   Terjebak Permainan Sendiri

    "Aletta! Apa yang kamu perbuat pada Keenan sampai dia marah dan menganggu papa? Sudahlah Aletta. Jangan pernah mengusiknya lagi." Aletta yang baru saja bangun dari tidur dan duduk di meja makan hanya memutar bola matanya malas. Ia merasa kesal terus digurui oleh ayahnya. Rasa sakit hatinya masih terasa hingga sekarang, apakah ayahnya tak peduli padanya lagi? "Papa! Aku tuh lagi memperjuangkan nama baikku yang sudah dirusak oleh mereka. Papa sepertinya lebih senang nama baikku hancur daripada nama ayah yang memang sudah hancur sejak dulu," ketus Aletta. Sonia membelalakkan matanya. Ia tak menyangka jika anaknya akan berani berkata kasar pada ayahnya sendiri. Ardiwira hampir saja akan melayangkan tamparannya pada Aletta, untung saja Sonia bisa mengatasinya. "Jangan seperti ini pada anak sendiri. Bicara dengan baik dan jangan berbuat keributan," ujar Sonia. Ardiwira menurunkan tangannya lalu melanjutkan lagi makan paginya. Sonia menaruh roti isi ke piring Aletta dan menyuruhnya maka

  • Gairah cinta sang CEO   Ancam Mengancam

    Amira tidur lebih dulu setelah makan malam. Matanya sangat lelah setelah seharian duduk mendengarkan rapat mendadak yang dilakukan oleh tim legal untuk membahas fitnah yang ditujukan pada brand miliknya. Walaupun itu bukan tugas utama tim legal, tapi mereka bisa menanganinya karena masih berhubungan dengan reputasi brand yang mereka jaga selama ini. Menjelang tengah malam Amira terbangun. Rasa haus yang mencekat tenggorokannya membuatnya terpaksa bangun dan turun dari ranjang. Matanya menyipit mendapati tempat kosong di sampingnya. Rupanya sang suami juga terbangun di tengah malam. "Kau belum tidur atau baru bangun?" tanya Amira yang melihat sosok Keenandra di sofa ruang tengah. "Kemarilah." Keenandra menepuk tempat kosong di sebelahnya. Amira mendekat. Karena rasa haus yang menyerang, ia begitu saja menyambar gelas minum milik suaminya lalu meneguknya hingga tandas. "Kenapa terbangun, ada pekerjaan yang membuatmu tak bisa tidur?" tanya Amira. Keenandra menggelengkan kepalanya. I

  • Gairah cinta sang CEO   Penyelidikan Lebih Dalam

    Keenandra memimpin langsung rapat divisi penyiaran yang rencananya akan menyiarkan  tentang manipulasi surat hutang yang dilakukan oleh perusahaan kecil milik keluarga Ardiwira. Sebenarnya kasus ini sudah ditutupi dengan rapi oleh keluarga itu namun tiba-tiba mencuat karena lawan yang dihadapi oleh Ardiwira adalah anak perusahaan milik kakak Amira. Kebetulan yang sangat bermanfaat. Kepala divisi penyiaran sudah menyiapkan draft untuk berita skandal itu esok hari. Ia memaparkan bahwa hasil investigasi itu sangatlah mudah, mengingat perusahaan milik kakak Amira juga pernah berhubungan dengan SUN TV. Banyak yang telah mereka dapatkan langsung dari sumbernya. "Semua aman?" tanya Keenandra. Kepala divisi mengangguk. "Siapkan semuanya dengan baik. Saya mau narasumber, hasil investigasi di kantor pajak dan semua yang berhubungan dengan kasus itu ditunjukkan ke depan publik. Kasus ini mungkin adalah kasus kecil, tapi ini menyangkut dengan kelakuan Aletta yang s

  • Gairah cinta sang CEO   Ini Baru Awal

    Rencana penghancuran itu dimulai. Aletta yang berada di belakang layar memainkan perannya dengan apik. Ia membuat konten yang berhubungan dengan niatnya untuk menghancurkan reputasi baik Amira. Minggu pertama, ia mulai membahas kosmetik yang sedang viral. Aletta sengaja menaruh nama kosmetik milik Amira sebagai bahan percobaan. Lalu minggu depannya, ia membahas tentang status anak yang lahir di luar pernikahan dan yang paling puncaknya, ia juga membahas tentang nepotisme di kalangan para pengusaha agar bisnisnya berjalan dengan lancar. Hal ini tentunya menuai pro kontra yang cukup menarik di kalangan publik. Satu sisi menunjukkan sisi positif, tapi di sisi lainnya sangat berpotensi menimbulkan isu sensitif yang sedang beredar. Benar saja, publik jadi menduga jika semua yang dikatakan oleh konten milik agensi baru Aletta tengah menyindir Amira, pebisnis muda yang dirumorkan telah merebut Keenandra dari sisi Aletta. 'Ini jelas menyindir Amira. S

  • Gairah cinta sang CEO   Rencana Licik

    Amira memperlihatkan pesan yang tadi diterimanya pada Citra, sekretarisnya. Wanita itu terkejut tak percaya. Pasalnya, selama ia bekerja dengan Amira, baru kali ini bosnya itu mendapatkan ancaman serius dari salah satu musuhnya. Dan sepertinya, orang yang mengancam ini mengenal baik Amira dan suaminya. "Menurutmu, apa ini ada kaitannya dengan Aletta?" tanya Amira dengan wajah serius. "Apa yang harus kulakukan?" "Mbak Amira, selama ini Aletta tidak pernah mengancam mbak walaupun ada permusuhan diantara kalian. Ya, walaupun sering memaki dan itu sudah biasa. Tapi, ini sesuatu yang berbeda." Citra mengetukkan jarinya pada dagu. Ia berpikir sejenak lalu kembali berkata, "Apakah ini orang yang berbeda? Maksud aku—" "Tepat sekali. Aku sama berpikiran seperti kamu. Tak mungkin Aletta mengancamku seperti ini. Seburuk-buruknya dia, hanya sebatas caci maki saja. Siapa sebenarnya yang telah mengancamku?" "Mungkin saja—" "Siapa yang mengancammu?" pintu ruangan terbuka dengan kasar dari luar.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status