IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT

IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-05-30
Oleh:  Yuni Masrifah Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
9.8
4 Peringkat. 4 Ulasan-ulasan
142Bab
14.4KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Dihancurkan oleh mertua sendiri! Nabila kehilangan segalanya—anak, suami, bahkan atap di atas kepalanya—karena ambisi dan ego ibu mertuanya. Lebih menyakitkan, Arsya, sang suami, hanya diam dan menurut tanpa pembelaan. Terbuang dari keluarga suaminya, Nabila justru menemukan jalan tak terduga yang mengantarkannya pada kehidupan penuh kejutan dan pembalasan yang dramatis!

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1 Pilih Kasih

“Mas, uang kita yang dua ratus ribu mana?” 

“Tadi dipinjam sama ibu.”

“Amira panas, Mas. Panasnya sangat tinggi. Kenapa kamu kasih? Mas, tolong minta lagi uang itu sama ibu. Kita harus membawa Amira ke dokter. Aku takut terjadi apa-apa sama anak kita. Kita tidak punya uang lagi selain uang itu.”

Arsya yang tengah meminum kopi, segera berdiri dan mendekati Nabila, istrinya yang tengah menggendong Amira, putri mereka yang baru berusia 2 bulan.

“Hanya demam biasa, coba kamu kompres saja Amira, nanti juga dia bakalan sembuh,” imbuh Arsya.

Nabila menggeleng pelan, jelas Amira membutuhkan penanganan dokter. Suhu tubuh Amira sudah berada di atas normal. Membuat Nabila bersikeras ingin membawanya ke dokter.

“Tidak, Mas, Amira butuh pertolongan dokter. Kita tidak bisa membiarkannya seperti ini. Pokoknya kamu minta lagi uang itu dari ibu. Aku tidak mau tahu, Amira harus dibawa ke dokter,” sahut Nabila.

Arsya kemudian pergi ke dapur, kemudian kembali dengan membawa rantang berisi air dan juga handuk kecil.

“Sini, biar aku saja yang urus Amira. Anak hanya demam biasa, kamu malah sibuk ingin aku meminta uang itu lagi. Lagi pula, ibuku lebih membutuhkan uang itu.” Arsya kemudian mengompres dahi Amira dengan kain handuk yang telah dibasahi itu.

Bukannya tangisannya mereda, tangisan Amira malah semakin kencang. Wajahnya pun semakin memerah seperti menahan sakit.

Nabila kecewa dengan sikap Arsya yang menganggap hal ini sepele. Lantas ia keluar dari kamar, ia mencari ibu mertuanya untuk meminta uang itu kembali.

“Bu, apa ada di dalam?” Nabila mengetuk pintu kamar ibu mertuanya.

“Bu, ada yang ingin aku bicarakan sama Ibu. Tolong buka pintunya!”

Lama Nabila berdiri di depan pintu kamar ibu mertuanya. Namun, pintu itu tak kunjung terbuka. Setelah memastikan ibu mertuanya tidak ada di kamar, Nabila pun segera keluar untuk mencarinya.

Amira yang baru saja mengenakan alas kaki. Ia melihat ibu mertuanya bersama dengan Weni yang menggendong anaknya, istri dari almarhum adik Arsya sedang berjalan sambil menenteng kantong kresek besar berisi 2 kotak susu formula berukuran besar. Tampaknya mereka habis berbelanja dari minimarket.

“Bu, maaf kalau aku lancang. Bu, aku mau meminta kembali uang yang Ibu pinjam dari mas Arsya. Amira demam, dia harus secepatnya dibawa ke dokter,” ujar Nabila.

“Uang? Kenapa kamu mau memintanya kembali? Lagi pula Ibu hanya meminjam. Nanti juga dibalikin, tapi tidak sekarang. Amira hanya demam, kan? Cukup dikompres saja nanti juga turun panasnya. Sudahlah, Nabila, Ibu capek Ibu habis membeli susu buat Bella. Lagi pula, uang itu Ibu gunakan untuk membeli susu formula,” sahut bu Retno.

Nabila terbelalak, ia tidak menyangka jika ibu mertuanya tega berbicara seperti itu. Situasi genting seperti ini, dia masih saja bersikap pilih kasih. Padahal, Amira juga adalah cucu kandungnya. Namun, kasih sayang bu Retno lebih condong terhadap Bella. 

“Bu, asi Weni lancar, tidak perlu membeli susu formula. Kenapa Ibu dan Weni selalu memaksakan kehendak jika keuangan kita sedang tidak baik-baik saja?” Nabila sungguh tidak habis pikir. Di mana pikiran keluarga itu? Sehingga mereka abai saat salah satu anggota keluarganya tengah menahan sakit.

Bu Retno tidak ingin perdebatan ini semakin ke mana-mana. Ia pun segera masuk menyusul Weni ke dalam rumah.

Tangisan Amira semakin menjadi. Hal itu membuat Nabila semakin khawatir. Lantas ia segera berlari ke dalam kamarnya. Ia melihat Amira dibaringkan di atas kasur. Namun, Arsya dengan santainya ia tertidur pulas di samping Amira, tanpa terganggu sedikit pun oleh tangisan Amira.

“Bangun, Mas. Kita harus membawa Amira ke dokter. Kita tidak bisa diam saja seperti ini. Kamu sebagai Ayah, jangan santai seperti ini. Kita pinjam uang ke tetangga atau siapa saja. Yang penting anak kita harus mendapatkan penanganan dari dokter,” ujar Nabila, ia mengguncang-guncang tubuh Arsya, supaya suaminya itu lekas bangun.

“Aku ngantuk, Nabila. Sudah, kamu jangan terlalu berlebihan seperti ini. Bayi seumuran Amira memang biasa seperti ini. Kamu jangan membuat aku pusing dengan semua ocehanmu. Sekarang, sebaiknya kamu kompres lagi Amira. Aku mau tidur,” sahut Arsya.

Ingin marah, rasanya percuma. Arsya seakan menganggap penyakit yang diderita Amira adalah hal biasa. Nabila pun segera menggendong Amira, kemudian membawanya keluar. Ia akan membawa Amira ke dokter, masalah biaya, ia akan meminjam kepada tetangga.

“Kamu yang sabar ya, Nak. Ibu akan membawa kamu ke dokter. Kamu harus kuat,” gumam Nabila, setengah berlari ia terus berjalan ke jalan raya menuju sebuah klinik.

Nabila kemudian menyetop angkutan kota, untuk mempersingkat waktu. Sementara Amira tidak hentinya menangis.

Sesampainya di depan klinik, Nabila turun tergesa-gesa dari mobil. Beruntung Amira mulai tenang dan tidak menangis lagi, bahkan kini Amira tertidur begitu nyenyak.

“Alhamdulillah … kamu sudah tenang, Sayang. Sebentar lagi kamu akan sembuh. Kita ketemu bu dokter dulu di dalam, ya!” gumam Nabila mengajak bicara bayinya itu.

“Bu, apakah demamnya sudah lama?” tanya dokter yang menangani Amira. Dokter itu tengah memeriksa detak jantung Amira.

“Dari tadi pagi, Dok. Dia rewel terus dan suhu tubuhnya sangat panas. Tolong anak saya, Dok. Tolong sembuhkan anak saya,” jawab Nabila.

Dokter wanita muda berhijab abu-abu itu tampak menghembuskan napas kasar. Kemudian menepuk pelan bahu Nabila. Membuat Nabila bingung dengan sikap dokter itu.

“Ibu yang sabar, ya. Anak Ibu sudah berpulang,” ucap dokter.

Nabila menautkan kedua alisnya, tidak mengerti dengan ucapan dokter barusan.

“Ma-maksud Dokter apa? Anak saya tidak apa-apa kan, Dok? Dia hanya demam biasa, kan, dan dia bisa sembuh?” tanya Nabila.

Sayangnya dokter itu menggelengkan kepalanya. Membuat Nabila terhenyak, wajahnya menyiratkan tidak percaya.

“Mohon maaf, Bu. Anak Ibu tidak selamat. Anak Ibu telat mendapat penanganan,” jawab dokter.

Deg!

Dunia Nabila seakan berhenti. Nabila menggelengkan kepalanya. Ia kemudian menatap wajah putrinya yang sudah tidak bernapas lagi. Perlahan, matanya mulai berkaca-kaca, kemudian luruh membasahi pipinya.

“Tidak, tidak mungkin anak saya meninggal, Dok. Anak saya masih hidup. Katakan, anak saya masih hidup kan, Dok? Dia masih bernapas, kan?” Nabila memeluk tubuh Amira dengan tangisan pecah memenuhi ruangan.

Ditatap wajah putrinya, wajah yang tidak berdosa itu harus kehilangan nyawa secepat itu. Seketika ia teringat akan suami, mertua dan iparnya. Tangannya refleks mengepal kuat.

Merasa sudah tidak ada harapan lagi, Nabila memutuskan untuk pulang sambil kembali menggendong anaknya. Kini, dunia Nabila seakan berhenti berputar. Semua harapan hancur saat anaknya dinyatakan meninggal dunia.

“Tega kalian semua, anakku mati gara-gara kalian!” gumam Nabila, sambil terus berjalan dengan air mata yang terus mengalir tak mau berhenti.

Nabila menjadi pusat perhatian orang-orang saat ia berjalan. Hingga ia memutuskan menaiki ojek.

Sampai di depan rumah, Nabila turun dan kembali berjalan hendak masuk. Tampak banyak sandal yang berada di depan teras, membuat Nabila heran ada apa di rumah mertuanya itu?

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

default avatar
Aurel Lia
Sukaaa sekali
2025-05-06 15:55:25
1
user avatar
Yuni Masrifah
ayok baca, ceritanya makin seru ...(^_^)...
2025-04-24 19:20:12
0
user avatar
Blue Rose
lanjut kakヾ(^-^)ノ
2025-03-23 22:28:17
1
default avatar
gantengsuhanda00
seru asik menang
2025-05-28 08:44:53
1
142 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status