Share

Saingan baru

Penulis: Rachel Bee
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-07 11:13:22

Pukul sepuluh pagi, Keenandra sudah berada di kantornya setelah berdebat cukup panjang dengan Aletta yang marah saat dirinya menyinggung tentang hubungannya dengan Amira. Istrinya itu terus saja memaksa dirinya untuk menerima kenyataan jika tak seharusnya ada nama orang lain hadir dalam pernikahan mereka.

Tak ingin melewatkan waktu berharganya, Keenandra memilih menyibukkan dirinya dengan bekerja. Sebelum ia memulainya, seseorang yang tak diharapkan muncul membuang sia-sia eksistensinya di dunia pekerjaan.

"Pertemuan dengan estetique group tidak dibatalkan kan?" tanyanya tanpa basa-basi ataupun ucapan selamat pagi. Seseorang yang tak diharapkan itu duduk di kursi putar tepat di depan Keenandra yang masih sibuk membuka surelnya. "Jangan karena masalah pribadi, jadinya—"

"Aku cukup profesional, Andrinof Sebastian." Keenandra menggertak pria itu, pria yang tak disukainya sejak kedatangannya enam bulan yang lalu.

Andrinof menyeringai puas. Selama ini, ia paling senang dalam urusan mengganggu Keenandra yang mempunyai tingkat emosi diatas rata-rata. Dengan santainya ia menyusuri ruangan kerja sepupunya itu, berdecak kagum pada interiornya yang sangat elegan.

Pandangannya berpendar ke segala arah. Hingga akhirnya satu sorotan tertuju pada bingkai foto Keenandra dan seorang wanita cantik sedang memegang sebuah piala. Tampaknya itu piala penghargaan sebuah acara brand kosmetik ternama.

Tunggu, Andrinof terpesona akan senyum cantiknya. Senyuman yang ia lihat enam bulan yang lalu saat peresmian dirinya sebagai wakil direktur perusahaan milik sepupunya.

"Cantik sekali Amira," gumamnya lirih.

"Kembalilah ke ruanganmu." Keenandra berteriak dari balik meja kerjanya. Sejak tadi ia sudah mengintai gerak-gerik pria blasteran Eropa yang terlihat sibuk mencari sesuatu yang aneh di ruangannya.

"Aku menyukainya. Maukah kau kenalkan aku padanya?" Andrinof menunjuk ke arah bingkai foto itu. Tepat pada sosok Amira yang sedang tersenyum manis.

"Dalam mimpimu."

"Ayolah, kau kan sudah menikah. Sudah melepas wanita itu kan? Berarti aku berhak mendekati dia." kata-kata Andrinof menyulut kemarahan dalam diri Keenandra. Tak sabar rasanya pria itu melayangkan satu pukulan ke wajah tampannya.

"Kembali ke ruanganmu, Andrinof Sebastian!"

"Ok, baiklah. Kalau kau tidak mau membantuku, aku akan berusaha sendiri. Selamat bekerja."

Kata-kata Andrinof cukup membuat Keenandra merasa tersaingi. Jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, ia belum rela jika Amira menemukan seseorang yang baru pengganti dirinya. Ia masih berharap bisa kembali mendekatinya, entah kapan itu terjadi.

***

Niat Andrinof mencari tahu tentang Amira bukanlah hisapan jempol belaka. Ia sungguh-sungguh ingin mengenal wanita itu lebih dekat. Tak mendapatkan informasi dari Keenandra, ia nekat mencari tahu lewat Aletta adik angkat Amira.

Bayangan wajah angkuh dan sedingin es membuatnya semakin ingin mengenal lebih jauh. Di dalam kepalanya, hanya ada wajah Amira dan Amira lagi. Pernah ia hampir saja menjatuhkan cangkir kopinya yang masih mengepulkan asap hanya karena ia membayangkan sejenak wajah Amira dan berhalusinasi jika saja wanita itu datang dan mencium bibirnya.

Ah, bayangan kotor saja. Nyatanya, hingga hari ini pun sudah dua hari sejak pertemuan itu, dirinya tak berani mencari tahu dimana Amira berada.

“Amira. Apa Aletta mau membantuku?” gumam Andrinof. Tangannya mengusap pelan dagu sambil membayangkan wajah Amira lagi. “Kalau aku bisa kenal lebih dekat dengan dia, apakah dia mau?” tutupnya. Andrinof pun memejamkan mata dan mulai membayangkan wajah cantik Amira.

Tak menunggu waktu lama, Andrinof segera menghubungi Aletta dan bertanya padanya tentang sosok Amira yang sangat ingin dikenalnya. Ia pun mengajak istri sepupunya itu untuk bertemu di satu tempat yang telah dijanjikan siang ini.

Tentunya, tanpa mengajak Keenandra yang selalu darah tinggi itu.

"Aletta, bagaimana kalau kita bertemu di kafe biasa. Kita makan siang di sana sekaligus membicarakan tentang Amira."

Kesepakatan di mulai. Andrinof yang tak sabar dengan segala hal tentang Amira, segera meluncur ke sebuah kafe yang telah disepakati bersama Aletta. Ia duduk di dekat pintu masuk, sambil melebarkan pandangannya mencari-cari sosok Aletta yang katanya sedang menuju ke tempat itu.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Sepertinya pepatah itu pantas disematkan pada Andrinof yang mendamba pertemuan selanjutnya dengan sang pujaan hati. Siapa lagi kalau bukan Amira. Wanita yang membuat ia terpana dan membeku beberapa saat hanya dengan mendengar suara ketusnya. Tepatnya, ia jatuh cinta pada sikap ketus dan angkuh seorang Amira.

Tepat saat sedang menunggu kedatangan Aletta, kala suasana Jakarta sedang dalam posisi paling sibuk muncullah sesosok yang tengah di nanti olehnya. Berjalan ke arah sudut kafe terkenal di titik pusat Jakarta, mata mereka bertemu lagi untuk kedua kalinya. Mata bulat menawan dengan sudut lengkung yang menggoda serta senyum singkat yang irit semakin membuat Andrinof tergila-gila untuk kesekian kali.

Andrinof terburu-buru membuka ponselnya lalu menghubungi Aletta. "Aletta, aku tidak jadi pergi makan siang. Lain kali aku hubungi lagi."

Andrinof beranjak dari tempat duduknya beralih ke meja yang kini ditempati oleh Amira. Penuh dengan kepercayaan dirinya yang setinggi langit, Andrinof menyapa lembut Amira yang sedang sibuk memilih menu makan siangnya. "Amira? Benar kan kamu Amira?"

Amira tak bergeming. Tanpa beralih dari buku menu, kepalanya lalu mengangguk pelan. Andrinof tak merasa canggung sama sekali. Ia nekat duduk di hadapan Amira dengan senyuman konyolnya. “Boleh ikut gabung?” ujarnya lagi.

Amira menengadahkan kepalanya menatap Andrinof yang masih tersenyum menatap dirinya. “Boleh. Silakan.”

Andrinof pun duduk dan segera memesan makanan yang ia inginkan. Sambil menunggu pesanan, matanya tak lepas dari menu yang sedang dipesan oleh Amira.

"Suka dengan carbonara?" tanya Andrinof memulai percakapan. Amira hanya meliriknya dari balik kepalanya yang menunduk. Belum sempat ia menjawab, Andrinof kembali bertanya padanya. "Saya juga suka. Tapi lebih suka aglio Olio."

"Maaf, saya tidak menanyakan hal itu." Amira berkata ketus untuk kedua kalinya. Sepertinya mulai hari ini Andrinof harus terbiasa mendengar suara ketus dari mulut Amira jika ingin mendekatinya.

"Kamu, sering kesini?" Amira menggeleng. "Oh, mungkin hanya kebetulan saja ya. Sama seperti—"

"Maaf, saya mau makan. Silakan lanjutkan nanti lagi obrolannya."

Andrinof tersenyum kecut mendengar nada ketus yang lagi-lagi keluar dari mulut manis Amira.

Akhirnya, makanan pun tiba. Keduanya sama terdiam menikmati makanan yang telah mereka pesan. Andrinof membelalakkan matanya lalu terburu menghabiskan makanan yang dipesannya karena wanita pujaannya tengah bersiap-siap merapikan tas dan mencari dompet di dalam tas kecil yang ia bawa.

Andrinof menghalangi tangan Amira sekaligus menghentikan pergerakannya. Amira mendelik. Ia menyingkirkan tangan Andrinof dan menaruhnya di sebelah tangannya. “Excuse me? Kenapa tangan kamu menghalangi tangan saya?”

Andrinof tiba-tiba saja canggung. Ia menggaruk belakang kepalanya dan tak lama kemudian giginya menyembul keluar diiringi senyuman khas dirinya.“Biar saya saja yang bayar.”

"Maaf, saya tidak mengenal anda. Tidak ada kewajiban untuk membayar makanan yang telah saya makan."

Andrinof segera berdiri dan berjalan ke meja kasir. Saat berbicara, sesekali tangannya mengarah ke meja Amira dan kasir mengangguk seakan mengerti apa yang Andrinof bicarakan.

Tak berapa lama ia pun kembali ke meja dan melanjutkan acara makannya yang terlihat sudah mulai habis. Amira mengernyitkan dahinya merasa aneh dengan apa yang dikerjakan pria yang baru dua kali ditemuinya.

"Berapa harga yang harus saya bayar?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gairah cinta sang CEO   Epilog : Akhir Sebuah Dendam

    [Breaking news: Pemilik agensi QA entertainment dipanggil pihak kepolisian berdasarkan laporan dari estetique cosmetic atas pencemaran nama baik yang dilakukan oleh pemilik agensi.] "Aletta, sudah dua kali kamu seperti ini. Apa sih yang kamu inginkan? Kita bisa hidup dengan damai kan?" Amira menghela napasnya kasar. Ia sebenarnya sudah lelah dengan semua hal yang berkaitan dengan Aletta. Amira bersandar di sofa ruangannya. Setelah Aletta dipanggil oleh pihak kepolisian, ia langsung meminta wanita itu untuk datang ke kantornya. Untung saja ia menurutinya. Kini, mereka berdua tengah berhadapan dengan tatapan saling menghunus satu sama lain. "Aku masih dendam sama kamu. Tapi sebenarnya aku juga dijebak oleh Anna. Kamu kenal orang itu?" Amira mengangguk. "Lalu, apa yang akan kamu lakukan?" "Dia kan sudah kabur sama papa mertua. Biarkan saja," jawab Amira santai. "Jadi, dia selingkuhan om Bara?" Amira mengangguk. "Yang aku tahu, dia itu mantan pacar Keenan." "Ya, dia balas dendam sam

  • Gairah cinta sang CEO   Terjebak Permainan Sendiri

    "Aletta! Apa yang kamu perbuat pada Keenan sampai dia marah dan menganggu papa? Sudahlah Aletta. Jangan pernah mengusiknya lagi." Aletta yang baru saja bangun dari tidur dan duduk di meja makan hanya memutar bola matanya malas. Ia merasa kesal terus digurui oleh ayahnya. Rasa sakit hatinya masih terasa hingga sekarang, apakah ayahnya tak peduli padanya lagi? "Papa! Aku tuh lagi memperjuangkan nama baikku yang sudah dirusak oleh mereka. Papa sepertinya lebih senang nama baikku hancur daripada nama ayah yang memang sudah hancur sejak dulu," ketus Aletta. Sonia membelalakkan matanya. Ia tak menyangka jika anaknya akan berani berkata kasar pada ayahnya sendiri. Ardiwira hampir saja akan melayangkan tamparannya pada Aletta, untung saja Sonia bisa mengatasinya. "Jangan seperti ini pada anak sendiri. Bicara dengan baik dan jangan berbuat keributan," ujar Sonia. Ardiwira menurunkan tangannya lalu melanjutkan lagi makan paginya. Sonia menaruh roti isi ke piring Aletta dan menyuruhnya maka

  • Gairah cinta sang CEO   Ancam Mengancam

    Amira tidur lebih dulu setelah makan malam. Matanya sangat lelah setelah seharian duduk mendengarkan rapat mendadak yang dilakukan oleh tim legal untuk membahas fitnah yang ditujukan pada brand miliknya. Walaupun itu bukan tugas utama tim legal, tapi mereka bisa menanganinya karena masih berhubungan dengan reputasi brand yang mereka jaga selama ini. Menjelang tengah malam Amira terbangun. Rasa haus yang mencekat tenggorokannya membuatnya terpaksa bangun dan turun dari ranjang. Matanya menyipit mendapati tempat kosong di sampingnya. Rupanya sang suami juga terbangun di tengah malam. "Kau belum tidur atau baru bangun?" tanya Amira yang melihat sosok Keenandra di sofa ruang tengah. "Kemarilah." Keenandra menepuk tempat kosong di sebelahnya. Amira mendekat. Karena rasa haus yang menyerang, ia begitu saja menyambar gelas minum milik suaminya lalu meneguknya hingga tandas. "Kenapa terbangun, ada pekerjaan yang membuatmu tak bisa tidur?" tanya Amira. Keenandra menggelengkan kepalanya. I

  • Gairah cinta sang CEO   Penyelidikan Lebih Dalam

    Keenandra memimpin langsung rapat divisi penyiaran yang rencananya akan menyiarkan  tentang manipulasi surat hutang yang dilakukan oleh perusahaan kecil milik keluarga Ardiwira. Sebenarnya kasus ini sudah ditutupi dengan rapi oleh keluarga itu namun tiba-tiba mencuat karena lawan yang dihadapi oleh Ardiwira adalah anak perusahaan milik kakak Amira. Kebetulan yang sangat bermanfaat. Kepala divisi penyiaran sudah menyiapkan draft untuk berita skandal itu esok hari. Ia memaparkan bahwa hasil investigasi itu sangatlah mudah, mengingat perusahaan milik kakak Amira juga pernah berhubungan dengan SUN TV. Banyak yang telah mereka dapatkan langsung dari sumbernya. "Semua aman?" tanya Keenandra. Kepala divisi mengangguk. "Siapkan semuanya dengan baik. Saya mau narasumber, hasil investigasi di kantor pajak dan semua yang berhubungan dengan kasus itu ditunjukkan ke depan publik. Kasus ini mungkin adalah kasus kecil, tapi ini menyangkut dengan kelakuan Aletta yang s

  • Gairah cinta sang CEO   Ini Baru Awal

    Rencana penghancuran itu dimulai. Aletta yang berada di belakang layar memainkan perannya dengan apik. Ia membuat konten yang berhubungan dengan niatnya untuk menghancurkan reputasi baik Amira. Minggu pertama, ia mulai membahas kosmetik yang sedang viral. Aletta sengaja menaruh nama kosmetik milik Amira sebagai bahan percobaan. Lalu minggu depannya, ia membahas tentang status anak yang lahir di luar pernikahan dan yang paling puncaknya, ia juga membahas tentang nepotisme di kalangan para pengusaha agar bisnisnya berjalan dengan lancar. Hal ini tentunya menuai pro kontra yang cukup menarik di kalangan publik. Satu sisi menunjukkan sisi positif, tapi di sisi lainnya sangat berpotensi menimbulkan isu sensitif yang sedang beredar. Benar saja, publik jadi menduga jika semua yang dikatakan oleh konten milik agensi baru Aletta tengah menyindir Amira, pebisnis muda yang dirumorkan telah merebut Keenandra dari sisi Aletta. 'Ini jelas menyindir Amira. S

  • Gairah cinta sang CEO   Rencana Licik

    Amira memperlihatkan pesan yang tadi diterimanya pada Citra, sekretarisnya. Wanita itu terkejut tak percaya. Pasalnya, selama ia bekerja dengan Amira, baru kali ini bosnya itu mendapatkan ancaman serius dari salah satu musuhnya. Dan sepertinya, orang yang mengancam ini mengenal baik Amira dan suaminya. "Menurutmu, apa ini ada kaitannya dengan Aletta?" tanya Amira dengan wajah serius. "Apa yang harus kulakukan?" "Mbak Amira, selama ini Aletta tidak pernah mengancam mbak walaupun ada permusuhan diantara kalian. Ya, walaupun sering memaki dan itu sudah biasa. Tapi, ini sesuatu yang berbeda." Citra mengetukkan jarinya pada dagu. Ia berpikir sejenak lalu kembali berkata, "Apakah ini orang yang berbeda? Maksud aku—" "Tepat sekali. Aku sama berpikiran seperti kamu. Tak mungkin Aletta mengancamku seperti ini. Seburuk-buruknya dia, hanya sebatas caci maki saja. Siapa sebenarnya yang telah mengancamku?" "Mungkin saja—" "Siapa yang mengancammu?" pintu ruangan terbuka dengan kasar dari luar.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status