Beranda / Rumah Tangga / Gairah di Balik Tirai Kehidupan / Bab 86: Pertaruhan Kebenaran

Share

Bab 86: Pertaruhan Kebenaran

Penulis: perdy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-26 22:33:57

Malam itu, udara di antara Reno dan Alena terasa begitu berat. Mereka duduk berhadapan di ruang tengah apartemen Reno, lampu redup menyinari wajah mereka yang sama-sama tegang. Reno sudah tidak bisa lagi menahan rasa curiganya. Selama beberapa minggu terakhir, ia telah memperhatikan perubahan sikap Alena - tatapan mata yang selalu menghindari pandangannya, pesan-pesan yang disembunyikan, dan gerak-gerik yang mencurigakan.

"Kamu tidak bisa terus berbohong padaku, Alena," kata Reno dengan nada suara yang dingin namun penuh luka. "Aku sudah tahu ada sesuatu yang terjadi antara kamu dan Adrian. Aku minta penjelasan."

Alena membeku. Jantungnya berdegup kencang, seakan ingin meledak dari dadanya. Kenangan-kenangan terakhir bersama Adrian berputar di benaknya - sentuhan-sentuhan singkat yang seharusnya tidak pernah terjadi, percakapan-percakapan rahasia, dan ketegangan yang selama ini ia sembunyikan.

Ia menatap Reno, mencoba membaca ekspresi wajahnya. Ada kesedihan mendalam di balik mata Ren
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 254

    Di apartemen kecil yang ia sewa setelah memutuskan untuk tidak pulang ke rumah orangtua lagi, Alena duduk terpaku di depan laptop, membaca artikel demi artikel tentang dampak skandal terhadap Hartono Group. Setiap judul terasa seperti tamparan yang menyakitkan."Saham Hartono Group Anjlok Karena Skandal CEO" "Klien Besar Putus Hubungan dengan Konglomerat yang Terkena Skandal" "Ratusan Pekerjaan Terancam saat Kerajaan Hartono Runtuh"Yang terakhir itu yang paling menyakitkan hatinya. Ratusan pekerjaan yang terancam. Ratusan keluarga yang mungkin akan terdampak karena keputusan-keputusannya.Nadira, yang sudah menginap di apartemen kecil itu selama tiga hari, duduk di sebelahnya dengan secangkir teh yang sudah dingin."Len, berhenti baca artikel-artikel itu. Kamu cuma menyiksa diri sendiri.""Nadi," suara Alena bergetar, "lihat ini. Empat puluh tiga orang mengundurkan diri dalam dua hari. Kepala pemasaran, manajer senior... orang-orang yang punya keluarga, yang punya tanggung jawab.""I

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 253

    Ruang rapat dewan direksi Hartono Group yang biasanya dipenuhi aroma kopi premium dan diskusi bisnis yang dinamis, kini terasa sesak dengan ketegangan yang hampir bisa diraba. Adrian duduk di ujung meja mahoni panjang yang pernah menjadi simbol kekuasaannya, tapi kali ini ia merasa seperti terdakwa yang sedang menghadapi hakim.Di sekeliling meja, wajah-wajah yang selama ini menganggap Adrian sebagai visioner dan pemimpin yang tak tergoyahkan, kini menatapnya dengan campuran keraguan dan kekecewaan.Direktur Utama PT Hartono Investama, Budi Santoso, yang sudah bekerja dengan Adrian selama dua puluh tahun, membuka laptopnya dengan ekspresi murung."Adrian," katanya dengan suara yang lebih formal dari biasanya, "laporan kuartalan menunjukkan dampak yang... sangat signifikan.""Seberapa signifikan?" tanya Adrian, meskipun ia sudah bisa menebak jawabannya dari ekspresi semua orang di ruangan itu."Penurunan pendapatan 35% dalam dua minggu terakhir. Lima klien korporat besar sudah memutus

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 252

    Di gedung pencakar langit tempat kantor pusat Hartono Group, suasana yang biasanya sibuk dan energik kini berubah menjadi mencekam. Karyawan berbisik-bisik di pantry, meeting-meeting ditunda, dan yang paling mencolok—beberapa ruangan eksekutif terlihat kosong.Adrian berdiri di ruang boardroom, menghadapi jajaran direksi dan investor utama perusahaan. Wajah-wajah yang dulu selalu mengangguk setuju pada setiap keputusannya kini terlihat skeptis dan khawatir."Gentlemen," kata Adrian membuka rapat darurat itu, "I know why we're all here. Dan aku mau address elephant in the room secara langsung."Robert Tanaka, investor Jepang yang sudah bekerja sama dengan Hartono Group selama sepuluh tahun, berdehem. "Adrian-san, we are very concerned about recent... developments. Our company in Japan is receiving many questions from media.""Dan kami sudah dapat pressure from our shareholders," tambah David Kim dari Korea. "They questioning why we still in business with company yang leadership-nya inv

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 251

    Cafe Kopi Keliling di Kemang masih sama seperti yang Alena ingat—interior kayu yang hangat, aroma kopi yang menenangkan, dan sudut-sudut cozy yang pernah menjadi saksu bisu percakapan-percakapan manis mereka di masa pacaran. Tapi kali ini, suasananya terasa berat dengan ketegangan yang tidak terucapkan.Reno sudah duduk di meja pojok yang dulu menjadi favorit mereka, menatap cangkir kopi yang belum ia sentuh. Ketika melihat Alena masuk, ia tidak tersenyum seperti dulu. Hanya menatap dengan mata yang penuh pertanyaan dan kelelahan.Alena berjalan dengan langkah ragu, merasakan setiap pasang mata di cafe itu mengikutinya. Atau mungkin itu hanya perasaannya saja—efek dari menjadi pusat perhatian media selama berhari-hari."Hai," katanya pelan sambil duduk di hadapan Reno."Hai."Keheningan yang awkward. Alena memesan kopi yang sama seperti dulu—caffe latte dengan extra shot, tanpa gula. Reno masih ingat pesanannya, terlihat dari cara ia menatap pelayan yang mengambil order."Reno, aku—"

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 250

    Sementara Alena bersiap menghadapi pertemuan yang bisa menentukan masa depan pernikahannya, di sebuah cafe di kawasan Menteng, Sophia Hartono duduk santai sambil menyesap kopi hitamnya. Laptop MacBook Air terbuka di hadapannya, jari-jemarinya menari di atas keyboard dengan gerakan yang terlatih.Ia tersenyum tipis sambil membaca draft email yang baru saja ia selesaikan. Subject line-nya sederhana tapi menggigit: "EXCLUSIVE: More Evidence in Adrian Hartono Scandal - Internal Sources Speak Out."Sophia membuka beberapa tab browser—Kompas.com, Detik.com, CNN Indonesia, Tempo.co. Ia sudah riset tentang jurnalis mana yang paling agresif dalam mengcover skandal semacam ini, editor mana yang paling responsif terhadap tip anonim, dan media mana yang paling tidak takut menghadapi tekanan dari konglomerat."Perfect," bisiknya sambil meng-attach file-file yang sudah ia siapkan dengan cermat.File pertama: screenshot percakapan WhatsApp antara Adrian dan seseorang yang ia sebut "A" (yang jelas me

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 249

    Alena hampir menabrak Nadira yang sudah berdiri gelisah di depan pintu ruangan Adrian."Len! Apa yang terjadi? Kamu pucat sekali!""Kita harus pergi. Sekarang juga," kata Alena sambil menarik tangan Nadira menuju lift."Tapi—""Please, Nadi. Aku akan cerita nanti. Sekarang kita harus pergi dari sini."Mereka baru sampai di lobby ketika ponsel Alena berdering. Nama "Reno" muncul di layar.Alena menatap ponsel itu seolah melihat bom yang akan meledak. Sudah berhari-hari ia menghindari panggilan dari suaminya, tapi kali ini..."Angkat," kata Nadira lembut. "Kamu harus menghadapinya cepat atau lambat."Dengan tangan gemetar, Alena mengangkat telepon."Halo?" suaranya hampir tak terdengar."Alena." Suara Reno terdengar berbeda. Bukan marah seperti yang ia kira, tapi... lelah. Sangat lelah."Reno, aku—""Jangan bilang apa-apa dulu. Aku cuma mau tanya satu hal, dan aku mau jawaban jujur. Bisa?"Alena menelan ludah. "Iya.""Apakah ini yang kamu pilih? Apakah... apakah pria itu lebih penting d

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status