Share

Undangan Reuni

Penulis: Mommykai22
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-17 18:36:07

Hanna selalu merasa keren saat ia bekerja. Ia merasa menjadi orang yang pintar dan ia mencintai pekerjaannya.

Karena sejak awal bekerja, Hanna sudah sering berhubungan dengan perusahaan Louis, ia pun tidak merasa kesulitan untuk beradaptasi dengan pekerjaan mereka lagi, apalagi ada Susan yang menjadi asistennya dan membantunya melakukan segalanya.

"Ah, aku sudah lapar, ayo kita makan di luar hari ini, Hanna!" ajak Susan.

Beberapa hari sejak bekerja, Hanna selalu makan bersama Louis, tapi hari ini Louis pergi dengan Refi untuk makan siang dengan kliennya.

"Ah, baiklah, aku juga sudah sangat lapar."

"Hehe, keponakan Aunty mau makan apa?" goda Susan sambil membelai perut Hanna yang sudah membuncit itu.

Hanya saja, Hanna memakai dress formal yang agak melebar sehingga perutnya tidak tercetak jelas.

Susan pun menyetir mobil kantor untuk Hanna dan mereka makan di cafe dekat kantor. Tentu saja kehidupan Hanna sudah berbeda setelah resmi menjadi istri Louis. Bukan hanya rumah mewah, pe
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
paris_22
wah skrg memanas lagi...... seberapa kaya Elma itu...... tapi jgn sampai Elma seorang pelakor setelah ketemu Louis
goodnovel comment avatar
lullaby dreamy
up lg dong thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Gairah sang Pengganti: Berbagi Suami dengan Bosku    Menjadi Pusat Perhatian

    Hanna melirik Louis malam itu yang masih berjalan mondar-mandir di kamar sambil menelepon. Suaminya itu sangat sibuk. Setelah tinggal bersama Louis, Hanna baru tahu seberapa sibuknya Louis. Namun, yang menakjubkan, sesibuk apa pun Louis, pria itu selalu pulang cepat untuk makan malam di rumah dan menemani Hanna. Setidaknya selama dua bulan bersama, Louis selalu melakukannya. Padahal dulu Hanna tahu jadwal Indira yang sangat sibuk sampai baru pulang larut malam. Indira tidak pernah ada di rumah karena Hanna selalu menemani wanita itu sampai malam. Lalu selama ini, siapa yang menemani Louis di rumah?Pikiran Hanna melayang sendiri sampai ia menggelengkan kepalanya. Padahal ada hal penting yang ingin Hanna tanyakan malam itu, tentang undangan reuni dari Elma, apakah Louis mau menemaninya, tapi haruskah ia datang dan membawa Louis seperti kata Susan? Hanna pun masih berkutat dengan pikirannya sendiri sampai ia tidak sadar kalau Louis sudah selesai menelepon dan mengernyit melihatnya."

  • Gairah sang Pengganti: Berbagi Suami dengan Bosku    Undangan Reuni

    Hanna selalu merasa keren saat ia bekerja. Ia merasa menjadi orang yang pintar dan ia mencintai pekerjaannya. Karena sejak awal bekerja, Hanna sudah sering berhubungan dengan perusahaan Louis, ia pun tidak merasa kesulitan untuk beradaptasi dengan pekerjaan mereka lagi, apalagi ada Susan yang menjadi asistennya dan membantunya melakukan segalanya. "Ah, aku sudah lapar, ayo kita makan di luar hari ini, Hanna!" ajak Susan. Beberapa hari sejak bekerja, Hanna selalu makan bersama Louis, tapi hari ini Louis pergi dengan Refi untuk makan siang dengan kliennya. "Ah, baiklah, aku juga sudah sangat lapar." "Hehe, keponakan Aunty mau makan apa?" goda Susan sambil membelai perut Hanna yang sudah membuncit itu. Hanya saja, Hanna memakai dress formal yang agak melebar sehingga perutnya tidak tercetak jelas. Susan pun menyetir mobil kantor untuk Hanna dan mereka makan di cafe dekat kantor. Tentu saja kehidupan Hanna sudah berbeda setelah resmi menjadi istri Louis. Bukan hanya rumah mewah, pe

  • Gairah sang Pengganti: Berbagi Suami dengan Bosku    Hadiah Kecilnya

    Dua bulan berlalu dan akhirnya Louis pun secara resmi bercerai dari Indira. Bagi banyak orang, Louis terlihat seperti duda keren saat ini. Namun, yang tidak mereka tahu adalah bahwa Louis bukan benar-benar duda karena ia sudah menikahi istri yang lain. "Jadi ... bagaimana dengan Bu Indira setelah kalian resmi bercerai?" tanya Hanna ragu. "Aku tidak tahu karena aku tidak pernah mencari tahu lagi. Tapi kudengar Indira tidak pernah pulang sejak ke luar negeri waktu itu. Aku benar-benar berharap dia bisa hidup lebih baik dengan jalan yang dipilihnya sendiri." Tatapan Hanna goyah. Terkadang, Hanna berpikir cinta yang ditunjukkan Louis pada Indira dulu sangat besar. Bukankah mustahil lenyap begitu saja? Lalu apakah Louis bisa mencintai Hanna sebesar itu juga? Atau ini hanya perasaan tanggung jawab karena Hanna hamil anak pria itu?Hanna mengembuskan napas panjang dan tidak mau berpikiran buruk. "Hmm, baiklah. Lalu ... bagaimana dengan Pak Ruben?" "Menghilang. Dia tidak ada di sini, ku

  • Gairah sang Pengganti: Berbagi Suami dengan Bosku    Pekerjaan Baru Untuknya

    "Selamat datang di rumah, Hanna!"Sena langsung menyambut Hanna pagi itu di rumahnya. Sena begitu senang saat akhirnya Hanna mau pindah ke rumah mereka. Sena pun berpesan banyak hal pada pelayan agar semuanya bisa melayani Hanna dengan baik. Hanna pun begitu disambut di sana. "Terima kasih, Ma ... Pa ...." Hanna melirik Xander sungkan. Tidak pernah berinteraksi sebelumnya, tapi tiba-tiba memanggil Papa, rasanya masih aneh sekali, tapi Xander benar-benar tahu cara membuat orang lain nyaman. "Selamat datang di rumah, Hanna! Mulai sekarang ini adalah rumahmu juga. Jangan sungkan ya!" kata Xander dengan hangat. "Kak, di kamar sana ada mainan Gio lho! Waktu Gio nginap sini, Tante Sena kasi Gio banyak mainan!" seru Gio yang mendadak menarik Hanna bersamanya, tapi Hanna menahannya. "Gio, harus sopan! Jangan begitu!" tegur Hanna. "Haha, tidak apa, Hanna! Tadi kan Papa sudah bilang jangan sungkan, jadi tolong jangan sungkan ya. Ini juga rumahmu!" seru Sena. Hanna tersenyum dan perlahan

  • Gairah sang Pengganti: Berbagi Suami dengan Bosku    Secuil Kemesraan

    "Malam ini biar Gio tidur denganku saja!" Tama memulai aksinya malam itu begitu mereka pulang dari rumah sakit. Suster meminta Tama rawat inap, tapi Tama menolaknya. Bagi Tama yang sudah biasa dipukuli, lukanya sama sekali tidak berarti. Ia lebih suka tidur di tempat lain selain di rumah sakit. Hanna sendiri untungnya baik-baik saja dan tidak ada gangguan berarti pada kandungannya. "Kau masih penuh luka, nanti bisa tertendang saat tidur. Biar Gio tidur denganku saja," sahut Hanna. "Sudahlah, Hanna! Kau itu butuh istirahat, tidak perlu terus menjaga Gio! Biar aku saja! Lagipula luka di badan ini bukan apa-apa dibandingkan dengan ibu hamil. Dan juga, aku tidak mau tidur dengan suamimu! Biar kau saja!" Tama mengibaskan tangannya. Hanna pun langsung melirik Louis yang sudah berdiri tidak jauh darinya. Louis ngotot mengajak Hanna pulang ke rumahnya karena rumah Hanna berantakan dan Louis merasa tidak aman, tapi Hanna juga ngotot tidak mau meninggalkan Tama sendirian dalam keadaan se

  • Gairah sang Pengganti: Berbagi Suami dengan Bosku    Kesepakatan Absurd

    Jantung Louis seketika berdebar kencang mendengar teriakan Gio. "Gio! Gio, ada apa? Apa yang terjadi?" "Ada orang jahat mau masuk kamar, Kak! Tolong!" "Apa? Orang jahat mau masuk kamar apa? Katakan yang jelas, Gio!""Orang jahat, Kak ...." "Akhh!" Tiba-tiba terdengar teriakan Hanna sampai Louis mendadak gemetar. "Sial! Hanna! Hanna! Tunggu aku!" Tanpa menunggu lama, Louis pun langsung berlari turun ke parkiran. Bahkan, Louis tidak memberitahu Refi tentang kepergiannya karena yang ada di otaknya saat ini adalah bahwa ia harus segera ke rumah Hanna. "Apa yang terjadi di sana? Sial! Aku tidak pernah percaya pada Tama! Aku akan membunuhnya kalau dia sampai menyakiti Hanna! Sial!" Louis terus memukul setirnya dengan frustasi dan melajukan mobilnya makin cepat. Louis juga sempat menelepon Samuel untuk menyusul ke rumah Hanna juga dan membantunya.Samuel pun dengan cepat menyusul, walaupun belum ada yang tahu apa yang terjadi sebenarnya. Sementara di rumah, tadinya Hanna masih mena

  • Gairah sang Pengganti: Berbagi Suami dengan Bosku    Telepon Darurat

    Beberapa hari berlalu dan Hanna punya kebiasaan baru yang menyenangkan.Setiap hari Tama yang akan mengantar jemput Gio bersama sopir. Tama juga membersihkan rumah dan memasak untuk Hanna, walaupun Sena tetap mengirimkan makanan sehat. Terkadang kalau banyak makanan, Tama akan masak lebih sedikit, begitu juga sebaliknya. Tama masih bertahan sebagai kakak yang baik, malahan Tama mulai mengajari Gio belajar walaupun ia sering frustasi. "Sebenarnya kau itu kelas berapa, mengapa pelajarannya susah sekali! Pikir saja sendiri!" "Tapi Gio tidak bisa, Kak Tama. Ajari yang ini, besok Gio ulangan." "Ck, ulangan saja kau takut! Dengarkan Kakak, kau tahu apa yang paling penting saat kita menghadapi ulangan?" Gio menaikkan alisnya. "Belajar! Selama sudah belajar, pasti bisa!" "Salah!" ralat Tama cepat. "Lalu apa yang penting saat ulangan?" "Yang penting itu percaya diri! Kalau kau percaya diri, pasti kau bisa mengerjakannya!" "Eh, kalau percaya diri tapi tidak tahu jawabannya bagaimana?"

  • Gairah sang Pengganti: Berbagi Suami dengan Bosku    Ciuman yang Gagal

    Malam itu, Louis datang lagi ke rumah Hanna membawa beberapa macam makanan. Louis pun baru saja turun dari mobilnya saat ia menemukan Tama yang sedang berdiri bersandar di dinding di luar rumah sambil menyalakan rokoknya. Louis pun memicingkan matanya dan langsung saja mendekati pria yang sialnya, merupakan kakak iparnya itu. "Apa yang kau lakukan? Kau mau dihajar, hah?" Tama sempat tersentak kaget dan membelalak menatap Louis. "Mau apa kau kemari lagi?" "Tentu saja mau melihat istriku, lalu kau, apa yang kau lakukan?" "Apa maksudmu? Apa kau tidak bisa melihatnya? Aku sedang istirahat, aku mau merokok, apa kau mau, hah?" "Sial, Tama! Bisa-bisanya kau merokok! Kau tahu adikmu sedang hamil kan? Dia tidak boleh menghirup asap rokok! Selain itu, Gio juga baru saja sembuh dari sakit jantungnya dan masih dalam tahap pemulihan, apa kau tidak punya otak dan bisa-bisanya merokok di dekat mereka, hah?" Tama mengerjapkan matanya sejenak karena sungguh, ia tidak berpikiran sampai ke sana.

  • Gairah sang Pengganti: Berbagi Suami dengan Bosku    Kepedulian

    Louis menghentikan mobilnya di depan rumah Hanna siang itu. Louis kalah dan semua orang mendadak setuju pada Tama. Walaupun Sena sendiri begitu berat meninggalkan Hanna pulang ke rumahnya sendiri, tapi ini demi Hanna juga. "Ya ampun, Hanna, bagaimana kalau nanti Mama menyiapkan rumah untukmu dan keluargamu saja. Mama tidak enak membiarkan kalian tinggal di sini, jauh dari rumah Mama." "Mama janji tidak akan memaksamu tinggal bersama kami, tapi jangan terlalu jauh dari Mama ya," ucap Sena akhirnya saat mereka sudah keluar dari mobil. Hanna yang mendengarnya pun tersenyum. "Tante, aku masih punya rumah dan ini juga satu-satunya peninggalan orang tuaku. Aku sangat nyaman tinggal di rumahku sendiri." "Begitu ya? Ah, baiklah kalau begitu," sahut Sena akhirnya. "Tapi tolong jangan panggil Tante lagi! Panggil Mama ya, Mama ini sudah menjadi Mamamu sekarang, Sayang." Sena menatap Hanna hangat. Bukannya Sena begitu mudah berpaling dari Indira pada Hanna. Sungguh, Sena tidak pernah membed

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status