Seraphine Anastasya tanpa sengaja melakukan ONS dengan Axel Baldwin Silverlake karena pengaruh obat perangsang. Sera melupakan kejadian malam itu dan menganggap itu salah satu hari sial di hidupnya. Sayangnya, dua minggu setelahnya Sera baru tahu jika Axel adalah putra dari suami barunya. Sera terkejut. Ia takut kejadian malam itu diketahui suami dan beresiko dengan hubungannya. Di lain pihak, Axel malah tidak mau melupakan kejadian malam itu dan ingin berhubungan lebih lanjut dengan Sera. Mati-matian Sera menolak Axel dan berusaha melanjutkan pernikahannya. Keadaan makin rumit saat Sera ketahuan hamil. Ia bingung harus bagaimana. Melanjutkan pernikahannya atau memilih Axel untuk bertanggung jawab?
View More“SIALAN!!!” pekik seorang pria sambil mengibaskan tangannya.
Seraphine Anastasya tersenyum menyeringai saat melihat tangan pria itu berdarah akibat gigitannya. Sera tidak menyangka keputusannya tadi pagi adalah sebuah kesalahan besar dalam hidupnya.
Ia pikir tugasnya hanya menyakinkan seorang klien agar membeli produk kesehatan yang sedang ia pasarkan. Nyatanya, ia malah berakhir di kamar sebuah hotel dengan pria hidung belang.
“JANGAN MENDEKAT!!!”
Sera sudah mengacungkan sebilah pisau ke arah pria itu. Sedari tadi Sera sudah mengincar pisau buah yang tergeletak di atas meja dan langsung mengambilnya begitu pria itu lengah.
“Kamu mau lari kemana, Nona Manis?”
“Dengar!! Bosmu sudah menjualmu kepadaku. Aku sudah mengeluarkan uang banyak untukmu, asal kamu tahu!!”
Sera mendengkus. “Tagih saja uangnya ke bosku, karena aku tidak akan melayanimu.”
Pria paruh baya berkepala plontos itu menyeringai dan siap menyerang Sera. Secepat kilat Sera mengayunkan pisau di tangannya. Meski hanya pisau buah, tapi jika digunakan dengan baik bisa melukai lawan.
“Aawww … sialan!!!”
Pria itu kembali mengadu kesakitan saat lengannya bercucuran darah terkena goresan pisau di tangan Sera. Sera melihat pria itu menjauh dari pintu dan ini dimanfaatkan olehnya untuk kabur. Secepat kilat Sera menyambar tasnya kemudian berlari menuju pintu.
“HEI!! TUNGGU!!”
Sera tidak peduli teriakan pria itu. Ia mempercepat larinya. Ia tidak mau kembali ke tempat itu. Ia juga berencana akan resign saja. Persetan dengan tagihan hutang yang menumpuk dan sebagainya. Ia bisa mencari kerja di tempat lain.
Sera menghentikan larinya dan bersembunyi di balik dinding. Kepalanya pusing dan tiba-tiba merasa mual. Entah apa yang sudah dimasukkan ke mulutnya tadi. Seingat Sera, ia hanya makan dua buah coklat, tapi kenapa ada yang aneh dalam tubuhnya.
Sera mengintip sekilas, ia melihat ada dua pria bertubuh tegap keluar dari kamar yang baru saja ia tinggalkan.
“GAWAT!! Jangan-jangan mereka akan menangkapku,” gumam Sera.
Sera langsung melepas blazer dan membuka ikatan rambutnya. Ia tidak ingin dikenali. Kemudian dengan percaya diri, Sera berjalan keluar dari tempat persembunyiannya.
Tak jauh darinya, Sera melihat seorang pria sedang berdiri di depan pintu kamar. Ia terlihat baru saja datang dan hendak membuka pintu.
Sera melirik sekilas ke belakang, ia melihat dua pria bertubuh gempal tadi berjalan mengikutinya.
Tanpa pikir panjang Sera langsung menghentikan langkah di depan pria yang hendak membuka pintu tadi.
“Sayang … kamu lama sekali. Aku sampai bosan menunggu,” ujar Sera.
Axel Baldwin Silverlake sangat terkejut saat melihat Sera tiba-tiba menghampirinya. Kedua alis Axel terangkat dengan mata yang menatap penuh selidik. Bibirnya sudah bergerak, siap bertanya, tapi Sera lebih dulu mendekat.
Tanpa bertanya lagi, Sera langsung mencium bibir Axel. Axel tercengang, tapi ia tidak menolak perlakuan Sera. Axel malah memeluk dan membalas ulah Sera.
Tentu saja dua pria bertubuh gempal yang mengikuti Sera tadi segera menghentikan langkah dan membalikkan badan. Mereka sudah pergi menjauh dan berpikir jika Sera bukan wanita yang dicari.
Perlahan Sera mengurai ciumannya begitu dua penguntitnya pergi. Sera terdiam sambil mengatur napas mendongak menatap Axel.
“Maaf, Tuan. Saya … saya terpaksa mencium Anda.”
Axel tersenyum menyeringai menatap Sera. “Cium? Kamu bilang itu sebuah ciuman?”
Sera tidak menjawab, tapi kepalanya sudah mengangguk. Ia belum pernah melakukan ciuman seperti ini, tapi ia yakin ini namanya ciuman.
“Apa kamu belum pernah melakukannya?”
Sera tidak menjawab. Ia pernah berciuman, hanya saja bukan ciuman yang seperti ini. Hanya cium pipi dan kening saja. Ia memang sedikit konvensional jika menyangkut hubungan antar lawan jenis.
Axel terkekeh, kemudian langsung merengkuh pinggul Sera mendekat. Mereka berdiri sangat dekat hingga dadanya saling menempel dan bernapas dengan rima yang sama.
“Sini!! Aku tunjukkan ciuman yang benar.”
Tanpa menunggu jawaban Sera, Axel langsung mencium Sera. Sera melotot, ingin menolak, tapi ada kekuatan lebih besar yang membuatnya tidak melawan.
Dengan lembut Axel menyentuh bibirnya, menyesap dari sudut bibir ke tengah lalu kembali ke sudut. Kemudian menjelajah dengan lidahnya membuat Sera mendesah tak karuan.
Axel tersenyum kemudian membimbing tangan Sera agar memeluknya. Bukannya menolak, Sera malah merangkul leher Axel dengan erat dan membalas semua perlakuan pria tersebut.
Pagutan mereka semakin memanas, bahkan Sera terus menggerakkan tubuhnya.
Perlahan Axel menjeda pagutannya, menatap Sera yang terdiam. Dengan lembut, ia bertanya, “Kamu ingin melanjutkannya?”
Sera tidak menjawab, tapi gestur tubuh dan tatapan matanya sama sekali tidak menunjukkan penolakan. Bahkan Sera terus mengerat bibirnya seolah sedang menahan sesuatu yang siap meledak.
Tanpa banyak bicara, Axel langsung membuka pintu dan menggendong Sera masuk ke dalam kamar.
BRUK!!!
Axel langsung menjatuhkan Sera ke atas kasur. Wanita cantik bermata indah itu terlihat bingung saat sudah berada di dalam kamar.
Padahal beberapa saat tadi, ia baru saja melarikan diri dari tempat seperti ini. Namun, sekarang dia harus berakhir di sini lagi bersama pria yang tidak ia kenal.
“Sudah siap?”
Suara serak Axel kembali terdengar. Ia berdiri memandang Sera sambil membuka satu persatu kancing kemejanya. Sera tidak menjawab. Ia ingin menyudahi, tapi rasa panas dan aneh ini membuat otaknya tidak bisa berpikir dengan jernih.
Tanpa pikir panjang, Sera langsung melepas satu persatu baju yang melekat di tubuhnya kemudian menerjang Axel yang berdiri di depannya.
Tentu saja Axel menyambutnya dengan senang hati. Bukan hanya sekedar pagutan dan kecupan ringan saja yang ia lakukan, tapi lebih dari itu.
Desahan dan napas memburu memenuhi atmosfer kamar. Axel menindih erat tubuh Sera membuat wanita cantik itu tak bisa bergerak. Kemudian dengan perlahan ia melakukan penyatuan.
Sera meringis kesakitan, mencakar leher, menggigit bahu Axel, tapi dia tidak mau menyudahi bahkan menginginkan berulang kali. Entah sampai klimaks ke berapa hingga akhirnya Sera bisa tertidur pulas.
Axel hanya berbaring diam di sampingnya. Lembut jarinya membelai wajah cantik Sera dan terdiam saat melihat tato kupu-kupu di tengkuk Sera.
Lirih, Axel bersuara, “Siapa kamu sebenarnya?”
Dengan kecepatan laksana cahaya, Axel melepas genggaman tangannya. Sehingga Regan tidak sempat melihat ulah nekat putranya.“Aku pergi dulu, ya?” pamit Regan ke Sera.Sera mengangguk dan terdiam saat Regan mendaratkan ciuman di bibirnya. Regan melirik Axel, menganggukkan kepala kemudian sudah berjalan masuk ke dalam mobil.Begitu mobil Regan menghilang, Sera tergesa masuk. Ia tidak mau berada lebih lama dengan Axel. Namun, pria tampan itu dengan cepat mencekal lengan Sera dan membuatnya urung pergi.“Kamu mau apa lagi?” tanya Sera dengan sebal.Axel mengulum senyum, berjalan mendekat hingga berdiri sejajar di depan Sera. Mata mereka beradu saling pandang.Perlahan tangan Axel merengkuh pinggul Sera dan menarik rapat hingga dada mereka menempel. Sera panik. Ia takut ulah mereka dilihat asisten rumah tangga di sini.“Tante gak usah panik gitu, dong. Aku kan cuman mau pamitan.”Sera berdecak. &l
“Re—Regan,” ujar Sera terbata.Ia sangat terkejut begitu melihat suaminya tiba-tiba kembali pulang. Apa Regan melihat yang Axel lakukan tadi? Apa Regan melihat semuanya?Sera terlihat gugup, tapi sebisa mungkin menutupinya. Berbanding terbalik dengan Axel yang terlihat lebih tenang.Bahkan pria itu tidak menurunkan tangannya dari pinggul Sera sejak tadi.“Hai, Pa. Aku ke sini untuk menjenguk Nenek.” Axel menjawab dengan riang.Selama ini nenek Axel, Nyonya Josephine tinggal di rumah yang sama dengan Regan dan Sera. Hanya karena sakit stroke membuat Nyonya Josephine terus berada di kamar.Regan mengangguk, tapi matanya sedang menatap tangan Axel yang memeluk pinggul Sera. Seketika Sera menurunkan tangan Axel. Sementara Axel hanya tersenyum cengengesan melihat Regan.“Tadi Tante Sera kepleset dan aku membantu memeganginya supaya tidak jatuh. Sepertinya lantainya masih basah.”“Betul
“Apa maksudmu, Regan? Aku … aku ---”Sera terperangah kaget mendengar ucapan Regan, tapi belum sempat Sera bersuara tangan Regan sudah turun mencengkram erat lehernya.Tidak hanya itu Regan sudah mendorong tubuh Sera menempel ke dinding di belakangnya.“Ekgrr … Re … gan … akhrgg … .”Sera kesakitan dan kesulitan bernapas. Wajahnya memerah dengan mata yang melotot. Belum lagi rasa nyeri dan sakit yang ia rasakan. Sera tidak tahu mengapa tiba-tiba Regan melakukan hal ini padanya.“Tidak mau ngaku, heh?”Sera kebingungan harus menjawab apa. Apa ini berkaitan dengan pengakuannya saat itu? Apa Regan tahu jika Axel orangnya?Belum selesai benak Sera berpikir, tiba-tiba Regan melepas cengkraman tangannya. Tubuh Sera merosot. Ia berulang kali batuk sambil memegang lehernya. Masih terasa nyeri tertinggal di sana.Sera pikir semua akan selesai, tapi dugaan Sera salah.
“Baguslah kalau begitu. Sekalian saja aku katakan sebenarnya apa yang terjadi di antara kita,” ucap Axel.Ia bangkit dari kasur dan tampak sibuk merapikan baju sambil berjalan menuju pintu menghampiri Sera. Sera melotot saat Axel hendak membukanya.“Kamu gila. Kamu ingin aku mati?”Axel terdiam, kepalanya miring menatap Sera dengan bingung.“Bukannya dari awal aku sudah memberimu solusi, Sera. Kamu yang menolaknya. Jadi, apa salahnya jika aku yang mengatakan langsung ke Papa?”“JANGAN!!!”Sera langsung menahan tangan Axel, mencegahnya membuka pintu. Axel terdiam, menatapnya dengan saksama.“Aku janji … aku janji akan melakukan apa saja yang kamu minta asal jangan katakan soal malam itu ke Regan.”“Aku mohon … .”Sera berkata dengan sungguh-sungguh. Axel trenyuh melihatnya, apalagi saat mata bulat wanita cantik itu menatapnya penuh ketul
“AXEL!!! Apa yang kamu lakukan di sini?” pekik Sera tertahan.Pria berusia 27 tahun itu tidak menjawab, malah meringsek masuk ke dalam kamar. Sera melotot dan berusaha menyuruhnya keluar, tapi tenaga Axel lebih besar darinya. Hingga pada akhirnya Sera mengizinkan Axel masuk.Ia berdiri diam sambil merapatkan jubah tidurnya. Kali ini ia sudah mengenakan lingerie merah nan seksi dengan belahan dada yang rendah. Untung saja ada jubah tidur yang menutupi lekuk tubuhnya.Axel tersenyum menyeringai kemudian berjalan mendekati Sera. Setiap kali Axel melangkah maju, setiap kali itu pula Sera berjalan mundur. Hingga langkahnya terhenti karena terantuk dinding di belakangnya.“Kenapa kamu selalu ketakutan jika melihatku?” tanya Axel kemudian.Sera menggeleng. “Aku tidak ketakutan, aku hanya ---”“Hanya apa?” Axel memotong kalimatnya dan sudah berdiri tak berjarak di depan Sera.Sera tidak menjawab
“Eng … aku rasa tidak. Aku baru ini melihatmu,” jawab Sera.Ia langsung menyambut uluran tangan Axel dan secepat kilat menariknya kembali. Axel hanya diam dan sama sekali tidak mempermasalahkannya. Apalagi setelah itu banyak tamu yang menghampiri Sera dan Regan hendak memberi selamat.Axel mundur dengan teratur dan memilih duduk di salah satu kursi. Ia hanya diam memperhatikan Sera sambil menikmati minuman yang disajikan.“Rasanya aku tidak salah. Dia wanita di malam itu,” gumam Axel.Mata pekatnya terus mengawasi gerik Sera dan tentu saja Sera jadi tidak nyaman. Padahal sepanjang acara, Sera merasa bahagia, tapi setelah kedatangan Axel dan perkenalannya tadi membuat Sera ketakutan.Bagaimana jika Axel mengatakan ke Regan kalau telah terjadi sesuatu pada mereka malam itu? Apa jadinya Sera jika Regan marah dan membatalkan pernikahannya?Beberapa kali Sera menghela napas untuk melepas ketegangannya dan itu diketa
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments