Share

Bab 2. Syok

Agung mematung sejenak. Dia mencoba mencerna ucapan Intan yang baru saja keluar dari mulut.

"Pinjol? Kok bisa?" Pertanyaan itulah yang pertama kali diucapkan oleh Agung.

"Karena semakin hari kebutuhan kita semakin banyak. Aku juga gak mengira bisa terjebak di lingkaran ini, Yah. Maafin aku, Yah!" Intan selalu meminta maaf di setiap kalimat yang dia katakan.

"Berapa hutangnya?" tanya Agung dengan raut wajah yang jelas sangat kecewa dengan Intan.

"Tiga puluh juta, Yah," jawab Intan. Kepalanya masih menunduk. Dia sangat ketakutan sekali jika Agung marah padanya.

Sungguh Intan tak menyangka jika angka hutangnya menyentuh angka besar. Dia selama ini tidak pernah menghitungnya. Dan kemarin dia dengan iseng menulis dan menjumlahkan semuanya. Tentu saja Intan terkejut. Dia semakin pusing karena tidak tahu bagaimana akan membayarnya.

"Apa? Astaga! Uang sebanyak itu kamu buat apa? Gak habis pikir aku sama kamu!" Agung pun juga terkejut.

Tiga puluh juta itu bukan nominal yang kecil. Agung saja belum pernah melihat uang sebesar itu. Tapi sekarang dia dihadapkan dengan hutang istrinya yang banyak.

"Buat rumah, Yah. Setahun terakhir ini Ayah pendapatannya tidak menentu. Tapi kebutuhan kita semakin hari semakin banyak. Belum lagi harga kebutuhan pokok yang semakin naik dan harga kontrakan juga naik. Tapi benar, Yah, aku gak nyangka akan jadi sebanyak ini. Sekarang aku bingung harus bagaimana, Yah."

Intan mulai menangis. Agung tampak kecewa sekali dengan Intan. Dia sama sekali tak merespon Intan. Agung pergi begitu saja meninggalkan Intan di sana. Agung butuh udara segar agar pikirannya jernih.

Dia mengambil kunci motor dan pergi keluar tanpa berpamitan dengan Intan. Intan berusaha mengejar tapi Agung sudah lebih dulu pergi dari rumah kontrakan mereka.

"Yah, kenapa kamu malah pergi? Kamu pasti kecewa sama aku, kan, Yah." Menahan tangis agar tidak bersuara itu sangatlah tidak enak. Dan ini yang sekarang dilakukan oleh Intan.

Intan masuk kembali ke dalam rumah dan pergi ke kamar menyusul kedua anaknya. Dalam benaknya sempat terbersit untuk mengakhiri hidup. Tapi ketika melihat wajah kedua anaknya, Intan mengurungkan niatnya itu.

"Maafkan Ibu, ya, Le. Ibu tahu kalau ibu salah. Hanya kalian yang saat ini bisa membuat Ibu kuat. Doakan Ibu semoga bisa segera keluar dari masalah Ibu. Masa depan kalian masih panjang, Nak. Maafkan Ibu!"

Intan menggenggam tangan kedua anaknya dan menciuminya. Air matanya terus saja mengalir karena banyak sekali yang dia pikirkan. Andai Intan bisa memutar waktu, dia tidak akan bermain-main dengan pinjaman online. Tapi semuanya sudah terlanjur. Bukan waktunya untuk menyesali perbuatan yang sudah dia lakukan.

Rumah tangganya kini tengah diuji masalah ekonomi karena dirinya. Atau mungkin lebih tepatnya oleh mereka berdua. Apakah nantinya rumah tangganya akan baik-baik saja? Entahlah!

***

Sudah pukul sembilan malam tapi belum ada tanda-tanda Agung pulang. Intan tampaknya tak bisa berharap banyak pada suaminya itu. Dia yakin jika suaminya tak memiliki jalan keluar.

Sembari menunggu Agung pulang, Intan membuka media sosial lewat ponselnya. Tiba-tiba saja ada iklan yang mengklaim bisa mengatasi masalah seseorang yang sedang terlilit pinjaman online. Dan Intan yang tengah kalut pun mencoba menghubungi nomor w******p yang tertera di sana.

[Selamat malam. Maaf mau tanya apa benar ini bisa membantu mengatasi masalah pinjol?] Bunyi pesan yang dikirim oleh Intan.

[Benar, Kak. Apa Kakak sedang terlilit hutang dengan pinjol?] Balasannya cukup cepat padahal hari sudah malam.

[Iya, Kak. Apa Kakak bisa bantu saya? Saya sudah tidak punya uang dan bingung harus bayar pakai apa.]

[Baik, Kak. Sebelumnya boleh perkenalkan diri Kakak terlebih dahulu dan boleh Kakak tuliskan besaran pinjaman online yang Kakak miliki beserta dengan nama aplikasinya?]

[Nama saya Intan. Domisili ada di tangerang, Kak.]

Intan pun terus intens berbalas pesan dengan nomor yang mengaku bisa membantunya. Intan juga merincikan aplikasi apa saja yang dia pakai dan jumlah hutangnya. Total ada tiga belas aplikasi dan jumlahnya tiga puluh satu juta dia ratus lima puluh ribu rupiah.

[Baik, Kakak. Apakah dari kesemua itu sudah ada yang lewat jatuh tempo?]

[Belum ada sama sekali, Kak. Ada dua aplikasi yang jatuh temponya dua hari lagi. Tolong bantu saya, Kak!] iba Intan.

[Baik, Kakak. Sebelumnya apakah Kakak sudah tahu tentang joki pinjol? Atau Kakak sudah pernah memakai joki pinjol?]

Sembari membalas pesan dari orang itu, Intan mencoba mencari informasi tentang joki pinjol di internet. Tapi entah kenapa dia tidak menemukan keterangan apapun. Mungkin karena pikirannya sudah kalut. Yang dia temukan hanya kesaksian demi kesaksian orang-orang yang sudah dibantu oleh joki pinjol.

[Belum pernah dan belum tahu apa itu joki pinjol, Kak.]

Intan pun dijelaskan jika joki pinjol nanti tugasnya adalah melakukan pinjaman di beberapa aplikasi ilegal dengan identitas palsu. Dengan begitu orang yang menggunakan joki pinjol itu tidak perlu khawatir dengan tagihan-tagihan karena identitasnya bukan identitas dirinya sendiri.

Tentu saja Intan tergiur. Itu berarti dia bisa mendapatkan uang tanpa harus membayarnya kembali. Dan uang yang didapatkannya itu bisa digunakan untuk membayar pinjaman online miliknya.

[Untuk identitas palsunya Kakak harus membelinya terlebih dahulu. Tapi Kakak tidak perlu khawatir karena kami menyediakannya. Harga untuk identitas palsunya adalah lima ratus ribu. Jika Kakak minat silakan langsung transfer ke bank B*I atas nama Rian Purnama dengan nomor rekening 137xxxxx.]

Intan tampak ragu karena harus ada transaksi lebih dulu. Sedangkan dia tidak punya uang. Dia pun semakin bingung. Intan kembali membuka beberapa aplikasi pinjaman online miliknya. Ternyata masih ada satu pinjaman yang masih bisa digunakan untuk meminjam.

Tanpa pikir panjang, Intan pun melakukan pinjaman kembali agar bisa membeli identitas palsu. Setelah pinjaman disetujui dan uangnya masuk ke dalam rekening miliknya, Intan berniat segera mentransfer sejumlah uang yang diminta.

"Kok gak bisa, ya? Padahal nomor rekeningnya benar. Apa aku salah? Coba sekali lagi, ah!" gumamnya seorang diri.

Namun tetap saja Intan tidak bisa melakukan transfer ke nomor tersebut. Intan pun menghubungi kembali nomor itu.

[Kok tidak bisa ditransfer, ya, Kak? Ada tulisan begini.] kata Intan sambil mengirim foto tangkapan layar miliknya.

[Coba sekali lagi, Kak. Itu nomornya sudah benar kok.]

[Baik.]

Intan kembali mencobanya tapi tetap saja tidak bisa. Sampai-sampai dia frustasi sendiri karena hal itu.

[Maaf, Kak, ternyata nomor rekening itu sudah habis limitnya. Sekarang coba Kakak transfer ke rekening B*I kami atas nama Aldo Sentosa dengan nomor rekening 137xxxx.] Pesan dari orang yang tadi.

Intan sebenarnya ragu karena dia pernah kena tipu dengan metode transfer lebih dulu. Lalu, apakah Intan akan mentransfernya? Dan apakah joki itu benar-benar akan membantu Intan?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status