ka Waruga harus menelan dalam-dalam ludahnya karena terlalu meremehkan Galih Panuraga.
"Apa paman pikir selama ini aku tidak pernah lagi melatih kemampuanku? Kau salah paman, aku sudah memperhitungkan jika suatu hari nanti akan terjadi pemberontakan, tapi aku tidak pernah menduga jika pemberontakan itu di lakukan oleh orang yang sudah ku tolong dan ku berikan posisi Adipati," ucap Galih Panuraga.
"Haha kau terlalu mudah memberikan kepercayaan kepada orang lain, Galih. Tanpa kau sadari jika orang lain itu tidak akan puas dengan posisi yang telah kau berikan, bagiku menjadi Raja Kerajaan Sungaisari adalah puncak impianku selama ini," balas Jaka Waruga.
Galih Panuraga menggeleng pelan, sebenarnya Galih masih memiliki belas kasih kepada Jaka Waruga, jika dia berhasil memenangkan pertempuran ini, Galih Parunurga hanya ingin memasukkan Jaka Waruga ke penjara tahanan bawah tanah, tetapi setelah melihat ambisi besarnya, membuat Galih Panuraga berubah pikiran.
"Maaf paman, aku tidak bisa membiarkan orang sepertimu untuk terus hidup,"
Galih Panuraga melesat cepat ke depan, sementara Jaka Waruga dengan percaya diri kembali bergerak menyongsong serangan yang di lakukan oleh Galih Panuraga.
Pertarungan kembali pecah, benturan dua senjata itu benar-benar membuat telinga terasa pekak sangking cepatnya ayunan pedangnya. Sama seperti sebelumnya, Galih Panuraga mendominasi pertarungan sejak menit awal, hujan serangan terus di lakukannya.
Jaka Waruga bukan tanpa usaha, akan tetapi semua usahanya mampu di patahku oleh Galih Panuraga. Dia selalu gagal untuk membuat serangan balik.
Jaka Waruga benar-benar di buat putus asa dan mati kutu di hadapan Galih Panuraga saat ini. Sejak awal memang terlihat jelas jika Jaka Waruga bukan lawan seimbang bagi Galih Panuraga.
"Jika kau sudah di beri hati, jangan lagi meminta jantung. Jika sudah di beri jabatan Adipati, jangan meminta lebih lagi... "
Galih Panuraga mengubah sedikit gerakannya, dia tampak sengaja membuka celah untuk memancing Jaka Waruga membuat serangan dan membuka celah besar yang akan di manfaatkan olehnya.
"Kau terlalu percaya diri, Galih. Membuka celah dalam sebuah pertarungan akan membuatmu kalah dengan mudah," ucap Jaka Waruga.
Jaka Waruga memusatkan tenaga dalam di pedang, bersiap untuk melesatkan serangan pamungkas. Namun, dianya malah tanpa sadar masuk jebakan Galih Panuraga.
"Kau terlalu bodoh, sehingga tanpa sadar masuk jebakan permainanku,"
"Pedang Kabajikan Memburu Iblis "
Pedang di tangan Galih Panuraga langsung memancarkan sinar putih terang, bersama dengan itu Galih Panuraga berpindah tempat dan mengayun pedangnya mengincar celah pertahanan yang tanpa sadar di buka oleh Jaka Waruga.
Gelagar!!!
***
Pertempuran di alun-alun keraton benar-benar membuat kondisi keraton memprihatinkan. Semua penjuru mengalami porak-porandakan.
Bukan hanya pertarungan Galih Panuraga dan Jaka Waruga yang menyebabkan banyak kerusakan, tetapi pertarungan Patih Almatama dengan Tetua dari Perguruan Tengkorak Iblis juga menyebabkan kerusakan yang sangat parah.
"Kemampuanmu sangat luar biasa Patih Almatama, ternyata kemampuan berpedangmu bukan berita bohong semata," ucap Junggo yang merupakan Tetua Besar di perguruan Tengkorak Iblis.
"Tetua terlalu memuji, aku masih terlalu jauh dari pendekar hebat yang di miliki Tengkorak Iblis ... " Balas Patih Almatama.
Junggo tertawa dengan keras, dia sejak lama mengagumi kemampuan yang di miliki Mahapatih Kerajaan Sungaisari ini. Nama besar dari Patih Almatama mampu membuat banyak orang menjadi bergedik ngeri.
Junggo menarik nafasnya dengan panjang, sebelum melesatkan serangan cepat ke arah Pangling Almatama.
Panglima Almatama yang sudah dalam posisi siap ikut melesat maju menyongsong serangan yang di lakukan oleh Junggo. Pertemuan dua gelombang kekuatan besar dengan cepat menghempaskan apapun yang berada di dekat area pertarungan mereka. Bahkan keduanya sama-sama terdorong beberapa langkah ke belakang.
"Kau memiliki tenaga dalam yang luar biasa, Mahapatih," Junggo tanpa sungkan melemparkan pujiannya.
"Jangan menahan kekuatanmu, Tetua. Si tua ini akan merasa terhormat jika gugur di tangan pendekar tersohor di dunia persilatan... " Balas Patih Almatama.
Junggo tertawa, dia merasa Patih Almatama sangat mahir bermain kata. Tidak heran jika dia bisa mendapatkan posisi Mahapatih Kerajaan Sungaisari.
Junggo mengalirkan tenaga dalam, sebelum berpindah tempat di hadapan Patih Alamat. Detik selanjutnya, ayunan pedang Junggo melesat membombardir Patih Almatama.
Serangan yang di sertai tenaga dalam itu benar-benar membuat Junggo berada di atas angin. Dia berhasil mendesak Patih Almatama sampai pada posisi bertahan total, tanpa ada kesempatan untuk membuat serangan balik.
Namun, Patih Almatama tentu belum mengeluarkan kemampuan utamanya, dia masih memilih mengamati pergerakan dan pola serangan yang di lakukan oleh Junggo.
"Apa hanya ini kekuatan seorang Mahapatih Kerajaan Sungaisari?" Tanya Junggo dengan nada mengejek.
Patih Almatama hanya tersenyum tipis, dia sebenarnya bisa saja mengimbangi setiap serangan yang di lakukan oleh Junggo, akan tetapi dia memilih menahan diri untuk menemukan titik kelemahan lawannya ini.
Berbeda dengan Junggo, dia sejak awal terus menggempur habis-habisan. Junggo ingin menyelesaikan pertarungan dengan cepat, karena matanya menemukan jika Jaka Waruga bukan lawan seimbang untuk Galih Panuraga.
"Kau terlalu terburu-buru, Junggo." Ucap Patih Almatama, sambil mengubah kuda-kudanya.
Patih Almatama melompat sedikit mundur ke belakang, sebelum bergerak menusuk ke arah depan. Patih Almatama menggunakan tenaga dalam yang besar membuat serangan balik. Setiap serangan di arahkan kepada titik buta Junggo. Patih Almatama yang sudah mempelajari pola serangan yang di gunakan oleh Junggo, membuatnya dengan tenang melakukan serangkaian tebasan dan tusukan secara silih berganti.
Junggo yang sadar telah melakukan kesalahan, tentu berusaha untuk tetap tenang dan menajamkan insting serta penglihatannya untuk mencari celah pada serangan yang di lakukan oleh Patih Almatama.
"Pedang Kehampaan: Medan Tak Terbatas"
Pedang di tangan Patih Almatama memancarkan semburat sinar biru terang, sebelum tiga carik sinar biru itu melesat cepat ke arah Junggo.
Gelegar!!!
Tiga carik sinar biru itu meledak ketika mengenai tubuh Junggo, hingga membuatnya terlempar jauh ke belakang.
"Aku terlalu menganggapnya remeh," Ujar Junggo saat menyadari kesalahannya ini.
"Bukan kekuatan yang menjadi kunci utama seseorang memenangkan pertarungan, tetapi lebih terletak pada fokus dan konsentrasi dalam membangun serangan," balas Patih Almatama.
Junggo tersenyum kecut, dia menyadari kesalahannya itu. Tetapi dia tidak terlalu lama menyesali hal itu, Junggo kembali bersiap dengan kuda-kuda tarungnya.
"Aku akan menghajarmu, biar aku tunjukkan apa itu kekuatan," tungkas Junggo.
Junggo mengalirkan tenaga dalam pada pedangnya, cahaya hitam pekat dengan cepat menyelimuti pedang itu. Aura kematian dengan cepat merembet keluar dari pedang Junggo.
"Jurus Iblis Tunggal, sudah lama sekali aku ingin menguji seberapa kuatnya jurusmu ini," ucap Patih Almatama.
"Kau sungguh percaya diri, Mahapatih. Kepercayaan dirimu itulah yang akan membunuhmu," seru Junggo.
Aura kematian merembes keluar dari balik bilah pedang Junggo, membuat semua bulu yang ada di tubuh manusia terdiri seketika itu pula.
81. Janayo Yang Tangguh Jurenggo menarik nafas panjang, dia jelas paling menyadari jika pertarungan dengan Janayo akan berjalan alot. Tidak ada jaminan untuk dirinya akan memenangkan pertarungan kali ini.Di tambah lagi, Jurenggo tidak mengetahui sekuat apa kemampuan yang di miliki Janayo saat ini."Sial, aku tidak memiliki gambaran seberapa kuat kemampuan yang di miliki oleh Janayo saat ini," umpat Jurenggo.Janayo tersenyum tipis, dia yang sudah lama menghilang dari dunia persilatan jelas akan membuat lawan tidak mengetahui batasan kekuatan yang di milikinya. Hal ini jelas menjadi suatu keuntungan untuknya di dalam pertarungan hidup mati seperti saat ini.Janayo mengalirkan tenaga dalam ke pedangnya, dalam satu tarikan nafas dia sudah berpindah tempat dan melesatkan serangan pembuka kepala Jurenggo.Jurenggo dengan cekatan menyilangkan pedangnya menangkis setiap serangan yang di buat oleh Janayo. Kecepatan hujan serangan yang di buat oleh Janayo masih mampu untuk di imbangi dan di
80. Jurenggo Vs Yudha Wardhana Banyu Aji langsung bergerak cepat menuju gerbang masuk desa Suba. Dia melompat ke bangunan paling tinggi, berusaha untuk melihat apa yang sebenernya terjadi, sehingga perseteruan antar para pendekar berhenti seketika.Banyu Aji dengan cepat dapat menyimpulkan jika perseteruan itu terhenti karena kedatangan sekelompok pendekar yang menggunakan jubah yang sama."Jubah itu milik Tengkorak Iblis, jadi mereka benar-benar ingin menghapus Harimau Putih dengan menggerakkan para pendekar yang mereka miliki sebanyak ini," gumam Banyu Aji.Banyu Aji memilih untuk menjadi penonton, dia tidak ingin terlibat terlalu dalam pada konflik yang sedang terjadi di bawah sana, tentu karena dia tidak tahu apa yang menjadi penyebab terjadinya pertempuran besar itu.***Yudha Wardhana tersenyum tipis, dia tidak ingin meladeni basa-basi Jurenggo lebih jauh, Yudha Wardhana mengalirkan tenaga dalam ke pedangnya, sebelum berpindah tempat ke hadapan Jurenggo.Tebasan dan tusukan ped
79. Tengkorak Iblis Vs Dunia Persilatan Yudha Wardhana dengan cepat dapat melihat kedatangan kelompok Tengkorak Iblis. Dia tersenyum tipis, sejauh ini rencana mereka berjalan dengan baik. Kedatangan pendekat Tengkorak Iblis sesuai dengan perkiraan, tepat ketika suasana desa Suba sedang sangat kacau.Bersama dengan itu pula, Yudha Wardhana memberikan kode kepada rekannya untuk segera memberitahu anggota yang lain, guna melakukan rencana selajutnya. Yaitu, menyebarkan kepada dunia persilatan jika Tengkorak Iblis menggerakkan banyak pendekar untuk menjarah semua hasil lelang yang di adakan Perguruan Harimau Putih."Gusma, jika semua rencanamu berjalan lancar, maka bersiaplah Tengkorak Iblis akan mengalami masalah besar dan dunia persilatan akan melihat Harimau Putih sebagai perguruan besar," gumam Yudha Wardhana.Sementara itu, di desa Suba pertarungan sudah benar-benar pecah. Jurenggo yang baru tiba di buat naik pitam saat salah satu anggotanya membawa berita jika Gelato yang menjadi u
78. Pertempuran di Desa Suba IV"Mundurlah sedikit, tapi jangan terlalu jauh. Karena akan ada bahaya lain yang mengincar dirimu nanti," ucap Banyu Aji sambil bersiap dengan kuda-kuda tarungnya Banyu Aji menarik pedangnya, bergegas menangkis setiap serangan yang di lakukan oleh Lapan. Banyu Aji bukan hanya bertahan, dia juga berbalik menyerang Lapan, bahkan dalam waktu singkat Banyu Aji mendominasi serangan.Lapan tentu tidak terlalu terkejut, mengingat latar belakang Banyu Aji yang merupakan pendekar Perguruan Tirta Kencana tidak mungkin memiliki kemampuan rendahan.Lapan sejak awal pertarungan di mulai langsung menggunakan kemampuan terbaiknya dan berusaha mengakhiri pertarungan dengan singkat. Namun tampaknya hal itu sulit terjadi, karena Banyu Aji bukanlah lawan yang mudah."Kau membuatku kagum, tidak banyak pendekar muda yang memiliki kemampuan seperti dirimu. Tapi sayang, aku harus menghabisimu hari ini... " Kata Lapan.Banyu Aji tertawa dengan pelan, dia tidak ingin terlalu lam
77. Pertempuran Di Desa Suba IIITubuh Rana Jelina berkeringat dingin dan bergetar dengan hebat. Perkataan dari Lapan terngiang-ngiang di kepalanya. Dia jelas tidak pernah rela jika harus mati, akan tetapi lebih tidak rela lagi harus menyerahkan kehormatannya kepada lelaki jelek seperti Lapan.Rana Jelina menarik pedangnya, sekalipun tangannya gemetar dengan hebatnya."Haha, kau ingin memberikan perlawanan? Percuma saja, karena semua itu akan sia-sia... " Ejek Lapan dengan menjilati bibirnya bersiap menerkam Rana Jelina. Di kepalanya jelas sudah tergambar apa yang akan di lewati bersama Rana Jelina.Tubuh Rana Jelina semakin berkeringat dingin. Rasa takut jelas menyelimuti tubuhnya dan hatinya. Tidak pernah terbayangkan jika dia akan mengalami nasib sesial ini, jika saja dia tahu akan berada di posisi seperti saat ini, mungkin dia tidak akan berpikir untuk datang ke desa Suba atau mungkin pula dia akan meminta beberapa orang tetua yang memiliki kekuatan tinggi untuk menjadi pengawalny
76. Pertempuran di Desa Suba IIIRana Jelina yang baru saja keluar dari penginapan tentu merasa sangat terkejut dengan kejadian di desa Suba. Sungguh dia tidak pernah menduga jika sedang terjadi kericuhan hampir di seluruh desa ini."Tetua, apa yang sedang terjadi di desa ini? Di mana para pendekar Harimau Putih? Kenapa tidak ada yang berusaha melerai pertarungan ini?" Tanya Rana Jelina dengan cemas.Tetua itu sama halnya seperti Rana Jelina. Dia pun merasa cukup terkejut melihat situasi di desa Suba. Bahkan dia menemukan beberapa prajuritnya sedang meregang nyawa dengan mengenaskan. Kondisi desa Suba sudah tidak ubahnya seperti area pertempuran. Bangun-bangunan rumah penduduk sudah jebol dan beberapa pula sudah ambruk. "Pendekar Perguruan Cakra Dewa, sepertinya kalian memiliki barang-barang berharga," kata salah seorang dari pendekar yang menggunakan jubah berwarna hitam itu bercorak kepala gagak itu."Lapan, Tetua tertinggi Perguruan Gagak Hitam. Apa maksud perkataanmu itu!!!" Cer