Ambisi membalaskan dendam kematian kedua orang tuanya membuat Danuranda melewati perjalanan panjang. Hingga mempertemukan dia dengan teman, sahabat, cinta dan penghianatan.Bergabungnya Danuranda dengan pasukan Kerajaan Banten adalah awal dari perjalanan Danuranda dalam mengarungi Dunia Persilatan Nusantara.Semua hanya fiktif belaka, khayalan seorang pujangga yang selalu di sakiti ...
Lihat lebih banyakDaratan Nusantara, Kota Sunda Palapa di wilayah padepokan Tirta Kencana.
Padepokan Tirta Kencana adalah salah satu padepokan terbesar aliran putih di daratan pulau jawa. Padepokan Tirta Kencana di pimpin oleh ketua Ki Demang. Salah satu pendekar pilih tanding di pulau jawa.
"Bopo, jika aku besar nanti. Aku ingin sekuat dirimu," ucap Danuranda yang berada di pangkuan Ki Demang.
Ki Demang hanya tersenyum sambil mengelus lembut kepala Danuranda. Entah kenapa beberapa hari ini, Ki Demang ingin terus menghabiskan waktunya bersama putra semata wayangnya dengan adinda Sekar Wangi.
"Randa harus menjadi lebih kuat dari bopo dan melindungi seluruh orang yang Randa sayang," kata Ki Demang sambil tetap mengelus lembut kepala Danuranda.
"Bopo, tidak usah khawatir, aku bahkan akan lebih kuat dari bopo."
"Ku lihat beberapa hari ini kanda terlalu memanjakan putra kita," ucap seorang perempuan yang berjalan mendekati Ki Demang dan Danuranda.
Sekar Wangi istri dari Ki Demang. Sekar Wangi memiliki paras yang begitu cantik, bahkan banyak yang menyebut dirinya lebih cantik dari para dewi yang berada di khayangan sekalipun.
"Biung, sudah sewajarnya seorang bopo memanjakan putranya bukan?" Danuranda memandang Sekar Wangi sambil tersenyum kecil.
Sekar Wangi hanya membalas senyum ucapan dari Danuranda, putra semata wayang mereka. Dan ikut bergabung bersama mereka. Keluarga mereka begitu harmonis dengan kehadiran Danuranda.
Beberapa saat kemudian, seorang pemuda masuk ke ruangan mereka dengan napas yang ngos-ngosan.
"Lapor ketua, Beberapa orang pendekar aliran hitam tampak bergerak ke arah padepokan kita," kata pemuda itu sambil mengatur napasnya yang masih tidak beraturan.
"Seberapa banyak jumlah mereka," Ki Demang langsung beranjak dari tempat duduknya.
"Jumlah mencapai ratusan orang ketua," ucap pemuda itu dengan wajah yang pucat pasih.
Ki Demang langsung bergerak cepat meninggalkan ruangannya. Ia bergerak cepat menuju gerbang padepokan Tirta Kencana.
"Apa yang mereka inginkan dari padepokanku," batin Ki Demang sambil terus bergerak dengan cepat menuju gerbang padepokan untuk bergabung dengan tetua padepokan yang sudah bersiap di pintu gerbang.
***
Gerbang Padepokan Tirta Kencana.
"Ketua." ucap para tetua saat merasakan kedatangan dari Ki Demang.
"Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Ki Demang.
Salah satu tetua mulai menjelaskan tentang pasukan aliran hitam dalam jumlah yang besar sedang menuju ke padepokan mereka. Pemimpin dari pasukan itu adalah Ki Sangeti mantan wakil ketua padepokan Tirta Kencana.
"Mau apalagi setan tua itu datang kemari," umpat Ki Demang.
Beberapa saat kemudian, pasukan aliran hitam itu sudah berada di hadapan Ki Demang dan para tetua dari padepokan Tirta Kencana. Benar dugaan sebelumnya, jumlah dari mereka mencapai ratusan lebih.
"Sangeti ada angin apa ini? Sehingga kau masih berani datang kemari," sergap Ki Demang terhadap Ki Sangeti.
"Rupanya kau masih ingat dengan tua bangka ini," jawab Ki Sangeti sambil tertawa lantang.
"Aku datang kemari...," Ki Sangeti menjelaskan jika kedatangannya kali ini ingin menuntut balas atas kekalahannya tempo waktu yang lalu. Serta berniat untuk membumi hanguskan padepokan Tirta Kencana dari pulau jawa.
"Sudahlah Sangeti, yang lalu biarlah berlalu. Kami sudah tidak ingin membahas hal itu lagi," ucap Ki Demang dengan nada bicara yang sangat berwibawa.
Ki Sangeti tertawa dengan lantang, seakan-akan mengejek Ki Demang dan para tetua padepokan Tirta Kencana lainnya. Ki Sangeti menatap tajam Ki Demang dan para tetua padepokan Tirta Kencana lainnya.
"Pergilah Sangeti, sebelum aku berubah pikiran!!" ancam Ki Demang sambil membalas tatapan tajam dari Ki Sangeti.
Ki Sangeti kembali tertawa dengan lantangnya. Kali ini tawa Ki Sangeti tampak lebih kencang dan begitu mengejek nan merendahkan Ki Demang, "Demang, kau pikir masih dapat mengalahkan diriku. Setelah pengembaraanku, aku lebih kuat darimu Demang,"
Ki Demang tersenyum kecut. Ia menyadari jika Ki Sangeti tampak lebih kuat dari dirinya saat ini, "Aku tidak tau kau lebih kuat dari ku atau tidak, tapi ku harap kau cepat meninggalkan tempat ini, dan lupakan semua yang terjadi di masa lalu di antara kita,"
"Haha, aku akan melupakan semuanya. Asalkan kau mengizinkan diriku mencicipi tubuh Sekar Wangi, maka aku akan melupakan semua yang terjadi di antara kita di masa lalu," Ki Sangeti tertawa lantang sambil menjilati bibirnya yang menampakan wajah mesum lelaki sepuh itu.
Ki Demang menarik napas cukup panjang sebelum berkata, "Sejengkalpun aku tidak akan membiarkanmu melakukan hal itu, selama nyawaku masih ada,"
Ki Sangeti yang mendengar hal itu langsung mengangkat tangannya ke udara yang menandakan untuk pasukannya bersiap untuk menyerang. Detik kemudian, area gerbang padepokan Tirta Kencana sudah menjadi medan pertempuran.
"Kau sudah memilih pilihan yang salah Demang," sergap Ki Sangeti yang sekarang berhadapan dengan Ki Demang.
"Iblis Tua, aku tidak akan menyesali keputusanku. Meskipun hari ini aku harus mati!!" jawab Ki Demang dengan nada yang mengejek Ki Sangeti.
Ki Demang langsung melesat cepat menyerang Ki Sangeti menggunakan pedang miliknya. Ki Sangeti dengan cukup sigap menyambut serangan dari Ki Demang dengan menggunakan sebilah pedang pula.
Keduanya terlibat pertukaran serangan yang sengit. Bahkan, keduanya sudah terlibat pertukaran hampir seratus jurus. Namun keduanya masih cukup berimbang, meskipun Ki Sangeti nampak sedikit unggul dari Ki Demang.
Beberapa goresan luka sudah memenuhi tubuh keduanya. Keduanya nampak sedang mengatur napas dan tenaga dalam mereka.
Beberapa saat kemudian keduanya kembali melesat menyerang satu sama lainnya. Kali ini Ki Demang menggunakan seluruh kemampuan yang dirinya miliki.
Ki Demang berhasil membuat Ki Sangeti terdesak. Sedetik kemudian Ki Demang berhasil menebas kepala Ki Sangeti.
Namun beberapa menit kemudian sesuatu yang anehpun terjadi. Kepala Ki Sangeti kembali menyatu dengan tubuhnya saat bersentuhan dengan tanah.
"RAWARONTEK,"
Ki Demang dan tetua lainnya begitu kaget saat melihat Ki Sangeti berhasil menguasai Ajian Rawarontek.
"Kalian semua akan mati!!!" teriak Ki Sangeti dengan lantang dan mengerikan.
Ki Demang yang melihat hal itu langsung bergerak cepat menyerang Ki Sangeti. Keduanya terlibat pertarungan hidup mati yang sangat sengit. Sekarang Ki Demang sudah dalam posisi yang tidak menguntungkan, sedetik kemudian pedang Ki Sangeti berhasil menebas kepala Ki Demang.
***
Tidak jauh dari pintu gerbang padepokan Tirta Kencana. Danuranda dan Sekar Wangi berdiri dengan kaku dan penuh akan ketakutan. Mereka menyaksikan sendiri saat Ki Sangeti menebas kepala Ki Demang. Tanpa dapat di bendung air mata keduanya menetes tanpa bisa di bendung lagi.
"Biung," ucap Danuranda sambil terus menangis.
"Randa, dengarkan pesan biung. Balaskan dendam bopo dan seluruh penghuni padepokan Tirta Kencana. Sekarang selamatkan dirimu terlebih dahulu. Biung akan menahan iblis tua itu sementara waktu," Sekar Wangi memeluk erat putra semata wayangnya itu, seakan itu terakhir kalinya ia bertemu dengan putranya.
"Tidak ada waktu untuk berpikir terlalu lama, sekarang larilah dan selamatkan dirimu. Balaskan kematian bopo dan biung," Sekar Wangi langsung melesat cepat ke arah pintu gerbang.
Sementara Danuranda memilih bersembunyi di belakang sebuah pohon yang cukup besar untuk melihat situasi dan kondisi yang terjadi.
***
"Iblis tua, kau akan mati di tanganku!!" ancam Sekar Wangi dengan emosi yang sudah memuncak.
"Aku datang untuk menjemputmu dinda, kenapa kau malah ingin membunuhku. Ayo mulai sekarang kita mulai hidup yang baru setelah kematian Demang." kata Ki Sangeti yang terus menggoda Sekar Wangi.
"LANCANG!!" Sekar wangi langsung menarik pedang di pinggangnya dan melesat dengan cepat menyerang Ki Sangeti.
Ki Sangeti dengan cukup sigap menangkis serangan dari Sekar Wangi. Ki Sangeti memilih tidak menggunakan pedangnya untuk menghadapi Sekar Wangi karena takut jika tubuh Sekar wangi terluka sebelum ia nikmati.
***
Hai, ini adalah karya pertama saya di Good Novel, semoga menghibur dan selamat menikmati ... Salam hangat dari Pemalas.
Danuranda kembali berdiri dengan kuda-kuda tarungnya. Meskipun sudah terluka parah, tapi ia masih mencoba terus berdiri dengan kuda-kuda tarung sempurna.Danuranda menancapkan pedangnya ke tanah, lalu berkata, "Aku akan menghadapi mu dengan tangan kosong,"Sedetik kemudian Danuranda sudah kembali menyerang pria bertopeng itu. Kombinasi pukulan dan tendangan berhasil membuat pertarungan keduanya semakin sengit.Tidak hanya kombinasi tinju dan tendangan. Danuranda secara tidak sadar juga menggunakan metode pertarungan tangkap lepas, metode pertarungan ini membutuhkan kecepatan dan kesigapan.Beberapa kali juga Danuranda melepaskan jurus tendangan cambuk buaya. Terkadang Danuranda memotong tendangannya yang berhasil mendarat tepat di punggung atas pria bertopeng itu.SlashhhhDanuranda melesat cepat memberikan sapuan terhadap pria bertopeng. Pria bertopeng yang
Danuranda yang berhasil menghabisi serigala perak terkapar tidak sadarkan diri. Ki Amar Sakti yang melihat hal itu langsung melesat mendekati Danuranda."Dia hanya sedikit kelelahan saja, mungkin besok dia akan sadarkan diri, sebaiknya aku mengawasi situasi di sekitar di sini," Ki Amar Sakti melepaskan tenaga dalamnya untuk membuat semua hewan buas yang berjarak tidak jauh dari tempat Danuranda terkapar langsung menjauhkan diri dari lokasi itu.Ki Amar Sakti meloncat ke dahan pohon yang tidak jauh dari Danuranda yang terkapar tidak sadarkan diri.Ki Amar Sakti mengambil posisi duduk bersila dan mulai bersemedi. Meskipun begitu tidak ada seekor hewan buas yang berani mendekatinya dalam jarak 1 kilo meter.Tekanan tenaga dalam yang di lepaskan Ki Amar Sakti benar-benar berhasil membuat semua hewan buas menjadi ketakutan.***Malam berlalu dengan cepat. Sinar ma
Danuranda jelas terkejut dengan serangan tiba-tiba yang di buat oleh serigal perak itu, karena dia benar-benar baru sudah menyantap makanan dalam jumlah besar."Serigala perak, ini jelas lebih merepotkan dari pada harimau putih pemangsa," gerutu Danuranda.Serigala perak memiliki kekuatan yang lebih besar dari pada serigala lain pada umumnya. Serigala perak memiliki kecerdasaan yang tidak jauh berbeda dari manusia pada umumnya."Baiklah, mari kita lihat hasil latihanku dalam beberapa hari yang lalu, apa sudah ada perkembangan atau mentok di tempat yang sama,"Danuranda langsung menarik pedangnya dengan cepat. Ia langsung menyerang serigala perak itu. Serigala perak itu dengan cepat mampu menghindari serangan dari Danuranda.Serigala perak bukan tanpa perlawanan. Serigala perak itu tanpa ampun juga menyerang Danuranda, tanpa merasa takut sedikitpun.Keduanya t
Danuranda bergerak dengan cepat menyusuri hutan kematian. Sudah hampir 2 jam dirinya mencari, namun belum juga menemukan ayam hutan seekor saja."Kenapa hari ini mereka begitu sulit untuk di temukan, aku tidak menduga jika mencari ayak hutan akan sesulit ini," gerutu Danuranda.Danuranda merasa sedikit janggal. Bagaimana mungkin seekor ayam hutan tidak tersisa di dalam hutan kematian ini. Padahal beberapa hari yang lalu masih terasa begitu banyak ayam hutan yang berkeliaran."Aku yakin ini pasti ulah guru, dia benar-benar sudah mempersiapkan semuanya dengan sangat matang," pikir Danuranda.Danuranda terus menyusuri hutan tanpa berhenti untuk beristirahat.Ia benar-benar merasa putus asa, karena sudah beberapa jam berlalu, namun ia belum juga menemukan seekor ayam hutan sekalipun.Danuranda sudah bertekad tidak ingin pulang dengan tangan kosong. Minimal ia harus membawa satu ekor a
Beberapa saat kemudian, Ki Amar Sakti kembali dengan beberapa batang tebu hitam.“Berhubung tadi kau bilang masih kuat, bahkan sangat kuat, maka aku akan sedikit menambah porsi latihanmu.”Danuranda jelas sangat terkejut melihat puluhan batang tebu itu, dia menyadari jika puluhan batang tebu itu sebentar lagi akan membuat tubuhnya menjadi lebam. Sekali lagi, Danuranda mengutuk dirinya sendiri yang membuat dirinya menjadi begitu sial.Benar saja, Ki Amar Sakti langsung mengayunkan batang tebu itu ke bagian punggung Danuranda. Danuranda jelas langsung meringis kesakitan, akan tetapi masih tidak bergerak di posisi semula. Tidak hanya sekali, akan tetapi Ki Amar Sakti terus melakukan hal itu berkali-kali.Ki Amar Sakti tidak hanya memukul bagian punggung, tetapi juga bagian perut dan betis tidak luput dari pukulan batang tebu.Danuranda jelas merasakan jika seluruh tubuhnya sudah
Danuranda mulai mengatur napas dan mulai memikul pohon di punggungnya.Danuranda mulai berjalan dengan berlahan. Baginya pohon itu tidaklah terlalu berat, hal yang membuatnya berat adalah lamanya perjalanan dirinya berlari mengelilingi hutan kabut kematian.Danuranda mulai berlari mengikuti rute yang telah di buat oleh Ki Amar Sakti. Ia berlari dengan kecepatan sedang. Ia tidak ingin terlalu cepat, karena menyadari jika bukan jumlah berapa keliling yang di hitung, tapi lama waktunya.Satu hal yang membuat Danuranda kebingungan. Rute yang di buat oleh Ki Amar Sakti selalu berada di area yang terkena sinar matahari. Sehingga membuat Danuranda terus menahan dahaganya.Danuranda benar-benar merasa begitu haus saat melihat sebuah sungai yang ia lewati."Aku tidak tahu sebenarnya selebar apa hutan ini, sudah hampir 10 jam lebih, tapi aku masih belum juga kembali ke posisi awalku," guma
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen