Share

Bab 210 : Bian Marah

Author: Kafkaika
last update Last Updated: 2025-08-26 22:20:31

*

“Ada apa, Bu?” tanya Andik saat kupanggil dia.

“Ndik, aku butuh bantuanmu,” ujarku padanya.

Sudah kupikirkan apa yang akan dilakukan dua wanita itu jadi aku juga harus bersiap-siap. Karenanya kuminta Andik membantuku.

“Kenapa tidak minta bantuan Pak Pomo, Bu?” Andik heran, urusan begini Pomo pasti lebih bisa mengahndlenya.

“Jangan dulu, Ndik. Pomo repot. Ini hanya urusan wanita.” Kusampaikan hal itu.

Andik juga kuberi tahu tipis-tipis tentang Farah dan dia tak banyak lagi bertanya.

“Saya juga enggak suka sama dia, Bu. Tiba-tiba menggodaku saja. Karenanya kami suka bertengkar dengan Dini.” Andik memang tidak banyak bertanya atas permintaan bantuanku, tapi dia tipikal pria yang suka bercerita.

“Oh? Jadi dia juga menggodamu?” tanyaku terkejut. Karean Dini bilangnya Farah genit pada Bian.

“Ya begitulah, Bu!”

Makanya Dini sangat tidak suka pada Farah dan berusaha keras agar aku berhati-hati padanya.

Kalau memang begitu, aku tak salah lah memecatnya. Mau dia protes atau merasa kecewa, seh
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
lis zabet
bian jangan mudah terpengaruh ya,, ayo Mel pasti bisa
goodnovel comment avatar
vpi
Bian masih sja bodoh gampang di pengaruhi,pdahal selidiki dlu kebenarannya,udah bertahun2 masih tdk percaya sja sma melati…melati harus keraslah sma suamimu jgn mau di sakiti terus
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 328 : The End

    Dulu, saat melahirkan Vier, Mas Bian juga seperti ini. Katanya, melihatku berjuang mengeluarkan anak kami membuatnya hampir pingsan. Tapi dia tetap menemaniku, menggenggam tanganku, menguatkan setiap detik. Dan ketika semuanya usai, dia malah tergugu seperti anak kecil, menangis di pelukanku, sampai-sampai harus ditenangkan suster.“Udah tahu perjuanganku begini melahirkan anak-anakmu, nanti kalau masih tega nyakitin perasaanku, awas aja!” gerutuku manja, sekalian menertawakan ketegangannya.“InsyaAllah nggak mungkin, Sayang. Kalau pun nanti aku khilaf, tolong ingatkan aku. Kita saling mengingatkan, ya?” jawabnya serius. Aku nyaris tertawa melihat wajahnya yang tulus tapi kikuk.“Bagaimana kamu masih bisa ketawa?” katanya kesal, tapi aku tahu itu cuma cara dia menutupi rasa takut.“Ya nggak tahu, buktinya bisa, kan? Jadi, Mas Bian jangan panik. Aku malah jadi panik kalau kamu begitu,” ujarku, mencoba menenangkannya. Ia akhirnya menarik napas dalam-dalam, menata perasaannya lagi.Tak la

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 327 : Berita Duka & Bahagia

    “Vier sudah tidur, Sayang?” tanyaku saat Melati kembali ke kamar. Ia baru saja menidurkan anak kami.“Sudah sama neneknya, Mas,” jawabnya sambil menaiki ranjang. Aku sudah menunggunya sejak tadi — rasa rindu yang tertahan berhari-hari seolah menyesakkan dada.Kuraih tubuhnya, kukecup bibirnya penuh hasrat. Namun Melati menahanku, menatap dengan tatapan yang masih menggoda.“Apa lagi, Sayang?” tanyaku dengan nada manja.“Mas, aku ganti baju seksi dulu ya?” katanya tersenyum nakal.“Enggak usah, Sayang. Ini sudah siap tempur dari tadi,” bisikku seraya menurunkan gaunnya perlahan. “Lebih baik kau telanjang saja, itu sudah cukup bagiku.”Dan malam pun larut bersama desir napas yang saling menyatu.Orang bilang, gairah akan memudar seiring lamanya pernikahan. Tapi tidak bagi kami. Justru semakin kuat, semakin dalam, karena kami sudah tahu betul bagaimana menyenangkan satu sama lain.Seperti malam ini. Setelah kupasangkan pengaman, Melati tersenyum lalu menaiki tubuhku.“Aku takut Mas Bian

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 326 : Kedatangan Ibu

    *Aku sempatkan diri ke kantor sebentar untuk mengurus beberapa hal, lalu mandi dan menyegarkan diri. Aku ingin saat bertemu anak dan istriku nanti, pikiranku sudah jernih. Tak ingin bayang-bayang kejadian siang tadi ikut terbawa pulang.Kini aku sudah di jalan. Seperti biasa, kukirim pesan pada Melati—barangkali ada titipan. Tapi Melatiku hanya membalas singkat, agar aku segera pulang, karena ia sudah menunggu.Senyumku langsung merekah. Hatiku yang sempat kusut kembali bersemi. Tekanan dan lelah yang selama ini membebani kami berdua memang harus mendapat kompensasi. Aku ingin malam ini menjadi milik kami. Kupastikan ranjang kami sampai reyot menyambut kerinduan yang lama tertahan.Sudah hampir sampai di apartemen saat ponselku berbunyi. Pesan dari Melati masuk:[Kalau masih di jalan, mampir ke minimarket ya, Mas. Beli pengaman. Dokter bilang boleh berhubungan, tapi jangan keluar di dalam]Aku hanya tertawa kecil membaca pesannya. Balasku cepat:[Siap, Nyonya]Padahal aku sudah ada di

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 325 : Situasi Yang Menegangkan

    *DORR!Dentuman keras itu mengguncang segalanya. Suara tembakan memekakkan telinga, dan dalam sekejap kepalaku berdengung hebat. Seolah jiwaku tercerabut dari tubuh—melayang tanpa kendali. Dunia mendadak gelap.Dalam detik-detik antara hidup dan mati itu, hanya satu wajah yang terbayang: Melati. Senyumnya. Kehangatannya. Juga kecemasan tentang banyak hal yang belum sempat kuselesaikan. Anakku... istriku... mereka masih membutuhkan aku. Aku belum rela pergi.Tapi justru tubuh yang berdiri di depanku itu yang roboh ke lantai. Seketika itu juga, darah mulai merembes dari dadanya, membentuk genangan kecil di bawah tubuhnya yang terkulai.Kevin.Bukan aku yang tertembak.“Siapa yang menembak?” gumamku panik, buru-buru menoleh ke segala arah, napasku belum stabil.Di sudut ruangan, seorang wanita berdiri kaku. Tangannya gemetar hebat. Pistol yang tadi tergenggam kini jatuh, menggelinding pelan di lantai. Tubuhnya lunglai, lalu ia jatuh terduduk sambil menangis, seluruh ketegangan meledak d

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 324 : Bertemu Kevin

    *“Aman, Pak.” Jawaban Pomo terdengar mantap, penuh keyakinan, seolah ingin menebus kesalahan yang lalu.Dia bahkan memperketat pengamanan. Mobil yang biasa digunakan Melati kini sudah dipasangi GPS. Sopirnya pun dipilih khusus—bukan sekadar bisa menyetir, tapi mampu bertindak jika sesuatu yang buruk terjadi di jalan.Aku memang jadi seposesif itu padanya sekarang. Tapi bukan karena curiga. Karena aku tahu, ada bahaya yang bisa saja mengintainya kapan saja.Hanya saja, aku tak mau Melati merasa seperti tahanan. Karena itu, aku minta semuanya dilakukan dari jarak yang aman tanpa terlihat dan juga dengan profesional.“Aku tidak akan mengampunimu lagi kalau kali ini orang yang kau tugaskan gagal melindungi anak istriku.”Kukatakan kalimat itu dengan tekanan. Pomo tahu aku tak sedang menggertak. Kesempatan kedua sudah pernah kuberikan, dan aku bukan pria yang mudah memberi yang ketiga.“Siap, Pak. Saya pastikan semuanya terkendali.”Begitu panggilan terputus, aku segera bersiap. Lia dan A

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 323 : Semakin Posesif

    * Kusempatkan menelepon Pomo setelah sarapan pagi itu seusai membaca pesannya tadi. “Mau apa dia minta ketemu?” tanyaku. Masih terbias rasa kesal dan murka di wajahku mengingat pria brengsek itu.Padahal, harusnya sarapan pagi ini menjadi sarapan yang hangat setelah kami sudah memutuskan rujuk kembali melanjutkan rumah tangga kami.Tapi lagi-lagi, Kevin Wijaya kembali merusak suasana hatiku. Sepertinya aku harus segera menyelesaikan semua masalahku dengannya.“Dia tidak terima dengan laporan Anda, Pak,” Pomo menjelaskan.“Oke. Kalau dia mau bertemu, temui saja aku di Hotel Nagasura. Sekalian aku ada urusan terkait teken kontrak kerja sama baru,” ujarku.Hari ini aku memang akan bertemu dengan direktur perusahaan raksasa di negeri ini untuk membahas kerja sama baru kami.Sebelumnya, perusahaan ini bermasalah dengan perusahaan Kevin, akhirnya memutuskan kontrak lebih cepat dan berpindah ke perusahaanku.Sekalian saja biar Kevin lebih panas dan terbakar melihat kami bersatu dalam kerja

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status