Home / Romansa / Gelora Cinta Pria Arogan / 107. Ibu Sang Mantan

Share

107. Ibu Sang Mantan

Author: Neza Visna
last update Huling Na-update: 2025-05-28 22:45:14
Berbeda dengan Rinjani yang panik, Brama justru terlihat tenang. Dengan santai, dia meraih tangan Rinjani yang gemetar dan menatapnya dengan tatapan menenangkan.

"Tenang saja, aku yang akan urus ini," ujarnya dengan suara rendah namun tegas.

Rinjani hanya bisa menggeleng, wajahnya masih dipenuhi kekhawatiran. Dengan cepat, dia membereskan sisa nasi Padang di meja, memasukkannya ke dalam plastik, dan membuangnya ke tong sampah.

"Aku harus pergi," bisiknya sambil melirik ke arah pintu.

Brama memegang erat pergelangan tangan Rinjani. "Aku janji tidak akan bilang apa-apa tentang kita ke Mama. Kamu tidak perlu takut."

"Bukan itu masalahnya!" Rinjani berbisik keras. "Mama kamu nggak akan suka melihatku di sini! Kamu juga tahu itu!”

Pertemuan terakhir mereka di rumah Brama itu berakhir dengan sangat buruk, Rinjani tidak tahu harus bersikap seperti apa kalau bertemu.

Brama menggeleng. “Tenang saja, sekarang mama nggak akan lagi mempermasalahkan kamu.”

Rinjani tidak yakin. Pikirannya dipenuhi
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Gelora Cinta Pria Arogan   148. Hati ke Hati

    Brama tak segera menjawab. Dia menatap lurus ke mata ayah Rinjani."Aku bisa, Om!" Kalimat itu diucapkan dengan keyakinan baja. "Selama Rinjani menerimaku, status apapun itu, aku nggak masalah." Ibu Rinjani meletakkan tangannya di paha. "Bagaimana dengan orangtuamu? Apakah mereka merestui hubungan ini?"Mereka masih mengingat jelas, reaksi orangtua Brama saat tahu tentang hubungan itu. Mudah dibayangkan, kalau mereka tidak akan dengan mudah berubah pikiran.Brama menghela napas halus. "Mama sduah membebaskan pilihanku." Ada jeda singkat sebelum dia melanjutkan, "Dan papa ... pendapatnya tidak mempengaruhi keputusanku."Radit yang duduk di sudut ruangan mengangkat alis. "Wah, berani sekali." Ada nada sindiran di suaranya.Sikap Radit terhadap Brama memang masih sangat ambigu. Terkadang, dia terkesan mendukung Brama, tapi terkadang masih terasa kalau dia belum sepenuhnya bisa menerima keberadaan Brama di hidup Rinjani.Setelah membangun sendiri usahanya dia semakin sadar betapa jauh

  • Gelora Cinta Pria Arogan   147. Uninterested

    Orangtuanya yang turun lebih dulu sudah menyambut Brama dengan sikap bingung. Rinjani bisa melihat dari dalam mobil bagaimana Brama menyapa mereka dengan hormat.Sementara itu, Radit mematikan mesin mobil dan langsung membuka bagasi belakang untuk membawa semua barang Rinjani.Dengan ragu, Rinjani ikut turun dari dalam mobil, dan melangkah kaku ke arah Brama. Dia tidak tahuh harus mengucapkan apa."Rinjani? Lama tidak bertemu," sapa Brama dengan nada datar yang sempurna, seolah mereka memang hanya kenalan biasa. Sebuah senyum tipis sopan terukir di bibirnya.Rinjani nyaris tersedak melihat akting pria itu. Dasar aktor ulung, pikirnya sambil memaksa senyum kaku. “Hai ....”Jadi, begini maksudnya mendekati orangtuanya tanpa memberitahu kalau mereka bersama?Mereka harus berbohong lagi?Sungguh Rinjani sudah lelah. Dia tahu, satu kebohongan harus ditutupi dengan kebohongan lainnya, dan akhirnya sama sekali tidak baik.Masalah perceraiannya dengan Jagat adalah salah satu contohnya. Karena

  • Gelora Cinta Pria Arogan   146. Ketegangan Baru

    “Yu!” katanya, menatap putrinya tajam. “Masih ada yang kamu sembunyikan dari kami?”Dunia Rinjani seakan berhenti sejenak.Kepalanya berdenyut. Napasnya tercekat. Dia tahu, ini adalah kesempatannya untuk mengatakan ke orangtuanya kalau dia kembali bersama Brama. Namun, dia tidak berani.Aku cuma… nggak mau kalian jadi bahan gosip,” suara Rinjani pecah di ruang tamu yang terasa terlalu lengang.Pada akhirnya dia terlalu pengecut untuk mengakui itu dan mengatakan hal yang sejak tadi memberatkan hatinya. “Semua tetangga udah tahu aku menikah, kalau aku tiba-tiba pulang dan tinggal di rumah ini lagi, pasti mereka kepo. Mereka bakal nanya-nanya, bisik-bisik, ngasih tatapan aneh. Aku nggak mau kalian jadi jadi bahan omongan.”Karena orangtuanya menjual sarapan di pagi hari mereka dengan begitu mudahnya berbaur dengan tetangga sekitar tempat itu, dia tidak ingin kehadirannya menggangu kehidupan sehari-hari mereka."Kita tidak hidup untuk memenuhi ekspektasi orang lain!"Sementara ibunya m

  • Gelora Cinta Pria Arogan   145. Minggat!

    Apa semudah itu? Dia merasa tidak pernah berhasil membuat orangtuanya tenang. Dia tahu jelas, masalah ini akan membuat mereka kecewa kalau tahu, tapi dia masih melakukan itu.Ibu Jagat menghampirinya dan merangkulnya. Merasakan hangat pelukan itu, tangis Rinjani meledak tanpa bisa dia tahan.Tubuhnya gemetar, wajahnya basah, dan suaranya tertahan dalam sesenggukan yang bergetar."Mereka, mereka membenciku sekarang. Aku harus gimana, Ma?” gumamnya sembari sesegukan.Ibu Jagat membelai punggung Rinjani perlahan, menenangkannya seperti seorang ibu pada anaknya sendiri. “Ssst… tenang, sayang. Nggak ada orangtua yang benci anaknya. Mereka cuma butuh waktu untuk menenangkan diri.”“Mereka bilang nggak peduli lagi sama aku!" Rinjani tersedu-sedu.Ayah Jagat mendekat sambil membawa segelas air hangat. “Itu Cuma omongan orang emosi, jangan dimasukkan ke hati. Kasih mereka waktu untuk menenangkan diri.Rinjani menggeleng, matanya merah dan sembap. “Maaf, maaf membuat keributan kaya gini. Karena

  • Gelora Cinta Pria Arogan   144. Murka Ayah dan ibu

    Dia menatap Brama panik, Brama memegang tangan Rinjani, berusaha menenangkannya.“Bu, nggak usah dipikirkan. Itu bukan apa-apa.”“Yu, jangan bohong sama Ibu. Jangan disembunyikan kalau ada masalah.”Rinjani menghela napas panjang, mendadak dia lelah menutupi ini semua. Dia bisa memaksa Brama untuk tidak membongkar hubungan mereka, tapi dia tidak berhak untuk melarang Jagat dan Evie untuk ikutan sembunyi-sembunyi.“Bu, aku akan bawa Jagat untuk menjelaskan semuanya ke Ibu. Semua itu Cuma salah paham. Kalian nggak perlu khawatir.“Kamu serius?”“Iya, Bu. Aku masih di luar ini. Baru mau pulang, sudah dulu ya.”Dia buru-buru menyudahi pembicaraan itu karena tidak tahu harus mengatakan apa. Dia hanya bisa menatap benda pipih di tangannya itu dengan pandangan melankolis.Seketika, suasana romantis malam itu buyar begitu saja.“Maaf, aku merusak suasana.”“Jangan dipikirkan. Bukan salah kamu.” Brama tidak ingin melihat Rinjani kecewa seperti itu. “Apa rencana kamu?”“Aku nggak tahu.” R

  • Gelora Cinta Pria Arogan   143. Ibu Curiga

    Radit yang baru saja tiba, langsung menegur Brama dengan nada tidak senang."Radit! Sopan santun!" tegur sang ibu.Radit menghela napas. "Maaf, Bu. Aku cuma terkejut." Brama tersenyum maklum. “Nggak Papa, Tante. Aku pamit dulu.” Dia menyalami keduanya sekali lagi dengan penuh sopan santun.Radit sampai terkejut melihatnya. “Biar aku yang antar ke depan.” Dengan gerakan kasar, Radit menyambar lengan Brama. "kita bicara di depan!”Brama membiarkan Radit menariknya menjauh dari sana.“Mbak Rinjani tahu kamu datang ke sini?” Radit bertanya dengan suara kecil saat mereka sudah jauh di gerbang rumah.“Nggak.” Kalau Rinjani tahu, dia tidak akan mengizinkan Brama datang, Brama tahu jelas itu.“Heh! Sudah kuduga! Mbak Rinjani nggak akan pernah setuju membiarkan ayah dan ibu tahu tentang kalian! Kamu bilang apa ke mereka?”Brama menatap pria di depannya itu tenang. Rasanya dia sangat jarang bicara dengan Radit, meski mereka pernah tinggal di tempat yang sama. “Kenapa kamu begitu an

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status