Home / Romansa / Gelora Cinta Sang Mafia / Antara Luka dan Penantian

Share

Antara Luka dan Penantian

Author: Embun Senja
last update Huling Na-update: 2025-07-15 12:41:56

Langkah Adelia terasa berat saat ia melewati gerbang rumah megah itu, rumah milik Dimas Wirawan. Bagaikan istana, bangunan itu berdiri kokoh dengan pilar marmer dan halaman luas yang dipenuhi taman bunga yang tertata rapi. Tapi seindah apa pun tempat itu, di mata Adelia hanya ada kegelapan.

Tangannya masih gemetar saat Dimas menggandengnya masuk. Lelaki itu mengenakan setelan formal berwarna hitam, tampak sempurna di luar tapi menyimpan jiwa yang membusuk di dalam. Senyumnya dingin, penuh manipulasi.

“Mulai sekarang, anggap tempat ini rumahmu, semua ini adalah milikmu.” ucap Dimas, matanya menatap Adelia seperti harta yang baru dimilikinya.

Adelia hanya diam. Di kepalanya hanya ada satu nama, Raka. Lelaki itu masih di gudang, dibiarkan terluka entah dalam keadaan seperti apa. Janji Dimas untuk membebaskan Raka setelah Adelia setuju menikah hanyalah kebohongan yang kini mulai terkuak.

“Di mana Raka?” tanya Adelia pelan, suaranya nyaris tak terdengar.

Dimas menoleh, menatapnya samb
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Gelora Cinta Sang Mafia    Antara Luka dan Penantian

    Langkah Adelia terasa berat saat ia melewati gerbang rumah megah itu, rumah milik Dimas Wirawan. Bagaikan istana, bangunan itu berdiri kokoh dengan pilar marmer dan halaman luas yang dipenuhi taman bunga yang tertata rapi. Tapi seindah apa pun tempat itu, di mata Adelia hanya ada kegelapan. Tangannya masih gemetar saat Dimas menggandengnya masuk. Lelaki itu mengenakan setelan formal berwarna hitam, tampak sempurna di luar tapi menyimpan jiwa yang membusuk di dalam. Senyumnya dingin, penuh manipulasi. “Mulai sekarang, anggap tempat ini rumahmu, semua ini adalah milikmu.” ucap Dimas, matanya menatap Adelia seperti harta yang baru dimilikinya. Adelia hanya diam. Di kepalanya hanya ada satu nama, Raka. Lelaki itu masih di gudang, dibiarkan terluka entah dalam keadaan seperti apa. Janji Dimas untuk membebaskan Raka setelah Adelia setuju menikah hanyalah kebohongan yang kini mulai terkuak. “Di mana Raka?” tanya Adelia pelan, suaranya nyaris tak terdengar. Dimas menoleh, menatapnya samb

  • Gelora Cinta Sang Mafia    Kebohongan Demi menikahi Adelia

    Langkah Adelia menggema di lantai beton, diapit dua pria berbadan kekar yang tak mengeluarkan sepatah kata pun. Kedua tangannya tak terikat, tapi setiap gerakan tubuhnya seperti dikuasai ketakutan. Jantungnya berdegup kencang, bukan karena pelarian... tapi karena ancaman.Setelah melewati lorong panjang yang lembab dan dingin, mereka membawanya ke ruangan lain lebih terang, lebih luas, tapi sama sunyinya.Tak lama, Dimas Wirawan muncul, mengenakan jas hitam dengan dasi berwarna merah tua. Senyum sinisnya tetap melekat seperti biasa.“Selamat datang, calon pengantin,” ucapnya enteng.Adelia berdiri kaku. Matanya merah karena lelah menangis. “Mana Raka?”Dimas mengangkat bahu. “Masih di ruang bawah. Tapi dia akan bebas... kalau kau menikah denganku malam ini.” Dimas tak lagi basa basi, ia tidak ingin membuang kesempatan yang ada di depan matanya.Adelia tertawa getir. “Kau gila, kau bukan manusia.”Dimas melangkah mendekat. “Mungkin. Tapi satu hal yang pasti... aku mencintaimu. Dengan c

  • Gelora Cinta Sang Mafia    Jerat Tanpa Ampun

    Langit masih gelap ketika Adelia membuka matanya. Udara lembap menusuk paru-parunya. Tangan dan kakinya terikat di sebuah kursi kayu yang mulai lapuk, di tengah ruangan kosong berbau debu dan besi karat. Mulutnya masih dibekap kain, membuat napasnya pendek dan tak stabil.Pintu besi di depannya berderit pelan, dan suara langkah sepatu kulit menggema.Dimas masuk dengan wajah tenang, seolah tempat itu bukan penjara, tapi ruang tunggu biasa. Ia berjalan mendekat pelan, lalu jongkok di depan Adelia."Selamat pagi, sayang." Suaranya lembut, menjijikkan.Adelia mencoba melawan ikatannya. Matanya penuh benci. Nafasnya tak karuan seolah ingin membunuh Dimas saat itu juga.Dimas menarik kain penutup mulutnya dan berkata, “Jangan teriak. Di sini tak ada yang bisa menyelamatkanmu.”“Kau pengecut...!” Adelia berteriak. “Lepaskan aku, dasar bajingan! Kau akan mati jika Raka datang.”Dimas tersenyum miring. “Lucu... kau bisa berani seperti ini sekarang. Tapi dulu? Kau menangis, merayu, memohon han

  • Gelora Cinta Sang Mafia    Ledakan di Balik Pesta

    Hati yang telah tunggu, setelah beberapa hari kemarin banyak kejadian yang membuat hati dan pikiran lelah. Pesta ulang tahun Amel akan digelar sederhana tapi penuh kehangatan. Balon berwarna pastel menghiasi ruang tengah, lilin menyala di atas kue tart stroberi yang Amel suka. Beberapa tetangga dan anak-anak panti asuhan undangan Raka ikut meramaikan suasana. Tapi di balik tawa dan senyum yang terpampang di wajah semua orang, ada badai yang tengah menunggu waktu untuk meledak. Adelia berdiri di sisi Amel, menggenggam tangan adiknya yang tampak sedikit murung. Sejak kemarin, Amel sulit tersenyum penuh. Hatinya belum sepenuhnya tenang sejak pesan-pesan misterius dari Dimas terus masuk. Raka berdiri tak jauh dari mereka, berbincang dengan Antoni tangan kanan sekaligus pengawalnya yang paling bisa dipercaya. Tatapan mereka saling bertukar serius, seolah menyadari ada sesuatu yang tak beres sejak pagi. "Aku tidak suka suasana ini, Bos," bisik Antoni. "Terlalu tenang." Raka men

  • Gelora Cinta Sang Mafia    Rencana Dalam Bayangan

    Setelah beberapa hari berlalu setelah pertemuan Amel dengan Dimas, semuanya terlihat seperti biasa.Suara langkah kaki Amel terdengar pelan menuruni tangga. Malam itu sunyi, hanya desiran angin dari sela jendela yang sedikit mengusik keheningan rumah. Di ruang tengah, Adelia dan Raka duduk berdampingan di sofa, belum bisa tenang setelah insiden di gudang. Tatapan Adelia langsung menajam ketika melihat sosok adiknya muncul dari balik dinding. "Amel," panggilnya lembut. Amel berhenti sejenak, seolah ragu untuk melangkah lebih dekat. Tapi ia tahu, jika malam ini tak bicara, semuanya akan memburuk. Ia duduk perlahan di kursi seberang. Jemarinya saling menggenggam erat. Ada ketakutan di matanya campuran rasa bersalah dan keraguan. “Aku… aku minta maaf, Kak,” ucap Amel akhirnya, suaranya serak. “Aku pergi tanpa bilang apa pun. Aku cuma butuh jawaban.” Adelia menggenggam tangan Raka sesaat, lalu menatap adiknya. “Jawaban dari pria yang pernah menghancurkan hidupku?” Amel menunduk. “Di

  • Gelora Cinta Sang Mafia    Pertemuan Yang Beracun

    Langkah Amelia menyusuri trotoar malam itu terasa ragu, tapi tekadnya tak surut. Ia terus menatap layar ponsel yang menampilkan pesan dari nomor tak dikenal. “Datanglah ke taman kota, bangku paling ujung. Jangan ajak siapa pun. Aku akan tunjukkan semuanya.” Amel tahu siapa pengirimnya. Hatinya masih bimbang, tapi rasa ingin tahu jauh lebih kuat dari logika. Ia ingin tahu kebenaran yang selalu menggantung di kepalanya. Apalagi ia masih berusia 15 tahun, rasa ingin tahunya sangat tinggi, terutama mengenai pesan yang terus di kirimkan Dimas padanya tanpa henti. Apakah benar... kakaknya menjual kehormatan demi dirinya? kata-kata itu seolah bagai beling yang menancap di jantungnya selama ini. Ia menunduk. Nafasnya semakin kencang. Angin malam menyapu rambutnya, membuat tubuhnya menggigil. Tapi jauh lebih dingin dari udara adalah bayang-bayang rasa bersalah dan kebencian yang mulai tumbuh dalam hati kecilnya. Dari kejauhan, seseorang berjalan mengikuti dengan langkah yang terlat

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status