Gelora Cinta Sang Mafia

Gelora Cinta Sang Mafia

last updateHuling Na-update : 2025-07-14
By:  Embun SenjaIn-update ngayon lang
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Hindi Sapat ang Ratings
15Mga Kabanata
17views
Basahin
Idagdag sa library

Share:  

Iulat
Buod
katalogo
I-scan ang code para mabasa sa App

Adelia rela menanggung malu dan rasa sakit demi adik-adiknya yang terobsesi meniru gaya hidup orang kaya—padahal kenyataan mereka jauh dari kemewahan. “Aku akan memberikan apa pun untuk mereka. Aku adalah kakak, sekaligus orang tua bagi mereka,” ucap Adelia dengan senyum yang penuh luka. Namun saat kenyataan memaksanya menjual keperawanannya pada pria paruh baya demi uang, seseorang bertanya padanya: “Menjual kehormatanmu... pada lelaki setua itu? Tidakkah itu menyakitkan, Adelia?” Dan dalam diam, Adelia tahu, Lebih dari menyakitkan—tapi demi mereka, ia rela hancur.

view more

Kabanata 1

Harga diri demi nyawa

Hujan turun deras malam itu. Langit kota seolah ikut meratap bersama hati Adelia Anjani yang sedang berkecamuk hebat. Di tangan gadis berusia 18 tahun itu tergenggam erat selembar kertas: biaya operasi otak untuk adiknya, Amelia Putri lima puluh juta rupiah. Jumlah yang mustahil ia kumpulkan hanya dalam waktu dua hari.

Tangannya menggigil. Matanya sembab. Sudah puluhan tempat ia datangi untuk meminjam, memohon, bahkan rela menjadi pembantu rumah tangga sekalipun. Tapi semua menutup pintu.

Adelia terduduk lemas di bangku rumah sakit, tepat di luar ruang ICU. Di dalam, Amel yang baru berusia 15 tahun terbaring tak sadarkan diri, dengan selang infus dan oksigen di tubuh mungilnya.

“Kakak minta maaf, Mel...,” bisiknya lirih.

Lalu ponselnya bergetar. Pesan dari nomor tak dikenal.

“Masih butuh uang? Temui aku malam ini. Hotel Grand Harmoni. Kamar 1206.”

Adelia menatap pesan itu lama. Tubuhnya membeku. Ia tahu betul apa artinya. Lelaki itu Dimas Wirawan, seorang pengusaha berumur 45 tahun telah menemuinya beberapa jam lalu, menawari “jalan keluar”. Dengan syarat Adelia harus menyerahkan kehormatannya.

Air mata Adelia jatuh. Ia tidak ingin... tapi waktu habis. Jika Amel tidak segera dioperasi malam ini, nyawanya bisa melayang.

Dengan tangan gemetar, Adelia mengetik balasan.

“Saya akan datang.”

Hotel Grand Harmoni. Kamar 1206.

Adelia berdiri ragu di depan pintu. Tubuhnya terbalut dress hitam sederhana yang ia pinjam dari suster rumah sakit. Tak ada riasan. Wajahnya pucat. Hatinya lebih gelap dari malam itu sendiri.

Ketukan pelan di pintu. Pintu terbuka.

Dimas Wirawan berdiri di sana, mengenakan kemeja satin biru yang tidak dikancing penuh. Matanya langsung menelusuri Adelia dari ujung kepala hingga kaki, membuat gadis itu menunduk malu dan takut.

“Masuk,” ucapnya pendek.

Dengan langkah gontai, Adelia melangkah masuk ke kamar. Suasananya sunyi, hanya terdengar suara kipas dan hujan di luar jendela. Tempat tidur luas terbentang, seolah menjadi saksi dosa yang sebentar lagi akan terjadi.

“Aku sudah menyiapkan uangmu,” kata Dimas sambil menunjuk koper kecil di atas meja.

Adelia menelan ludah. Napasnya tercekat.

“Ambil dan letakkan di bawah bantalmu. Setelah itu, kau tahu apa yang harus dilakukan.”

Gadis itu mendekat, tangannya gemetar membuka koper. Uang dalam jumlah besar menyambutnya. Lebih dari cukup untuk menyelamatkan nyawa adiknya.

Dengan mata berkaca-kaca, Adelia berbalik. “Saya... saya sudah siap.”

Dimas hanya tersenyum dingin. Ia membuka kancing bajunya satu per satu, lalu berjalan pelan mendekati Adelia.

Tangannya mengelus pipi gadis itu, lalu turun ke leher, dada, hingga perut. Adelia meremang. Ia menggigit bibir, menahan ketakutan dan jijik yang menghantam dirinya seperti badai.

“Jangan takut. Anggap saja ini mimpi.”

Adelia mengangguk lemah. Ia melepas pakaiannya perlahan, satu per satu, dengan tubuh bergetar. Di matanya, bayangan Amel terus hadir. Setiap sentuhan Dimas adalah luka, tapi setiap detiknya adalah detik yang bisa memperpanjang hidup adiknya.

Ketika akhirnya Dimas merenggut dirinya, tubuh Adelia menegang. Jerit kecil lolos dari bibirnya, namun segera ditelan bantal. Air matanya mengalir deras, membasahi seprai putih hotel itu.

“Sakit, Tuan...,” lirihnya.

Tapi Dimas tak peduli. Ia terus melanjutkan, menyebut-nyebut betapa ia menyukai kesucian Adelia, tubuh mudanya, dan tatapan penuh luka itu.

Setelah hampir satu jam, Dimas akhirnya terdiam. Ia menarik napas puas, lalu bangkit dari tempat tidur.

Sementara Adelia hanya bisa diam, tubuhnya terkulai, wajahnya kosong.

“Kau boleh pergi sekarang,” ucap Dimas sambil mengenakan celananya. “Uang itu milikmu.”

Adelia tidak menjawab. Ia hanya mengambil pakaiannya perlahan, lalu mengenakannya kembali. Saat ia akan pergi, Dimas menyodorkan kartu nama.

“Kalau kau butuh sesuatu, datanglah padaku. Tapi ingat, aku tidak memberi cuma-cuma.”

Adelia menunduk. “Terima kasih, Tuan.”

Tak lama setelah selesai melakukan hubungan intim itu, Adelia langsung berlari ke Rumah Sakit.

Adelia berlari menembus hujan, masih memegang koper kecil berisi uang. Ia menyerahkan semuanya pada petugas administrasi.

“Mohon segera lakukan operasinya...,” katanya sambil terisak.

Tak lama, Amel dipindahkan ke ruang operasi. Adelia duduk di lorong, sendirian, basah kuyup, tubuh masih nyeri, namun hatinya kosong.

Beberapa jam kemudian, dokter keluar. “Operasi berhasil. Tapi Amel perlu waktu untuk pulih.”

Adelia menangis lega. Semua yang ia korbankan... akhirnya tidak sia-sia.

Tiga Minggu Kemudian,

Adelia dan Amel sudah kembali ke rumah kecil peninggalan orang tua mereka. Dengan sisa uang dari Dimas, Adelia merenovasi rumah seadanya. Amel tersenyum senang, tapi Adelia menyembunyikan luka besar yang tak bisa disembuhkan.

“Kakak, uang dari mana semua ini?” tanya Amel suatu sore.

Adelia terdiam. Ia tidak bisa berkata jujur.

“Itu dari tabungan ibu yang kakak temukan,” bohongnya sambil tersenyum pahit. Amel memeluknya. “Kakak hebat.”

Adelia menangis diam-diam di pelukannya. Dalam senyum Amel, ia merasa seperti penipu. Tapi ia tak menyesal telah menyelamatkan adiknya.

Yang ia sesali, adalah luka di hatinya luka yang perlahan akan mengubah seluruh hidupnya.

Palawakin
Susunod na Kabanata
I-download

Pinakabagong kabanata

Higit pang Kabanata

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Mga Comments

Walang Komento
15 Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status