Luca membuka matanya perlahan dan pemandangan pertama yang ia lihat adalah dinding berwarna putih, ada tirai di sana, dan aroma obat-obatan yang menusuk yang membuat Luca pun sadar bahwa saat ini ia sudah ada di rumah sakit. "Bos, kau sudah sadar, Bos? Syukurlah, Bos!" Luca mengernyit mendengar suara Jedy dan saat Luca menoleh, itu benar-benar Jedy. Entah bagaimana Jedy bisa menemaninya. "Jedy?" "Iya, ini aku, Bos. Aku cemas sekali saat mendengar kau mengalami kecelakaan. Pihak resort membawamu ke rumah sakit di kota karena di sana alatnya tidak memadai. Mereka menghubungi keluarga Alfredo dan aku langsung ke sini, Bos." Luca makin mengernyit dan berniat bangun, tapi tubuhnya terasa kaku dan sakit. Kepalanya pun masih berdenyut hebat dan rasanya sangat tidak nyaman. Luca ingin bertanya banyak hal, tapi rasanya Luca masih tidak mampu bicara banyak. "Belinda ... mana dia?" "Ah, katanya Bu Belinda sudah pulang ke rumah bersama Pak Daniel tadi malam, tapi aku juga belum sempat ke r
"Aku di sini! Dan aku ... adalah korban kekerasan yang dilakukan oleh suamiku, Daniel Alfredo!" Tatapan Belinda goyah menatap begitu banyaknya orang di sana. Suaranya pun bergetar. Sekalipun Belinda sudah sering menghadapi banyak orang, tapi menghadapi orang dengan kondisi dirinya yang seperti ini adalah yang pertama kali untuknya. Debar jantung Belinda memacu kencang dan tangannya basah akan keringat. Tubuhnya juga sedikit meriang, mungkin efek dipukuli, mungkin efek tegang. Belinda tidak tahu. Yang Belinda tahu adalah ia tidak bisa mundur dan tidak boleh mundur lagi. "Aku ... dipukuli oleh suamiku sendiri dan menjadi korban KDRT selama dua tahun pernikahan kami," imbuh Belinda dengan begitu lantang. Seketika kilatan kamera wartawan pun langsung terarah pada Belinda. Lebam dan bengkak di wajah Belinda terlihat begitu jelas sampai semua orang mulai menatap Daniel dengan cara yang berbeda. Hector dan Diana sampai terdiam tidak percaya melihat apa yang terjadi pada Belinda, sedangka
Luca langsung membawa Belinda ke rumah sakit dan memaksa Belinda dirawat. Belinda sendiri juga meminta Luca dirawat bersamanya, tapi Luca menggeleng. "Aku baik-baik saja, Belinda. Selama aku masih bernapas, aku baik-baik saja. Kau yang terpenting, Belinda!" Belinda pun merasakan kehangatan yang luar biasa di hatinya dan ia pun akhirnya setuju dirawat, tapi tetap dengan syarat, Luca juga harus mau dirawat. Hingga akhirnya mereka memilih satu kamar berdua agar mereka bisa dirawat bersama. Hanya saja, Luca tidak pernah berbaring dan terus bergerak untuk melayani Belinda. Luca pun mengutus Jedy untuk memanggil polisi agar Belinda bisa melaporkan Daniel. Sudah cukup Daniel keterlaluan dengan semua sikapnya dan dilaporkan pada polisi adalah efek jera yang paling pantas untuknya. Belinda sendiri pun akhirnya setuju melaporkan Daniel ke polisi dan para polisi pun akhirnya datang ke rumah sakit. "Aku ... aku ingin membuat laporan penganiayaan. Pelakunya adalah suamiku sendiri, Daniel Alfr
"Pasti ada yang salah di sini, Pak. Aku ini anggota dewan, aku tidak mungkin melakukan hal seperti itu kan?" "Silakan dijelaskan di kantor polisi saja, Pak." Daniel menatap penuh amarah pada para polisi yang berdiri di samping mobilnya. Namun, sialnya, memberontak akan membuatnya terlihat makin buruk saat ini. "Baiklah, aku akan ikut, tapi dengan mobilku sendiri," seru Daniel akhirnya. Baron pun akhirnya melajukan mobilnya ke kantor polisi dengan pengawalan ketat dari dua mobil polisi yang menjemput Daniel tadi. "Sial, mengapa semuanya menjadi seperti ini? Luca dan Belinda! Sial! Kau juga tidak becus, Baron. Seharusnya kau mematahkan satu tangan atau kakinya, tapi Luca malah baik-baik saja! Sial!" geram Daniel lagi tanpa perasaan. Tidak peduli saudara atau siapa pun. Sejak menjadi ambisius dalam pekerjaan dan politik, Daniel sudah tidak peduli lagi dengan etika atau hubungan darah. Daniel pun terus mengumpat dan berakhir dengan menelepon semua orang yang bisa membantunya, term
Belinda mengangguk yakin menerima tawaran Luca untuk tinggal bersama. "Aku mau, Luca! Aku mau tinggal bersamamu." "Ya, Sayang! Kau aman bersamaku," seru Luca lagi sambil mencium kening Belinda. Luca terus tersenyum hangat dan membuai Belinda sampai Belinda tertidur malam itu dan Luca pun langsung meminta Jedy mencari apartemen untuknya. "Carikan aku apartemen, Jedy. Aku akan pindah ke apartemen bersama Belinda. Lokasinya jangan terlalu dekat dengan rumah orang tuaku." "Baik, Bos!" "Hmm, kau boleh pulang dan istirahat, Belinda aman bersamaku, Jedy. Lagipula aku yakin Daniel tidak akan bisa melakukan apa pun karena ia masih di kantor polisi saat ini. Daniel akan cukup sibuk mengurus dirinya sendiri sampai dia tidak akan punya waktu untuk mengurus yang lain." Dan benar saja, Daniel sudah terlalu sibuk mengurus dirinya sendiri malam itu. Bahkan sampai tengah malam sudah menjelang, Daniel masih belum diijinkan pulang. Walaupun sudah ada dua pengacara mendampingi Daniel di sana, Dan
Luca masih memeluk Belinda di sofa ruang tamu mereka di apartemen malam itu. Luca duduk dengan posisi setengah berbaring, sedangkan Belinda pun bersandar nyaman di dada Luca dan rasanya hangat sekali. "Mungkin aku bisa tidur seperti ini, ini nyaman sekali, Luca." "Hmm, kalau begitu tidur saja, Belinda. Aku akan menggendongmu ke kamar nanti," sahut Luca yang terus membelai rambut panjang Belinda. Belinda pun tersenyum merasakannya. "Kamar? Kamar yang mana?" Luca memang sudah membagi kamar di apartemen itu, kamar utama untuk Belinda dan kamar yang lebih kecil untuk Luca. "Tentu saja kamarmu, Belinda." "Kau tidak berniat tidur bersamaku di kamar yang sama, Luca?" goda Belinda yang sudah mendongak menatap pria itu. Luca terdiam sejenak mendengarnya. "Kalau kau mengijinkannya, aku akan pindah ke kamarmu, Belinda." "Hmm, apakah kau perlu minta ijin lagi?" sahut Belinda sambil membuka bibirnya menggoda. Luca tersenyum simpul. "Kau memang nakal, Belinda," seru Luca sambil langsung m
Sejak mengetahui bahwa mereka adalah teman masa kecil, hubungan Luca dan Belinda pun makin romantis. Perasaan mereka makin kuat dan Luca pun makin bertekad melindungi Belinda dari siapa pun juga, termasuk dari kegilaan Daniel, adiknya sendiri. Proses hukum pada Daniel atas laporan KDRT berjalan tidak sesuai harapan Luca karena kekuasaan Daniel dan Hector mampu membuat semuanya terhambat, tapi Luca sendiri tidak berhenti berusaha melalui pengacaranya agar bisa memberikan efek jera pada Daniel. "Bagaimana perkembangan kasus Daniel?" tanya Luca pada Jedy beberapa hari kemudian. "Pihak Pak Daniel masih menyangkal semuanya, Bos. Tapi ada penawaran damai dan menghentikan kasus ini." "Aku sudah tahu akhirnya akan seperti ini. Daniel dan ayahku pasti akan terus berusaha menghentikan kasusnya. Dengarkan aku, Jedy. Yang penting adalah Belinda mendapatkan perlindungan dan Daniel tidak bisa menyentuhnya lagi. Menurutku boleh saja berdamai, tapi dengan syarat, Daniel harus menceraikan Belinda
"Kata Bik Ari kau sakit, Belinda. Kau mau ke dokter saja?" Luca melakukan video call dengan Belinda siang itu karena Bik Ari mengirim pesan pada Luca tentang Belinda yang muntah. "Aku baik-baik saja, Luca. Aku tidak menyangka Bik Ari akan melapor padamu tentang aku muntah." "Aku yang memintanya melaporkan semua yang terjadi padamu, Belinda. Dan kau tercatat sudah tiga hari mengalami mual. Kau masuk angin, kau harus minum obat dan kalau masih tidak sehat, kita akan ke dokter besok." Belinda tersenyum melihat ekspresi Luca yang begitu tegas tapi perhatian. "Siap, Pak Luca. Aku sudah mendengarnya. Aku akan beristirahat dan kalau besok masih tidak enak, aku akan ke dokter. Tapi sungguh, aku hanya stres, Luca." "Aku sedih mendengarnya, Belinda. Entah bagaimana caranya aku membuatmu tidak stres lagi." "Setelah semuanya selesai, aku juga akan baik-baik saja." "Hmm, apa kau bosan di apartemen, Sayang? Nanti malam kita akan jalan-jalan ya." "Kau tidak takut kita digosipkan padahal gos