Belinda masih terus tersenyum menatap ekspresi Lorena yang begitu tegang, tapi Daniel langsung menegur Belinda. "Apa maksudmu, Belinda? Jangan bicara yang tidak-tidak!" kecam Daniel sambil menatap Belinda tajam. Yang namanya selingkuh ya tetap selingkuh. Tidak ada yang mengetahui perselingkuhan Daniel dengan Lorena, bahkan Hector dan Diana sekalipun. Daniel menutup rapat perselingkuhan itu dari semua orang. "Lorena bukanlah wanita murahan yang akan merebut suami orang, dia saja punya banyak kesempurnaan untuk mendapatkan pria lajang manapun, untuk apa dia menggoda suami orang. Kau memang aneh, Belinda! Jalan pikiranmu pun ikut aneh!" seloroh Diana lagi yang terlihat kesal. Namun, Belinda tidak tersinggung dan tetap tersenyum. "Aku hanya memberinya pesan sebagai kakak, Ibu." "Tidak perlu berpesan seperti itu. Lorena jelas lebih mengetahui value-nya daripada orang lain." "Sudah! Sudah! Kita sedang sarapan saat ini, haruskah kalian begitu ribut, hah? Lupakan saja ucapan Belinda bar
"Kau tidak ke kantor lagi pagi ini, Bos?" tanya Jedy pagi itu di teleponnya. "Aku masih mengikuti Belinda, Jedy. Setelah Belinda pulang, aku akan ke kantor." "Ah, baiklah, Bos! Tapi apa Bu Belinda tahu kalau kau mengikutinya sejak kemarin, Bos?" "Tentu saja tidak! Itu tidak penting dia tahu atau tidak, aku hanya memastikan dia tidak bertindak aneh-aneh." "Ah, tapi apa itu benar kalau Pak Daniel berselingkuh dengan Nona Lorena, adik angkatnya sendiri?" "Ck, jangan menyebar gosip, Jedy! Tapi bantu aku satu hal, kurasa aku tidak bisa terus mengikuti Belinda seperti ini. Karena itu, bantu aku untuk menghubungkan GPS-nya dengan ponselku agar aku tahu ke mana dia pergi." "Ah, baik, Bos! Aku akan mengaturnya nanti saat Bu Belinda datang ke kantor." "Baiklah, itu saja, Jedy. Kalau ada apa-apa, telepon aku!" Luca segera menutup teleponnya dan Jedy pun mulai bertanya-tanya sendiri tentang sikap Luca yang tidak biasa ini. Sungguh, kepedulian Luca pada Belinda sudah berlebihan. *Belinda
Kencan ....Mungkin seperti ini rasanya kencan. Berbunga-bunga, berjuta rasanya. Belinda bisa merasakan menjadi dirinya sendiri, bahkan Belinda tidak ragu menjilati jarinya sendiri setelah makan kepiting tadi. Sungguh, sampai setua ini, Belinda tidak pernah merasakan kencan. Belinda yang bukan anak kandung harus belajar lebih keras agar tidak membuat keluarganya malu, karena itu, masa muda Belinda habis untuk belajar. Bahkan saat Belinda menikah pun tidak pernah ada kencan atau manisnya pernikahan seperti pasangan lain. Karena itu, hal kecil seperti bisa makan dengan bebas saja membuat Belinda terus tersenyum."Cantik!" seru Luca tiba-tiba sambil melajukan mobilnya kembali ke kantor. Belinda yang mendengarnya langsung menoleh kaget. "Apa? Kau bilang apa?" "Aku bilang cantik, Belinda!" "Apanya yang cantik?" "Senyummu. Kau cantik sekali saat kau tersenyum," puji Luca sambil menatap Belinda lekat-lekat. Pipi Belinda seketika memanas dan Belinda tahu pipinya pasti memerah seperti a
"Apa yang kalian lakukan di sana? Dasar menjijikkan!" seru Belinda begitu garang saat melihat perselingkuhan tepat di depan matanya. Daniel dan Lorena yang tadinya masih begitu asik menikmati aktivitasnya pun begitu terkejut dan menoleh bersamaan. Daniel mengangkat kepalanya dari paha Lorena dan Lorena sendiri sontak menurunkan kakinya dari atas meja. "K-Kak Belinda?" sapa Lorena yang langsung berdiri sambil merapikan gaun tidurnya yang terangkat lalu rambutnya yang acak-acakan. Daniel sendiri yang tidak menyangka akan dipergoki oleh Belinda pun masih terlihat kaget, tapi seperti biasa, ia tetap berusaha bersikap biasa saja. "Aku sudah bilang berkali-kali untuk mengetuk pintu sebelum kau masuk kan, Belinda?" geram Daniel yang sudah bangkit berdiri dari kursinya. Dua kancing teratas kemeja Daniel masih terbuka, ditambah penampilan Lorena yang sedikit acak-acakan. Bahkan orang bodoh pun pasti mengerti apa yang baru saja mereka lakukan sampai Belinda makin jijik pada keduanya. "Untu
Daniel langsung membelalak mendengar kata cerai dari Belinda. Sungguh, kata itu adalah kata yang sangat Daniel benci. "Apa kau bilang, Belinda? Cerai? Kau minta cerai dariku?" "Ya, aku mau bercerai, jadi ceraikan aku dan bebaskan aku dari menjadi boneka keluarga Alfredo selama ini. Aku mau bercerai, Daniel!" seru Belinda dengan nada yang makin tinggi. Daniel yang dibakar amarahnya pun mendadak melepaskan jambakannya di tangan Belinda, tapi alih-alih membebaskan Belinda, Daniel malah langsung mengarahkan tangannya ke leher Belinda dan mencekiknya. "Akhh!" pekik Belinda kaget sambil memegangi tangan Daniel dan memukulnya beberapa kali. "D-Daniel, lepas! Daniel ...." Namun, Daniel malah melotot penuh amarah dan mencekik Belinda makin kencang sampai Belinda mulai terbatuk dan kesulitan bernapas. "Daniel, uhuk ... uhuk ...." "Asal kau tahu kalau kata cerai adalah kata yang sangat kubenci, Belinda! Kau istriku! Selamanya adalah istriku dan aku tidak akan pernah menceraikanmu apa pun
Amarah Daniel makin tersulut mendengar ucapan Luca. "Brengsek kau, Luca! Kau memang gila!" geram Daniel. "Ya, aku memang gila, Daniel. Karena itu, kau harus hati-hati saat berhadapan dengan orang gila karena aku tidak main-main dengan ucapanku. Jadi sekarang minggir, Daniel! Minggir!" bentak Luca lagi yang langsung membawa Belinda pergi dari sana. "Brengsek! Luca! Luca!" panggil Daniel sambil tetap berdiri di tempatnya, sama sekali tidak berniat mengejar Luca, tapi emosi Daniel sudah tidak bisa ditahan lagi. "Akhh, sial!" geram Daniel sambil menyingkirkan semua barang yang ada di mejanya. "Sial!" geram Daniel lagi dengan frustasi. Di sisi lain, Belinda masih memeluk erat leher Luca saat Luca sudah masuk ke dalam kamarnya. Napas Belinda masih pendek-pendek, rasanya pun masih seperti tenggelam, seolah ada yang mengganjal di tenggorokannya, dan Belinda lemas, tapi perlahan Belinda mendapatkan kembali kekuatannya. "Turunkan aku, Luca! Turunkan aku!" seru Belinda yang mulai memberon
"Aku tidak bisa tidur tanpamu, Sayang! Kembalilah ke kamar kita, Belinda. Aku janji akan bersikap lembut padamu, Istriku!" Daniel masih tersenyum menatap Belinda sampai Luca makin geram melihatnya. "Dia tidak akan kembali hanya untuk kau sakiti, Daniel! Biarkan Belinda tidur di kamarku." "Itu tidak mungkin, Luca. Belinda istriku, lagipula Ayah dan Ibu akan pulang hari ini, mereka juga tidak mungkin mengijinkannya kan?"Awalnya Luca masih kukuh mempertahankan Belinda bersamanya, tapi akhirnya Belinda memutuskan untuk kembali ke kamarnya sendiri. "Kemarin kau bilang mau bercerai kan, Belinda? Mengapa sekarang kau mau kembali ke kamarnya?" tanya Luca saat akhirnya Daniel sudah pergi ke kantor. "Aku sudah bilang akan menyelesaikannya sendiri kan, Luca? Tolong biarkan aku menyelesaikannya sendiri." Luca benar-benar tidak mengerti dengan sikap Belinda, tapi Luca tidak mau membantahnya lagi dan akhirnya ikut pergi ke kantor karena Belinda aman, tidak ada siapa pun di rumah selain pelay
Daniel benar-benar tidak menyangka Belinda yang selama ini patuh bisa mendadak menyerangnya seperti ini di depan keluarga Pak Landon dan ini sama sekali tidak bisa dibiarkan. "Apa-apaan ini, Belinda?" Daniel yang marah langsung mencekal lengan Belinda dan menariknya berdiri. Luca yang melihatnya pun buru-buru menepis tangan Daniel dan menarik Belinda bersamanya. "Kau yang apa-apaan, Daniel? Jangan menyentuhnya!" geram Luca. Melihat kedua anaknya bersitegang, Hector dan Belinda pun ikut tersulut emosi. "Hentikan semua! Apa yang sebenarnya kalian lakukan?" seru Hector dengan suara yang tegas. Hector pun langsung menoleh pada Pak Landon dengan sungkan. "Maafkan kami, Pak Landon! Ini kesalahan! Pasti ada kesalahan di sini!" Namun, Pak Landon sudah menatap semua orang dengan marah sebelum ia menatap Lorena dengan penuh tanya. "Jelaskan pada Om tentang semua foto-foto ini, Lorena! Jelaskan pada Om!" bentak Pak Landon sambil bangkit berdiri dan melempar foto-foto itu ke hadapan Lorena