Pendingin ruangan di kamar hotel bernomor dua lima tujuh seakan tidak berfungsi karena baik Enrico maupun Elena larut dalam peluh. Keduanya kembali menyatu dalam balutan rasa rindu bercampur dengan birahi terpendam. Kulit saling bersentuhan dan jemari saling merengkuh.
Punggung wanita seksi itu terangkat sedikit ke atas setiap Enrico menekan gundukan sebesar kacang di area segitiga pangkal paha. Tubuhnya melengkung membentuk bayangan setengah lingkaran. Lampu hotel yang temaram membuat suasana semakin menggelora.
“Damn you, Baby! Damn you!” Elena meracau dan sesekali menjambak mesra rambut Enrico.
“Aaaah …! Felt so good! Aduuuh … aku tidak tahan, Enrico! Please … aaaaahhh!”
Gesekan jari di tengah kewanitaan berbarengan dengan permainan lidah Enrico di ujung dada membuat pertahanannya runtuh.
Enrico merasakan jarinya semakin basah terkena cairan yang keluar dari liang kenikmatan Elena. Jelas sudah, daerah itu meminta agar segera dimasuki
Enrico meninggalkan Elena setelah bercinta dengan begitu panas dan menggebu-gebu. Pikirannya tetap tidak tenang meski telah menyalurkan hasrat terpendamnya pada wanita yang selama ini selalu ia tunggu.“Tuan, ini Alonzo menelepon,” ucap David memberikan ponselnya pada Enrico.“Ada apa, Alonzo?” jawab Enrico malas.“Ada info soal The Janitor. Saya akan ke kamar Tuan sekarang, boleh?” tanya Alonzo di ujung sambungan.“Aku di jalan bersama David. Hanya ada Lynea di kamar. Tunggu saja lima belas menit lagi aku datang.”“Kembali ke hotel sekarang, Martin!” perintahnya agar mobil berbalik arah.***Alonzo sudah menunggu di depan kamar bulan madu Enrico dan Lynea. Ia hanya bisa terdiam dan menghela napas melihat pakaian tuannya sudah kusut tidak karuan. Belum lagi beberapa bekas tanda merah yang ada di bagian leher Enrico.“Tunggu di sini, nanti aku telepon kalau kamu s
Setelah menghabiskan beberapa jam bergumul dengan Elena di atas rasa rindu dan birahi yang tertahan selama lima tahun, Enrico masih berharap istrinya memberikan sama dengan apa yang telah diberikan oleh mantannya.Malam pertama yang kacau, kalau boleh dikatakan mengenai situasi Enrico dan Lynea. Tentu saja, Tuan Muda itu tidak mau merendahkan diri dan merayu seorang wanita keras kepala seperti Lynea. Ia tidak akan mau mengatakan sayang, apalagi cinta. Meski ia mulai mempertanyakan pada diri sendiri apakah memang itu yang ada dalam hatinya.“Mau ke mana kamu?” sentak Enrico jengkel melihat tingkah Lynea berjalan keluar sambil menyeret selimut dan membawa dua buah bantal.“Tidur di ruang tamu, kenapa?” ja
Lynea hanya menatap nanar pada kepergian Enrico bersama Elena di pagi hari ini. Bryant sang adik semakin bingung melihat apa yang baru saja terjadi. Sementara Alonzo terus menggelengkan kepala karena kesal dengan kedua majikannya yang tidak juga kunjung rukun.Namun, apalah cinta jika hanya karena uang? Adakah ketulusan di sana? Bisakah dibedakan mana cinta suci, mana cinta materi? Lynea tidak mau melenakan diri dalam sebuah hubungan yang tidak tulus atau pun suci. Mempercayai bahwa seseorang seperti suaminya dapat merasakan cinta kasih seperti mempercayai bahwa seekor kucing bisa terbang. Terlalu tidak masuk akal.“Nyonya, Tuan Enrico sedang jatuh cinta pada Anda. Cobalah mengerti hal itu. Beliau ingin diperhatikan oleh Anda,” keluh Alonzo meminum jus jeruk yang tidak jadi diberikan pada Enrico.“Sudahlah, Alonzo. Itu hanya trik saja agar aku mau segera bercinta dengannya lalu hamil dan memiliki anak. Semua karena warisan,” sanggah Lynea
Cinta dan pengorbanan. Layaknya rembulan dan bintang, saling berdampingan melengkapi indahnya pekat malam. Tidak ada pengorbanan yang terjadi jika bukan atas dasar cinta. Sebaliknya, tidak akan ada cinta yang tumbuh bila tidak disertai dengan pengorbanan.Hancurnya hati juga termasuk pengorbanan. Seiring dengan meluruhnya rasa pedih, perih, dan getir dalam setiap embusan napas. Ketika sesak semakin mencekat jiwa, di saat itulah logika dan perasaan kemudian saling bertarung, berusaha untuk menjadi pemenang dalam sebuah episode kehidupan.Suara air mengalir dari dalam kamar mandi terdengar bagai tsunami yang akan menerjang daratan. Ketika air itu berhenti, maka berhenti pula kehidupan manusia di sekitarnya.Lynea merasa hidupnya
Apabila seseorang belum pernah merasakan indahnya bercinta, maka -saat pertama akan selalu dinanti sebagai momen indah yang akan selalu di kenang seumur hidupnya.Bagaimana kedua jiwa menyatu dalam balutan tubuh sang kekasih. Berdua merepih kasih dalam deru napas tanpa batas. Menyajikan selayang cinta berbentuk peluh kebahagiaan. Menjerit manja dalam kenikmatan tiada tara.Sungguh, hal inilah yang diinginkan oleh Lynea dalam hidupnya. Memiliki seorang lelaki yang akan mencintai dan melindungi dirinya, seperti saat mereka sedang bercinta pada malam-malam syahdu nan dingin.Namun, kini Enrico tengah berada di atas tubuh telanjangnya. Suaminya itu sudah bersiap untuk memasukkan segenap kejantanan yang ia miliki. Ia akan menjadi orang pertama yang mengambil kesucian Lynea bila ia benar melakukannya.Beruntunglah wanita tabah dan polos ini karena Enrico mulai ragu untuk meneruskan niatnya. Isak tangis Lynea membuat dirinya merasa sebagai lelaki terkejam di dun
Udara malam menyeruak hampa di luar jendela kamar Lynea. Segala kemewahan yang ia dapatkan saat ini terasa menyesakkan. Memang semua orang berkata ia beruntung bisa menikah dengan Enrico De Luca. Bahwa wanita di seluruh kota San Angelo bersedia melakukan apa saja untuk berada di posisinya. Batin Lynea terus berkecamuk seiring pandangnya menatap kosong bulan purnama di angkasa. Namun, entah apa yang salah dengan dirinya sehingga ia hanya selalu ingin pergi dari istana ini. Bukannya ia tidak ada rasa tertarik sama sekali dengan suaminya. Wanita normal pasti akan tertarik bahkan berfantasi dengan sosok Enrico. Hanya saja, hatinya masih sakit dan ragu dengan apa arti cinta sebenarnya. Bersama Enrico selalu diliputi ketakutan. Bayangan penyiksaan orang-orang musuh suaminya tersebut dengan perangai kasar kepada dirinya berbanding terbalik dengan kelembutan dan ketenangan yang ia dapatkan dengan Gabriel. Daun musim semi selalu jatuh dengan indah ketika dokter tampan
Untuk seorang wanita penghibur, bercinta tanpa memiliki perasaan apa pun tidak pernah menjadi masalah. Selama pembayaran yang diberikan sesuai keinginan maka kepuasan pelanggan adalah jaminan pasti.Salah satu pekerjaan tertua di muka bumi adalah wanita penghibur. Biasa menjadi tempat pelarian para lelaki hidung belang yang mencari suasana berbeda dari yang sudah ada.Lynea merasa marah sekali karena merasa dirinya disamakan oleh seorang pelacur. Ia meringsek dan memukuli dada suaminya. Enrico membiarkannya melakukan itu. Pukulan sang istri sama sekali tidak menimbulkan rasa sakit pada tubuhnya.Masih dengan teriakan histeris dan berbagai makian, Lynea terus memukul bahkan kini menendang. Enrico mulai merangkulnya, ingin menenangkan. Seumur hidup baru wanita ini yang sering sekali marah-marah padanya.“Jangan sentuh aku!” jerit Lynea membabi buta. Tangannya bergerak ke sana kemari, mendorong dan memukul. Tanpa ia niati, ternyata tangan itu men
Pemanasan bercinta memang adalah sesuatu yang kadang tabu untuk dibahas oleh wanita. Ada perasaan malu di sana. Merasa sebuah aib untuk membahas hal-hal yang berbau kenikmatan dan eksplorasi tubuh pasangan. Bagi Lynea ini sudah lebih dari sekedar malu, melainkan sebuah pemaksaan keinginan yang berlebihan dan sangat gila. Demi apa semua ini harus ia lakukan? Demi orang-orang tercinta? Ah, gila! Ini benar-benar gila! “Hoeeeekkk!” berkali-kali ia muntahkan segala rada mual dalam perutnya sampai kedua mata berkaca-kaca. “Lynea! Nyonya Lynea! Keluarlah dari kamar mandi! Kita belum selesai!” teriak Jenna menggedor pintu. “Maafkan aku, Nyonya. Apakah aku terlalu berlebihan?” lanjutnya merasa canggung dengan keadaan ini. Lynea tidak menjawab. Bibirnya bergetar dengan cepat disertai napas tidak karuan. Berat sekali rasanya dada itu untuk sekedar menghirup udara meski hanya beberapa detik. Untaian kata indah dari Gabriel tak mampu lagi membantunya untuk