Share

BAB 4

Pipi Hanum masih bersemu merah saat dia keluar dari lift dan berjalan menuju bagian oprasional. Dia masuk dan menuturkan apa yang sudah diperintahkan sebelumnya.

“Permisi, saya Hanum dari tim 3 marketing. Saya ingin melaporkan bahwa salah satu komputer rusak dan butuh untuk diganti secepatnya.”

“Atas nama siapa komputernya?” tanya wanita berkacamata dengan tampang angkuh dan diperkirakan umurnya sekitar pertengahan tiga puluhan.

“Atas nama Titan.”

“Oke, nanti akan diantar oleh staff. Ada lagi?” tanya wanita itu tak sabar.

“Saya mau meminta kartu identitas sementara.”

Wanita itu menurunkan setengah kaca matanya, lalu mendongak dan menatap Hanum seolah Hanum ini adalah benalu yang harus segera disingkirkan detik itu juga. Sorot matanya juga seolah mengatakan bahwa dia membenci manusia-manusia ceroboh seperti Hanum.

“Ck!” decak wanita itu dengan wajah yang semakin menunjukan sikap ketidaksukaan terhadap Hanum yang ceroboh ini. “Atas nama?” tanya wanita itu singkat.

“Hanum Pelita dari tim 3 marketing,” jawab Hanum. Dia berbicara sangat lembut dan suaranya amat kecil. Dia takut dengan aura kuat yang terpancar dari wanita ini.

Hanum sudah berdiri cukup lama, sekitar sepuluh menit. Dia bahkan tidak dipersilahkan untuk duduk untuk menunggu. Hanum lebih terlihat seperti seorang siswa yang sedang dihukum berdiri oleh gurunya daripada seorang pekerja kantoran. Posturnya pun tegap dan kedua tangannya ia istirahatkan di belakang.

“Ini kartunya. Ini hanya berlaku untuk satu hari. Pastikan besok jangan sampai lupa untuk selalu membawa kartu identitas saat bekerja,” kata wanita itu dengan ketus.

“Baik, Terima kasih!” Hanum tersenyum manis. Dengan kartu ini dia bisa melaksanakan tugas lainnya dengan benar.

***

“Kalian sudah dengar kalau Kevin dari tim 1 marketing ternyata sudah punya pacar dan mau tunangan?”

“Kevin yang paling tampan itu?” seru wanita lainnya. Postur tubuh Kevin yang tingginya mencapai 180cm dan dengan fitur wajah yang terbilang paling tampan dalam jajaran laki-laki dari bagian pemasaran memang selalu menjadi pusat bahan obrolan. Hal sekecil apapun itu jika menyangkut Kevin, mereka akan mengobrol dengan sangat antusias.

Hanum yang saat ini sudah berada di ruang fotokopi menghentikan gerakan tangannya saat mendengar nama yang familiar disebut. Debaran jantungnya tiba-tiba meningkat. Dia merasa takut dengan apa yang akan ia dengar selanjutnya. Namun dia juga diam-diam tersenyum senang mengingat tadi dia bertemu dengan Kevin.

“Hei! Kamu ngalamun, gimana itu fotokopiannya berjatuhan!” tegur salah satu wanita yang berdiri di dekat mesin fotokopi dan sedang begosip dengan rekan lainnya.

“Maaf, Kak! Saya tidak konsentrasi.” Hanum buru-buru merapikan dokumen yang ia pegang. Mencoba untuk menstabilkan detak jantungnya yang berdetak cepat.

“Siapa ceweknya? Satu kantor?” lanjut mereka yang membuat Hanum juga penasaran. Bagaimana reaksi mereka jika mereka tahu kekasih Kevin ini sedang berdiri di depan mereka? Hanum membatin.

“Iya. Dari tim marketing juga.”

Brukk

Hanum tak sengaja menjatuhkan tutup mesin fotokopi dan menimbulkan suara yang cukup keras. Dan hal itu membuat tiga karyawan yang sedang bergosip tadi menoleh secara bersamaan dan menatap dengan penuh tanda tanya.

Hanum yang ditatap seperti itu langsung meminta maaf kembali dan dengan cepat memberesi dokumen-dokumen yang sudah di fotokopi. Hanum masih berdiri di posisinya. Dia masih ingin mendengar kelanjutan obrolan mereka. Apa hubungannya dengan Kevin sudah di ketahui? Bertunangan? Apa Kevin akan segera melamarnya?

Hanum terkekeh kecil. Dia tidak pernah menyangka kalau kekasihnya akan membuat kejutan besar seperti ini. Hanum yang baru tiga hari bekerja belum pernah sekalipun bertemu Kevin selain pertemuan tidak sengaja tadi di lift. Mereka sama-sama bekerja di bagian marketing, hanya berbeda tim saja. Hanum berada di tim 3 marketing dan Kevin berada di tim 1 marketing.

Selama menjalani hubungan ini, mereka sudah semakin jarang bertemu dan itu membuat Hanum sedikit khawatir akan hubungannya. Tapi dia mendengar kabar mengejutkan ini? Apa benar Kevin akan segera melamarnya untuk bertunangan? Ingin sekali dia mengkonfirmasi langsung, tapi tidak mungkin karena kalau berita ini adalah sebauah kejutan yang tidak boleh dia ketahui dulu, maka nanti Hanum akan merusak rencana kejutan Kevin.

Hanum tidak ingin terlalu memikirkan masalah ini. Sekarang tugasnya sudah selesai, dia harus segera pergi ke ruang rapat. Hanum memberesi berkas dan memastikan kalau lembar fotokopiannya tidak tertukar dan tidak terbalik. Setelah memastikan semua benar, dia kembali ke kantornya yang berada di lantai 25.

“Gimana? Udah semua?” tanya Riyan langsung.

Hanum mengangguk sebagai jawaban. “Udah, tinggal ngecek PPT aja nih. Yang lainnya ke mana?” tanya Hanum saat dia melihat hanya ada dirinya dan Riyan di kantor.

“Senior yang perempuan semua ke kamar mandi. Kamu nggak ikut ke kamar mandi juga?”

“Haa? Ngapain?” tanya Hanum bingung.

“Dandan, lah! Kamu tidak dengar tadi Kak Titan bilang apa? Nanti bakal ada Direktur langsung yang ikut rapat.”

“Terus apa hubungannya?” tanya Hanum lagi masih tak paham dengan maksud Titan.

“Hanum! IQ mu berapa sih? Gimana kamu bisa lolos masuk kerja di perusahaan ini coba? Jangan-jangan kamu curang, ya?” tuduh Riyan yang sudah merasa lelah hanya mengobrol dengan Hanum.

“Enak saja! Aku ini orang yang jujur.” Hanum melanjutkan, “Jadi kenapa? Apa hubungannya sama kedatangan direktur?”

“Kamu sudah tahu direktur kita belum sih? Dia itu direktur termuda yang paling sukses di usia 29 tahunan. Orangnya gagah dan rupawan. Masih single, dan para karyawan di perusahaan ini tuh berlomba-lomba mencoba menarik perhatian Si Pak Bos ini. Akan tetapi meskipun bos kita tampan, temperamennya itu berbanding terbalik sama ketampanannya. Orangya strict. Kita harus selalu bisa menyamai semua yang bisa dia lakukan. Orangnya galak intinya. Sampai sini paham?” cerocos Riyan Panjang lebar.

“Oh! Jadi begitu.” Hanum mengangguk paham.

“Terus yang cowok ke mana?”

“Kak Titan sama Kak Geo kayaknya udah ada di ruang rapat deh.”

Tim 3 marketing terdiri dari 8 orang, diantaranya ; Stefani, Diva, Jasmine, Titan, Azila, Geo, Riyan dan Hanum.

Ponsel Hanum dan ponsel Riyan bergetar secara bersamaan. Itu adalah pesan yang mengharuskan mereka segera pergi ke ruang rapat karena direktur sudah berada di dalam ruangan.

Setelah membaca pesan itu, baik Hanum maupun Riyan langsung berdiri panik. Mereka bahkan belum menyiapkan dan meletakan materi yang akan di bahas di atas meja rapat, tapi malah bos sudah berada di sana dan tim belum berkumpul semua. Akan jadi apa tim 3 marketing di mata direktur? Hal inipun berlaku bagi tim 1 dan 2 marketing. Mereka semua masih belum bersiap-siap karena masih ada kira-kira 15 menit sebelum rapat di mulai. Mereka semua berlari panik menuju lantai 26 tempat pertemuan akan diadakan.

Hanum orang pertama yang sampai di lantai 26, dengan berlari menaiki tangga dia tidak bisa menahan kecepatannya dan menabrak seseorang di pintu masuk. Dia mendongak dan mulutnya ternganga lebar dan matanya langsung membulat sempurna.

“Kamu!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status