Share

BAB 5

“Kamu!”

Hanum terkejut saat melihat laki-laki yang ia tampar di lift rumah sakit tiba-tiba bisa ada di depannya dengan tampilan yang berubah seperti ini. Sosok tinggi yang dibalut dengan pakaian resmi. Memakai jas hitam yang terlihat sangat cocok dengan temperamennya yang terlihat dingin. Rambutnya pun tersisir rapih ke belakang, jelas sangat kontras dengan laki-laki yang menggunakan jaket kulit dan celana ketat hitam terlihat bad boy yang Hanum temui pagi ini.

“Direktur, maafkan kam-“ Titan menggantung ucapannya saat melihat Hanum dan bosnya berdiri berhadapan di ambang pintu. Niatnya ingin meminta maaf karena sudah membuat orang dengan posisi tertinggi dalam perusahaan malah menunggu para karyawannya, tapi dia urungkan saat melihat Hanum. Dia menghela napas lega. Akhirnya salah satu anggotanya terlihat, tidak terlalu memalukan bagi tim 3 marketing dan imej mereka mungkin akan sedikit lebih unggul daripada tim marketing lain.

“Hanum, ayo cepat letakan dokumennya!” titah Riyan.

“T-tapi d-dia ini?” tanya Hanum menggunakan lirikan mata sebagai isyarat menanyakan siapa pria ini dan kenapa bisa ada di sini. Hanum jelas merasa bingung dan tidak tahu sebenarnya apa yang sedang terjadi.

“Apa? Kamu nggak tahu beliau ini direktur kita! Ayo cepat masuk!”

Abian menyeringai saat melihat wajah pucat wanita yang masih berdiri di depannya. Tatapan seperti ini lah yang diinginkan Abian untuk dia lihat. Hatinya merasa puas saat melihat Hanum dengan linglung berjalan melewatinya dan masuk ke ruangan tanpa menyapanya. Abian percaya bahwa Hanum pasti sangat terkejut saat ini.

Abian menarik seringainya dan kembali memasang wajah dinginnya. Ikut masuk dan duduk di kursi yang seharusnya diduduki oleh General Manager.

Sekretaris Abian kebetulan tidak mengikuti karena kegiatannya sebenarnya adalah jadwal mendadak yang Abian putuskan saat mendengar kalau tim marketing akan melaksanakan rapat gabungan untuk membahas proyek skincare khusus sebagai hadiah ulang tahun untuk ibunya.

Ibu Abian sangat ingin memiliki brand kecantikan sendiri. Tapi dia juga tidak ingin pusing-pusing mengurusi bisnisnya. Jadilah dia meminta Abian untuk membuka perusahaan baru di bidang kecantikan. Abian awalnya tidak terlalu memperdulikan bisnis kecil seperti ini. Tapi ibunya mendesaknya dan akhirnya dia mengiyakan permintaannya dengan bertukar keuntungan. Seperti anak-anak orang kaya kebanyakan yang didesak untuk menikah sesegera mungkin. Abian juga memiliki takdir itu, setelah umurnya bertambah, ibunya semakin bersemangat untuk menjodoh-jodohkannya dengan berbagai macam wanita. Jadilah dia menggunakan barter ini untuk membuat ibunya diam sementara waktu dan tidak sibuk mendesaknya untuk menikah.

Tak lama kemudian, orang-orang dari semua tim hadir satu persatu. Seperti yang Riyan katakan tadi, memang benar para karyawan wanita memiliki tampilan yang cukup berbeda, mereka terlihat lebih cantik dan lebih segar. Tapi tentu saja penampilan itu segera tergantikan dengan wajah penuh ketakutan karena datang terlambat dan membuat direktur mereka menunggu. Mereka semua duduk dengan kaku dan tidak ada yang berani berbicara terlebih dahulu. Sebenarnya mereka tidak benar-benar terlambat. Itu karena direktur mereka datang lebih awal dan tidak sesuai jadwal.

Rapat tetap harus dilaksanakan meski awalnya mereka canggung karena diawasi langsung oleh atasan mereka. Tapi mereka dengan cepat kembali bertindak professional dan mengikuti rapat denga serius. Terkecuali satu orang, itu adalah Hanum. Dia masih termangu dan tidak konsen mendengarkan diskusi dan presentasi sama sekali.

Mungkin saja dia akan dipecat karena sudah menampar seorang pemilik perusahaan ini. Selama rapat, Hanum bahkan tidak melirik ke arah Kevin. Hanum sibuk menundukan kepalanya. Dia tidak berani menampakan wajahnya. Hanum berharap bosnya tidak ingat dengan wajahnya. Namun rasanya mustahil bagi Abian untuk tidak mengenali orang yang menamparnya. Terlebih, ini hanya beberapa jam setelah kejadian dan ingatan Abian sendiri sangat kuat.

BRAKK

Abian melempar kertas yang ia pegang . lagi-lagi perlakuan Abian membuat para karyawannya berkeringat dingin. Melemparkan sesuatu? Itu pasti karena ada kesalahan.

“Siapa yang membuat data perkembangan rata-rata pengguna? Kenapa berantakan sekali pengurutannya? Lembarnya pun banyak yang terbalik. Dan lagi PPT yang kalian presentasikan itu terlalu bertele-tele. Langsung saja pada intinya.” Suara Abian meninggi.

Tubuh Hanum gemetar. Yang membuat PPT dan memfotokopi datanya adalah dia. Hanum sudah yakin kalau tidak ada kesalahan sama sekali.

“Siapa yang mengerjakan tugas itu? Apa tim 3?”

“Yang membuat PPT adalah Hanum. Dan yang memfotokopi dan merapikan dokumennya juga Hanum,”  lapor Riyan yang langsung menjadi pusat perhatian dan mendapat tatapan ancaman dari Stefani untuk tidak berbicara lebih banyak lagi atau mereka semua akan tamat.

“Siapa Hanum? Apa dia deputi manajer? Apa dia manajer tim pemasaran? Apa dia anggota staff senior?”

“Bukan, Pak! Hanum adalah karyawan baru di tim 3 marketing. Kami baru bekerja sekitar tiga hari,” jawab Riyan jujur yang langsung membuat para senior di tim 3 marketing menatap tajam ke arah Riyan. Tapi yang ditatap malah tidak merasa bersalah sama sekali.

“Hebat!” Abian bertepuk tangan dengan sarkas. “Tugas seperti itu seharusnya dilakukan oleh staff senior. Tapi malah dilimpahkan pada anak baru? Apa kalian ingin memakan gaji buta?”

“Maafkan kami, Direktur!” Geo yang merupakan manajer dari tim 3 mewakilkan untuk meminta maaf dan mengaku salah. “Kami akan melakukan pembagian kerja yang adil dan merata mulai sekarang,” lanjutnya.

“Oke. Mari kita lanjutkan rapatnya.”

“Saat ini kami sudah menetapkan target pemasaran. Kami juga berencana untuk menggaet aktris Lidia untuk menjadi juru bicara sekaligus model dan brand  ini,” lapor Kevin. Tim 1 adalah tim yang mengurusi bagian pemilihan juru bicara produk.

“Tidak. Ganti dengan Ariana saja. Aku ingin Ariana yang menjadi juru bicara sekaligus model ekslusif untuk beberapa tahun ke depan.”

Jawaban ini membuat para karyawan wanita saling menatap dengan mata penuh gosip. Bos mereka pernah terlibat gosip dengan aktris pendatang baru ini. Skandal mengatakan kalau aktris ini didukung oleh tuan emas di balik layar.

Hati para karyawan wantia itu mencuarkan kecemburuan. Jadi, apa gosip Si Tuan Emas yang dimiliki Ariana adalah  bos mereka? Jika benar, maka ini akan menjadi skandal yang luar biasa klise. Mereka tidak suka fakta itu tapi juga tidak bisa menyuarakan penentangan hubungan ini. Memangnya siapa mereka? Mereka jelas kalah jika harus bersaing dengan aktris yang sangat cantik itu.

“Apa rapatnya hanya membahas hal ini?” Abian sudah merasa bosan di dalam ruangan ini. Hal itu dikarenakan setiap kali dia melirik Hanum, gadis itu tetap saja menunduk dan tidak memberikan tanggapan seperti karyawan lainnya. Ini sangat tidak mengasyikan.

Abian ingin menggoda Hanum lebih lama lagi, tapi saat melihat sekretarisnya sudah menunggu di depan pintu yang transparan dan bisa dilihat dari dalam, dia berkata, “Mari sudahi rapat kali ini. Atau kalian bisa melanjutkan rapatnya tanpa diriku.”

Abian bangkit dan saat dia berjalan dan sampai di samping kursi Hanum, dia berhenti dan berkata, “Nona Hanum, silakan datang ke ruangan saya.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status