Share

Chapter 1

Author: JayK
last update Last Updated: 2022-08-15 22:48:49

[ Welcome back to GodTales ]

Setelah notifikasi itu, pemandangan landscape dengan warna hijau pepohonan dan padang rumput yang luas, serta birunya langit dengan tambahan awan putih, langsung terlihat oleh mata Aria.

Ia kemudian bangun dan merenggangkan dirinya yang ia rasa kaku di bawah pohon yang rindang. Selagi melakukan hal itu, seluruh badan Aria dihampiri oleh angin yang berembus.

Tidak terlalu kencang, namun mampu membuat jubah berwarna hitam miliknya, yang hanya menutupi bagian kanan tubuh sampai pahanya tersebut, terbawa dan berkibar selama beberapa detik.

“Firasatku selalu benar mengenai hal ini. Pasti, akan ada yang menarik di tempat ini.”

Setelah mengatakan hal tersebut, Aria kemudian berjalan ke arah sebuah tembok besar yang terbuat dari batu. Ia tampak yakin dan tidak ragu dengan langkahnya.

Kini, di hadapannya, sudah terdapat sebuah tembok besar dan juga lubang besar yang digunakan sebagai gerbang masuk. Selain itu, terdapat dua orang penjaga yang memakai full armor dengan pelindung kepala yang terbuat dari besi. Jangan lupakan tombak, serta sebuah pedang di pinggangnya--membuat kesan seram. Akan tetapi, penjaga tersebut hanya berdiri di samping dan tidak menghalangi jalan masuk ke dalam.

Dengan sedikit senyum yang terukir di wajahnya, Aria melangkah dengan semangat hingga dia melewati kedua penjaga tersebut. Melihat sesuatu yang tidak beres, salah satu penjaga melihat Aria sebentar yang sudah berada di belakangnya kemudian memanggilnya.

“Tunggu sebentar, Tuan,” ucap salah satu penjaga gerbang.

Mendengar perkataan tersebut, Aria kemudian berbalik arah dan melihat ke sekelilingnya. Sayangya, hanya ada dirinya di sana. 

Aria lalu menunjuk dirinya sendiri seolah berkata ‘aku?’

Penjaga gerbang tersebut merespons dengan menganggukkan kepalanya.

“Bisakah Anda ke mari sebentar?”

Setelah mendapatkan perintah tersebut, Aria melangkahkan kakinya dan mendekati si penjaga.

“Apa ada yang bisa aku bantu?” tanya Aria tanpa merasa aneh.

“Bisakah Anda menunjukkan kartu identitasmu?” pinta sang penjaga sambil menjulurkan tangannya.

“Kartu identitas?” ulang Aria bingung.

“Ya, kartu identitas anda, Tuan. Jika Tuan pedagang, maka tunjukkanlah kartu dagang milik Tuan. Jika seorang petualang, tunjukkan pin yang Tuan miliki. Atau, jika Tuan adalah warga desa, tunjukkan surat rekomendasi yang Tuan bawa.”

Merasa bingung apa yang diucapkan sang penjaga, Aria hanya merespon dengan kedipan matanya saja.

“Apakah kau mendengarkanku, Tuan?”

“Tentu aku tidak punya,” jawab Aria dengan mudahnya sambil mengibaskan tangannya.

Mendengar jawaban itu, kedua penjaga tersebut kemudian memegang pergelangan tangan Aria masing-masing di kanan dan kirinya. Setelah itu, kedua penjaga itu mendorong Aria kembali ke pijakan awal di depan kedua penjaga.

Aria yang masih bingung, tiba-tiba terkejut saat dua buah tombak diacungkan ke arahnya oleh kedua penjaga tersebut.

“Sebaiknya, kau pergi dari sini, atau kami akan memproses dirimu secara hukum!”

Merasa dirinya terpojok dan tidak punya pilihan lain, Aria hanya menyerah, mengangkat kedua tangannya dan berpikir untuk pergi dari tempat ini.

“Baiklah-baiklah! Aku paham. Aku akan pergi dari sini.”

Dengan tatapan tajam, kedua penjaga tersebut masih melihat ke arah Aria dan memasang sikap jika sesuatu hal akan terjadi tiba-tiba.

Untungnya, kekhawatiran itu tidak terjadi dan mereka menurunkan kedua tombaknya saat Aria sudah hampir tidak terlihat lagi.

Di sisi lain, Aria yang masih berpikir apa yang baru saja terjadi. 

Ini aneh sekali! Hampir tidak pernah seorang penjaga kota akan menolak seorang pemain. Hal itu sudah pasti dan menjadi hukum yang melekat pada seorang NPC (Non-player Character atau karakter nonpemain) yang tidak dapat dikendalikan oleh pemain karena diprogram demikian.

“Apakah ini sebuah event?" Terkadang, di dalam Godtales, memang akan ada event berhadiah. Mengingat mayoritas event di Godtales adalah hal orisinil dan baru di sepanjang dunia game RPG semenjak perilisannya, jadi event secara mendadak bukanlah hal yang aneh.

"Tidak aku sepertinya salah.” ucap Aria lagi. Hipotesis mengenai sebuah event sedang berlangsung ditepis secara cepat oleh Aria. Aria mengingat bahwa dia tidak melihat banner atau pengumuman sebuah event sedang berlangsung atau akan dimulai.

"Apa ada bug?" Mungkin saja, ada kecacatan teknis yang membuat permainan tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Tetapi, hipotesis kedua segera ditepisnya lagi. Dia ingat bahwa baru saja ada pembaruan game lima hari yang lalu.

Meski begitu, Aria kemudian menyimpan hipotesis ini dan jika memang benar dia akan melaporkannya kepada GM (Game Master) yang memegang kendali utama permaian.

“Sebenarnya, apa yang terjadi?” Aria kemudian memunculkan hipotesa pertamanya dan mencoba memastikannya sekali lagi.

“Hipotesis akan tetap menjadi hipotesis jika tidak ada uji cobanya. Jadi, aku akan mencobanya!”

Aria mengeluarkan sebuah kode perintah [Open Event] yang diucapkan oleh para pemain ketika ingin melihat apa saja event yang sedang berjalan saat ini.

Namun, setelah Aria mengatakan hal itu, sebuah layar yang seharusnya akan menampilkan berbagai macam event yang tersusun rapi seperti mengunjungi sebuah situs tidak muncul.

“Ehh?” Aria terlihat seperti seorang pemain yang gagal merapalkan mantranya.

Melihat itu,  Aria kemudian mencurigai keberadaan bug. Berangkat dari situ, Aria kemudian mencoba memanggil seorang GM (Game Master) yang bertanggung jawab agar segera diperbaiki.

Sekali lagi, Aria mengucapkan kode perintah untuk memanggil seorang GM dan mencoba untuk terhubung dengan salah satu GM.

“Call GM!”

Sayangnya, tidak ada jawaban dari pusat. Aria kemudian mencoba berbagai kode perintah yang lain, seperti Access Chat, Force Chat GM, SOS, 511, Force Open 511, dan lain-lain. Namun, semua itu tidak berfungsi.

“Apa yang sedang terjadi sebenarnya?” Aria menggaruk kepalanya merasa sedikit kesal.

Kejadian seperti ini tidak biasanya dialami di game Godtales. Jika terjadi bug ataupun sesuatu yang berhubungan dengan pemain, GM akan langsung menghubungi pemain tersebut dan memberikan cara untuk keluar dari kondisi tersebut.

Ingin menghilangkan kekesalan, Aria kemudian mencoba sesuatu yang mengganjal di pikirannya.

Ia menjulurkan tangan kanannya ke depan, namun sebelum itu, takut sesuatu akan terjadi, ia menutup matanya dengan tangannya yang satu lagi dan mencoba mengintip.

Setelah yakin dengan hati yang berdebar, ia menggerakkan pergelangan tangannya dari atas ke bawah dan...

“Sreeengg... Tentu saja itu tidak terjadi. Gerakan seperti itu hanya ada di novel.”

Merasa hampa dan dirinya melakukan hal bodoh, Aria membuang semua pikirannya dan berpikir untuk keluar dari game meski tujuannya kali ini untuk bersenang-senang, tidak terwujud.

“Aku akan mengirim permasalahan ini lewat e-mail. Bisa saja aku mendapatkan kompensasi.”

Aria tertawa di dalam hatinya membayangkan kompensasi yang akan diterimanya nanti. Karena developer akan memberikan kompensasi bagi siapapun yang menemukan atau juga terkena bug yang tidak menguntungkan pemainnya.

“Baiklah, Log Out.”

Sekali lagi, Aria mengucapkan kode perintah agar bisa keluar dari permainan.

Namun, sama seperti yang sudah terjadi, visual permainan Aria tidak menunjukkan adanya perubahan sekecil apapun.

Mengetahui tidak adanya perubahan, hati Aria yang senang membayangkan menerima kompensasi, diganti oleh wajahnya yang pucat.

“Tidak, tunggu. Hahaha... Ini benar-benar lucu, apakah GM sedang marah kepadaku? Selama dua tahun baru ini kalian protes? Log Out.”

“Log Out.”

“Log Out!”

Wajah Aria semakin pucat.

Force Log Out, Shut Down, Back To Real Life, Turn Off, Help. Seluruh kata diucapkan Aria berharap dirinya dapat kembali keluar dari permainan.

“Hahahaha...” Aria menjatuhkan dirinya dan hanya tertawa menyadari sesuatu telah terjadi dan menimpa dirinya.

'Sial! Aku sial sekali!' batin Aria

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 112 [Tamat]

    Matahari kembali memperlihatkan sosoknya yang agung. Dia begitu bersinar dan nampak cerah dengan cahaya alaminya. Di pagi hari ini, wajah para pasukan aliansi kembali pada titik mereka bisa tersenyum setelah melewati malam yang begitu mengerikan. Saat pemimpin mereka melawan paus keimanan, mereka diserbu oleh pasukan musuh yang tidak mempunyai nyali ataupun takut di dalam diri mereka. Beberapa teman yang mereka kenal lama atau baru kenal saat di perjalanan mati dengan keadaan mengenaskan. Setelah pertempuran semalam, mereka memutuskan untuk berkabung sebentar saat itu juga, karena tidak banyak waktu lagi bagi mereka untuk bergerak. Raja Aria dan Ratu Brimmid sebenarnya sudah memutuskan untuk mereka beristirahat dan menjaga kota, tapi para pasukan akan merasa sangat tidak termotivasi jika tidak ikut dengan pemimpin mereka. Meneriakkan kemenangan bersama dengan para pemimpin adalah salah satu motivasi mereka agar tidak terpuruk sesudah pertempuran. Jasad Paus Keimanan tidak dapat

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 111

    Lalu kemudian Gillechrìosd merasakan rasa takut yang besar, tapi dirinya tidak bisa merespons hingga akhirnya tanpa ia sadar, wajahnya sudah mencium tanah dengan keras. "Mhmffuu!" Serangan itu berasal dari Aria. Dia menenggelamkan wajah Gillechrìosd dengan kekuatannya sendiri hingga menghantam dan menghancurkan tanahnya. Setelah memberikan serangan, Aria lalu membawa Ninelie ke tempat yang aman dan mematikan sihir cahaya yang berakibat fatal bagi Ninelie. Dengan sihir yang sudah dimatikan, Ninelie yang tidak berdaya masih bisa belum merespons. "Florithe." ucap Aria untuk memberikan tindakan khusus."Ya." Florithe dengan segera datang dan menyembuhkan Ninelie. "Aku tidak menyangka dia bisa mengubah darah menjadi senjata." Sambil menyembuhkan Ninelie, Aria memulai percakapan. Mengingat jarang sekali melihat sihir yang identik, ia tidak bisa menahan rasa penasarannya.Florithe juga tidak keberatan. Konsentrasinya tidak mudah luntur hanya dengan percakapan biasa. "Itu adalah kemampua

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 110

    Gillechrìosd menatap tajam ke arah Aria yang menunjukkan posisi sedikit tertunduk, seakan menahan rasa sakit serangan miliknya. Dari jari tengah tangan kanannya, dia melihat darah menetes ke tanah. "Jadi aku masih terkena serangannya." umpat dirinya lalu, Gillechrìosd mendecak. "Itu membuatku kesal." Gillechrìosd menghapus darahnya lalu melangkah ke mendekati Aria yang masih belum bergerak. "Baiklah, kau tidak sedang tidur sekarang, bukan? Mari kita lanjutkan pestanya." Gillechrìosd melebarkan kalung yang ia lilitkan di tangan kanannya sambil membaca mantra. Tangan kanannya kini dikelilingi oleh lingkaran sihir tiga lapis berwarna biru dengan kalung lambang agamanya yang ikut bersinar. "Ini akan menjadi sesuatu yang bagus saat otakmu meleleh. Holy Fire!" Tangan kanan Gillechrìosd langsung diselimuti oleh api berwarna biru putih menggantikan lingkaran sihirnya. Namun lagi-lagi, tanpa dirinya sadar, seseorang menyerang dirinya sekali lagi. Tapi ia dapat merasakan serangan itu saat

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 109

    Berdiri di antara pasukannya, Gillechrìosd memasang senyum segar di wajahnya. Badannya masih dalam posisi yang sempurna. Goresan serta lecet dan beberapa luka yang ia dapatkan saat pertarungan melawan Aria hilang tanpa jejak. Tatapan matanya begitu tinggi dan mengejek sosok lawannya yang ia pikir berdosa. Gillechrìosd menilai mereka semua adalah sampah yang seharusnya dewanya tidak ciptakan. Tidak ada sifat mulia bahkan dengan berani menginjakkan kakinya di tempat suci untuk peribadatan. "Untuk seorang raja baru dari kerajaan Ordioth, kau lumayan." Dari nadanya, siapapun bisa mendengar bahwa nada itu adalah nada ejekan yang diberikan kepada Aria. "Bahkan setelah melawan tubuh keduaku ... Mungkin hanya kau yang bisa membuatnya tidak sadarkan diri." Gillechrìosd mengocehkan kehebatannya dengan gerak gerik seorang bangsawan yang memiliki kekuasaan absolut. Dengan postur tubuh yang bagus dan wajah yang tampan, Gillechrìosd masuk dalam jajaran kedua orang yang dibenci oleh Aria setel

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 108

    Di depan mereka, berseberangan dengan tempat mereka berdiri, muncul dari kegelapan bayangan, disinari dengan sedikit cahaya bulan, terdapat seorang pria menggunakan baju pendeta, sama seperti yang dikenakan para paus yang ditemukan oleh Aria sebelumnya. Tetapi pria itu memiliki banyak hiasan keagamaan yang menempel di pakaiannya. Terdapat rantai, kalung, juga buku yang menempel pada baju pendetanya. Rambut pria itu panjang dan berwarna keemasan. Tubuhnya tinggi juga proporsional. Dilihat dari kulitnya, usia orang itu terbilang sangat muda dibandingkan dengan paus lainnya yang ada di teokrasi. Ninelie yang melihat itu langsung masuk dalam mode siaga untuk bertempur. "Hati-hati. Dia sangat kuat." "Sangat kuat? Dia?" Aria yang diberi peringatan oleh Ninelie bertanya kembali untuk memastikan.Ninelie kembali membalasnya sambil mempertahankan sikap siaganya. "Ya, meskipun penampilannya terlihat seperti itu dia adalah orang yang terkuat di Teokrasi." "Jadi itu bukan Paus Keberanian?"

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 107

    Setelah membunuh karakter yang Aria pribadi benci, Aria bersama dengan Florithe keluar dari dalam gedung melewati puing-puing bangunan yang hancur, efek dari serangan pedang Arthur yang bertabrakan dengan pelindung sihir milik Aria. Matahari di sana sudah melumpuhkan warna oranye, dan bayang-bayang bangunan di sekitar taman utama mencerminkan waktunya untuk istirahat dari segala aktivitas. Tetapi taman itu sudah sunyi. Tidak ada satupun aktivitas terasa di taman utama teokrasi yang menjadi pusat dari segala acara keagamaan. Aria yang masih di sekitar gedung itu melihat ke arah matahari dengan mata yang penuh dengan keinginan kuat. Tetapi secara visual matanya hanya menatap keindahan matahari itu. Menjadikan balas dendam sebagai alasan utama ketidakbergunaan diri sendiri berjalan di atas dunia. Dan yang membuat itu semakin buruk, karena menjadikan aksi selingkuh tunangannya sebagai alasan utama. Benar-benar bodoh sekali. Angin berembus yang membuat pakaian Aria dan Florithe mengik

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status