Share

Bab 10

Author: Ipak Munthe
last update Last Updated: 2025-11-23 01:31:53

Perjalanan kembali hening. Hanya suara mesin mobil yang terdengar, sementara Lala menatap keluar jendela dengan kantong obat di pangkuannya.

Mobil akhirnya berhenti di depan rumah. Lampu teras menyala, dan sosok Oma sudah berdiri di depan pintu—gelisah, memegang syal di dada seperti menahan rasa khawatir yang menumpuk sejak sore.

Begitu melihat mobil Aran masuk halaman, Oma langsung melangkah cepat.

Aran turun lebih dulu dan membuka pintu untuk Lala.

Tapi baru setengah jalan keluar, ekspresi Lala berubah total.

Dari dingin… rapuh… hampir kosong…

Menjadi manis.

Sangat manis.

“Omaaaa…” suara Lala tiba-tiba lembut, bahkan terdengar manja. Ia berlari-lari kecil dan langsung memeluk Oma erat.

Aran terbelalak. Lala barusan menggoda dirinya seperti ingin membuatnya jantungan. Sekarang? Mendadak jinak.

Oma mengusap punggung Lala lega. “Astaga, Nak… kamu bikin Oma khawatir. Kemana saja? Kenapa pulangnya larut begini?”

Lala menggelayut manis di lengan Oma. “Lala jalan sama
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Godaan Dokter Cantik   Bab 27

    Di ruang tunggu puskesmas, beberapa pasang mata langsung tertuju padanya. Ada wajah lelah, cemas, dan berharap. “Dokter Lala sudah datang,” bisik seseorang. Lala menarik napas dalam. Ia menanggalkan perasaannya, mengenakan profesionalisme seperti jas putih yang membungkus tubuhnya. “Silakan masuk satu per satu,” ucapnya lembut. Pasien pertama adalah seorang ibu hamil dengan wajah pucat, ditemani suaminya yang tampak gelisah. Keluhan demi keluhan mengalir, dan Lala mendengarkan dengan penuh perhatian. Di saat-saat seperti ini, ia lupa pada Aran. Lupa pada Sarah. Lupa pada luka yang sejak tadi pagi mengendap di dadanya. Yang ada hanya satu nyawa yang harus ia jaga. Jam demi jam berlalu tanpa terasa. Tangan Lala bekerja, suaranya menenangkan, pikirannya jernih. Hingga di sela kesibukan itu, seorang perawat mendekat dan berbisik, “Dok, ada pasien darurat. Tetangga Bu Nining. Mau melahirkan.” Jantung Lala berdetak lebih cepat. Ia berdiri tegap. “Siapka

  • Godaan Dokter Cantik   Bab 26

    Setelah selesai berganti pakaian dan menguncir rambutnya, Lala masih berdiri di depan cermin. Ia menatap pantulan dirinya sendiri, mencoba mengumpulkan sisa keberanian yang berserakan sejak pagi. “Lala, kamu bisa,” katanya pelan. “Kamu harus menemukan cinta sejatimu. Yang sejati itu bukan milik orang lain. Lupakan dia.” Ia menarik napas dalam, berusaha menghapus wajah Aran dari benaknya. “Oke,” ucapnya lagi, kali ini lebih yakin. Lala kemudian mengenakan jas dokternya dan menyampirkan tas ransel sederhana di bahunya. Entah kenapa, langkahnya terasa lebih ringan. Ada banyak pasien yang menunggunya, dan itu cukup untuk membuat semangatnya kembali menyala. Saat keluar kamar, ia melihat Sarah tengah membereskan meja makan, sementara Bu Nining duduk santai di teras. “Lala,” sapa Sarah ketika menyadari kehadirannya, “kamu sarapan dulu. Takutnya masuk angin.” Lala mengangguk. Ia memang tak benar-benar ingin makan, tetapi ia tahu tubuhnya tak boleh tumbang. Ia pun duduk dan mu

  • Godaan Dokter Cantik   Bab 25

    Langit malam begitu indah, bulan menggantung tenang, sementara bintang-bintang bertaburan seperti rahasia yang disimpan langit. Namun hati Lala justru sunyi, sepi yang tak bersuara. Luka dan rasa sakit berdiam di dadanya, perlahan menjelma tusukan, membuat setiap tarikan napas terasa berat dan perih. Bagaimana bisa ia lahir sebagai seseorang yang dipenuhi luka. Ia bukan hanya tak beruntung dalam keluarga, tetapi juga dalam asmara. Tak ada yang benar-benar berpihak padanya, selain luka yang setia tinggal. Entah sampai kapan ia harus menahannya sendiri, bertahan hidup ketika hatinya sudah hampir sepenuhnya menyerah. Malam berlalu tanpa benar-benar pergi. Kesunyian masih menggantung ketika cahaya pertama menyelinap pelan dari balik jendela. Pagi datang begitu saja, tanpa permisi, seolah waktu terus berjalan meski Lala semalam tak pernah benar-benar beristirahat. Udara pagi terasa dingin di kulitnya. Langit tak lagi gelap, tapi hatinya masih sama—penuh sisa luka yang b

  • Godaan Dokter Cantik   Bab 23

    Tok, tok, tok… Suara ketukan pintu itu menyadarkannya. Lala segera mengusap wajahnya kasar lalu bangkit. Ia harus menutupi semua lukanya. Jika sampai ada yang tahu, ia bisa merusak pernikahan orang lain dan dia tidak akan pernah melakukan hal itu. Namun ketika pintu terbuka, Aran berdiri di sana. Dada Lala kembali sesak. Ia menggigit bibir bawahnya, menahan isak yang hampir pecah. Rasa malu membuatnya tak sanggup menatap wajah Aran. Ia menunduk cepat, menghindari pandangan itu. “Maaf, Kak,” ucapnya lirih dengan suara bergetar. “Kemarin aku memaksa kamu. Aku janji nggak akan mengulangi lagi. Aku juga nggak akan bersikap seperti kemarin… dan aku minta maaf karena udah salah mengartikan perasaan kamu ke aku. Tolong lupakan apa yang pernah terjadi diantara kita, anggap saja semua itu tidak pernah terjadi.” Sunyi. Tak ada jawaban. Hanya keheningan yang menggantung, menekan dada Lala semakin dalam.Jeritan luka hanya bisa ditahan seiring sakit yang menusuk menyesakkan dada.Dima

  • Godaan Dokter Cantik   Bab 23

    “Iya, mereka berdua sudah menikah tiga bulan yang lalu. Rencananya, beberapa hari lagi akan mengadakan resepsi sekaligus berangkat bulan madu,” jelas Nining dengan wajah penuh kebahagiaan. “Bima sempat bercerita soal ini. Rencana mereka juga akan datang. .Ya sudahlah, yang penting mereka berdua bahagia,” sahut Oma. “Makasih doanya, Oma,” ucap Sarah sambil tersenyum malu. Sementara itu, jantung Lala berdetak semakin kencang. Ia sama sekali tak menyangka bahwa Aran ternyata telah memiliki seorang istri. “Iya, nanti Oma kasih kado bulan madu saja. Terserah kalian mau ke mana,” kata Oma lagi dengan wajah bahagia. “Wah, benarkah, Oma?” sahut Sarah tak percaya. “Iya dong. Aran sudah seperti keluarga untuk kami,” kata Oma. “Terima kasih, Oma.” “Sama-sama, Nak. Selama Lala di sini, Oma titipkan dia padamu ya,” kata Oma penuh harap. “Tentu, Oma.” “Lala, kamu aman di sini. Oma sudah tidak akan khawatir lagi,” ucap Oma dengan perasaan lega. Lala mengangguk pelan. “Ayo, ak

  • Godaan Dokter Cantik   Bab 22

    Pagi belum sepenuhnya bernama ketika Lala berangkat. Langit masih ragu memilih warna, dan dunia seperti menahan napas. Namun di dadanya, bahagia telah lebih dulu menemukan tempatnya—tenang, hangat, dan tak tergesa. Jalan menuju desa menjelma seperti sajak panjang yang dibacakan pelan oleh waktu. Setiap langkah adalah bait, setiap hembusan angin adalah jeda yang menyentuh perasaannya tanpa suara. Lala membiarkan dirinya hanyut, membiarkan harapan berjalan sejajar dengan langkah kakinya. Ada getar halus yang tak ingin ia sebutkan, takut jika kata-kata justru merusaknya. Bahagia itu rapuh, tapi indah—seperti cahaya pagi yang menempel di daun basah, cukup untuk membuat siapa pun percaya bahwa hidup masih ingin memberi. Lala tersenyum kecil. Ia tahu, di ujung perjalanan ini, takdir sedang menunggunya dalam diam. Jalan mulai menyempit ketika mobil melambat. Ban menyentuh tanah yang tak lagi sehalus kota, dan getarnya merambat pelan ke dalam dada Lala. Desa itu sudah dekat—belum terl

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status