Ridwan ingin bertanya tentang keganjilan dan penampakan yang mengganggunya satu hari ini, tetapi Ridwan urung, saat dia melihat jika Wirda tampak biasa saja.“Mas, kenapa? Kok lihatin aku gitu?”Ridwan tersentak dari lamunannya, dia tersenyum kemudan menjawab “Mas hanya melihat kecantikan istri Mas yang sempurna ini,”Wirda tersenyum bangga, ia meninggikan dagunya. Dia sangat haus akan pujian, pujian-pujian baik akan dirinya, dan akan menganggap dirinya memang layak dengan semua pujian tersebut.“Aku ‘kan memang cantik, kalau gak canti, Mas Ridwan tidak akan mengejar-ngejarku sampai segitunya saat masih muda dulu.” KelakarnyaRidwan hanya tertawa, memang benar, dari muda dialah yang tergila-gila dengan sang istri, bahkan saat dari mereka kuliah. Dan konyolnya lagi, Ridwan tetap mengejar-ngejar meski ditolak belasan kali oleh Wirda. Namanya juga jodoh, sejauh apapun kamu berlari, kamu akan tetap kembali ketempat di mana kamu ditakdirkan.Ridwan dan Wirda tersenyum mengingat semua itu
Setelah mengantar Arum, Roy pulang dengan pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi kepalanya.Apa yang terjadi dengan resto tempat dia kerja hari ini, rasanya ada yang aneh, apa lagi saat berada di depan tempat penyimpanan bahan makanan, rasanya atmosfer disana berbeda, rasanya jauh lebih dingin dari ruanga yang lainnya, padahal biasanya tidak seperti itu. Roy yakin udara dingin itu bukan dari AC ataupun kipas angina tetapi entahlah, dia tidak bisa mendeskripsikannya.Tiba-tiba saja dia kepikiran dengan percakapan teman Arum dan yang lain.“Benarkah gadis itu indigo? Dan dia tak sadarkan diri karena melihat penampakan? Kalau begitu kenapa baru sekarang? Bukannya dia telah kerja di resto dan selama ini aman-aman saja?” tanyanya pada diri sendiri.Ah .. memikirkan hal itu membuatnya semakin pusing, toh resto itu bukan miliknya, dia hanya bekerja di temapt itu. Jadi, apapun yang dilihat, didengar ataupun dirasakannya, dia hanya tutup mata dan telinga, selagi bayarannya tetap seperti kesepa
Arum gemetar ketakutan saat meihat Ridwan, lebih tepatnya dua sosok dilekang Ridwan, satunya digendong Ridwan, satunya tepat berada dibekang Ridwan, sosok menyeramkan yang ia lihat tadi malam.“Maaf, Pak, permisi, saya di suruh mengambil kangkung dan bunga kol, serta beberapa bahan lainnya” ijinnya pada Ridwan yang tepat berdiri di depan pintu ruang penyimpanan.“Oh, iya silahkan.” Ridwan menyingkir sedikit.Arum bergegas, dalam hati ia merutuki kebodohannya sendiri, mengapa ia menawarkan diri untuk mengambil bahan-bahan yang di perlukan? Padahal tadi malam jelas-jelas dia hampir mati ketakutan ketika melihat makhluk tadi yang dilihatnya.Ridwan memperhatikan Arum, yang dengan tangan gemetar mengambil bahan-bahan.“Kalau lagi lapar makan saja, takut nantinya sakit. Itu wajahnyamu pucat.” Jelas Ridwan sambil berjongkok membantu Arum mengambil beberapa ikat kangkung dari lemari pendingin. Arum menelan salivanya dengan susah payah, makhluk kerdil itu menatap Arum dengan sangat tajam, Ar
Arum termrnung memikirkan kejadian akhir-akhir ini yang sering kali ia kerap di ganggu saat waktu bekerja.“Mikiran apa, Rum?” tiba-tiba saja Aldo, teman seprofesinya menyapanya dan duduk disebelah Arum tanpa permisi.Restoran buka jam 8 pagi, dan sekarang baru jam 6 pagi tetapi mereka berdua sudah ada di temapt parker, untungnya di sana ada sebuah gazebo untuk duduk santai.“Gak mikir apa-apa, kok”Hening“Besok kita akan berangkat seperti biasa, maaf ya,”“Untuk?”“Yak arena aku kamu harus berangkat sepagi ini, biasanya ‘kan masih leha-leha di kamar”“Tapi mau bagaimana lagi? Bapak maksa pinjam motor, mau kerumah Rt desa sebelah katanya”Arum tertawa.“Itumah kamu, aku gak, lagi pula aku kan numpang sama kamu, jadi berangkat jam berapa pun sih, ok.”Arum kembali diam, pikirannya kusut, entahlah dia hanya ingin tenang bekerja tanpa ditampakkan sosok menyeramkan itu lagi.,“Rum,”“Apa yang terjadi, ya Do, kadang sosok itu datang dan memintaku untuk mencarinya, dan mengeluarkannya dar
“Mas, sebenarnya kamu kenapa sih?”Ridwan hanya melihat Wirda sekilas dan tersenyu, senyum yang seakan dipaksakan.“Mas, gak papa, ayok, tidur.”Wirda melihat ada perubahan yang besar pada diri suaminya, sekrang Ridwan tampak kurus dan lesu, tidak seperti dulu yang gagah dan tampan, bahkan Wirda sering memergoki suaminya tengah melamun.“Apa yang kamu pikirkan, Mas? Padahal usaha kita sudah baik-baik saja, keuangan pun demikian.”‘Aneh bukan? Suamimu yang awalnya ceria dan sangat romantis kini berubah perlahan? Bukan hanya fisiknya tetapi perlakuannya kepadamu, dia bahkan sering mendiamkanmu, kenapa kau tak mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, atau mungkin suamimu itu sudah tak berselera kepadamu’ bisiknya kepada Wirda.Kembali, Dasim menanamkan hasutan-hasutan kotor kepada mangsanya, dia tak akan memberikan ruang untuk hati dan pikiran mangsanya berfikir positif.“Apa Mas Ridwan ada wanita lain? Kalau begitu aku harus menyelidikinya besok” tekadnya.Wirda memejamkan mata berhar
Entah keyakinan dari mana, Roy datang ketempat penyimpanan bahan makanan, dia yakin ada sesuatu yang ada di tempat ini, Roy berputar-putar mengelilingi ruangan tersebut tetapi tak menumukan hal yang aneh. Tetapi saat dia keluar dari tempat penyimpanan suhu diruang tersebut terasa tampak dingin, padahal tidak ada AC sama sekali, angin dari luarpun tak mungkin, karena ini hanyalah lorong panjang yang sedikit menjorok ke dalam sebagai jalan tempat penyimpanan. Roy teringat, jika Ridwan memang sering berdiri di depan ruangan bukan di dalam ruang penyimpanan, tetapi ada apa disini? Tidak ada apapun!andai dia memiliki sedikit petunjuk.Apa dia harus memanggil ustadz untuk melihat apa yang terjadi di sini? Lalu bagaimana tanggapan Ridwan apakah dia mau, atau malah sebaliknya? Jika tanggapannya malah sebaliknya, itu juga berpengaruh kepada hubungan kekeluargaan mereka, bagaimanapun mereka berdua adalh sepupu bukan? Dan ini resto milik Ridwa, dia tidak mungkin bisa melakukan apa yang dia m
Seorang ustadz masuk kedalam rumah milik pasangan pasutri yang tak lain adalah Wirda dan Ridwan, ustadz tersebut dibawa oleh pembantunya, yang mengira salah satu majikannya ketempelan dan membawa pulang setan ke dalam rumah.Saat baru sampai di depan gerbang, ustadz yang bernama Hanif tersebut sudah merasakan aura gelap, dan saat dia masuk, ternyat aura di dalam rumah semakin kelam. Ustadz Hanif berkeliling rumah lusa tersebut, dari dapur, ruang keluarga sampai taman belakang, dia berkeliling sambil membaca doa ruqyah.“Boleh saya naik ke lantai dua?”“Oh, boleh. Silahkan Pak Ustadz.”Tanpa berlama-lama lagi ustadz tersebut pergi ke lantai atas.“Astagfirullah, aku mersakan jiwa yang teramat kelam disini, rasa lapar dan dendam.”Dia membuka kamar yang menurutnya ada sesuatu di sana, ya, kamar tersebut adalah kamar milik Wirda dan Ridwan. Pandangannya langsung tertuju ke atas lemari, tempat menimpannya benda keramat tersebut.“Sungguh, tipu daya iblis sangatlah kuat.” Gumamnya.Ustad
“Ada apa, Roy? Kenapa kau menyuruhku datang kemari?”“Aku bantuanmu, Rin,”Gadis yang dipanggil Rini menyipitkan matanya.“Tumben,” sinisnya sambil menyesap minumannya sedikit demi sedikit.“Kau ‘tak memesan makanan? Tenang, biar aku yang bayar.”“Kau mau menyogokku? Kamu tahu sendiri aku tak suka uang haram!” Rini melotot pura-pura marah.Roy berdecih. “Tak suka uang haram, jika sedikit,”“Eh?”“Iya, sih”Keduanya tertawa dengan leluconnya sendiri.“Manusia, ‘kan memang begitu, tak mau yang haram jika sedikit, tetapi jika banyak, yang haram pun di buat halal.”“Ok, ok. Aku kalah, lalu? Apa yang bisa aku bantu?”Roy mencongkan wajahnya kedepan “Aku mau pinjam kunci salon Mbak Wirda sebentar” ucapnya berbisik.“Hah?!” Rini terkejut.“Pelankan suaramu! Apa aku harus memberikanmu pengeras suara, atau toa yang digunakan masjid sekalian? Biar semua orang dengar!”“Maaf, maaf. Tapi kau buat apa?”“Ada misi yang harus di selesaikan, dan misi ini sangat penting,”Rini juga mencondongkan tubuh