Share

7.Debaran Yang Memperdaya

   Angin yang berembus memaparkan rasa dingin menyentuh tulang. Langit gelap gulita namun, bintang dengan setia menemani sang rembulan. Angin seraya menyapa pepohonan yang berdiri kokoh menjulang. Terdengar dedaunan yang terseok, bergemerisik. Rere tertidur dengan pulas bersama Nayla. Belaian mimpi menghantarkan lelapnya hingga mereka tidak menyadari, derik pintu terbuka. Menyembullah sesosok lelaki dari balik pintu, mengendap-endap masuk. Mendekat ke arah Rere, lelaki tersebut berjongkok di samping ranjang. Netranya menatap dalam seorang gadis yang tertidur. Wajah mendamaikan yang terpejam itu membuat ingin membelai. Malu-malu tangan nakal tersebut membelai halus pipi Rere.

    Tangan dingin yang menyentuh, membuat Rere mulai terusik. Mata Rere perlahan terbuka, dia terkejut, jantung berdebar seperti ingin melompat dari tempatnya. Rere hendak berteriak tapi sebuah tangan berotot membekapnya. Lebih mengejutkan lagi Rere seperti melihat Kenzo. Mata gadis tersebut melebar seketika. Antara rasa percaya dan tidak.

    "Jangan berteriak, aku akan lepas," suara Kenzo berbisik terdengar nyata. Rere menjawab dengan anggukan.

   "Bagaimana Abang bisa berada di sini," balas Rere ikut berbisik. Dia menyentuh dadanya, jantung masih cukup cepat berdetak.

    "Edzard yang memberitahu aku, bisa geser sedikit ke tengah nggak? Aku ingin ikut tidur," ucap Kenzo.

   "Abang gila ya?" pekik Rere  beringsut bangkit dari tidur.

    Dengan tergesa dan hati-hati Rere menarik tangan Kenzo ke luar kamar. Debaran jantungnya kembali berpacu cepat, bergemuruh meletup-letup. Rasa bahagia menggelora bersua dengan kekasih tercinta. Mereka berjalan beriringan ke ruang tengah. Tempat di mana Kenzo dan Edzard tadi berada. Ke duanya duduk berdampingan. Saling menatap, senyum mengembang di bibir mereka. Lukisan kebahagiaan nampak jelas terlihat.

    "Sebenarnya aku tidak ingin membangunkan kamu tidur. Tapi aku ingin sekali melihat wajah kamu," ujar Kenzo membelai pipi Rere. "Bibir kamu," lanjut dia mengecup ringan bibir gadisnya. "Dan semua yang ada pada diri kamu," imbuhnya berbisik di telinga.

   Rere memejamkan mata kala hembusan napas Kenzo menggelitik telinga. "Rere juga kangen Abang," jawab gadis itu manja. Keduanya berpelukan lama.

   Kenzo lalu menarik tangan Rere, membimbingnya agar gadis tersebut duduk di pangkuan menghadap ke arah Kenzo. Rere yang tak keberatan mengikuti saja apa yang di lakukan sang pujaan hati. Keduanya berhadapan dan berpelukan kembali. Seperti tidak ada jarak di antara ke duanya. Rere mendekap kepala Kenzo tepat di tengah bukit kembarnya. Debaran jantung tak beraturan terdengar jelas oleh Kenzo.

    Lelaki tersebut tidak dapat menahan gelora yang membuatnya gusar, di tarik kepala Rere agar mendekat ke arahnya, sebuah ciuman panas, yang lebih memikat dari pertama mereka lakukan. Saling menuntut, dan membelai. Tangan Ken dengan cekatan membuka kancing baju bagian atas milik Rere. Untuk kemudian menelusup ke dalam membelai, mencengkeram dengan lembut daging kenyal di dada Rere. Mereka berhenti berciuman, dengan napas terpotong-potong seperti habis berlari jauh. Rere mengulas senyum, membelai rambut Kenzo. Menikmati setiap sentuhan tangan berotot tersebut. Gadis itu menggigit bibir bawahnya sendiri, menahan sensasi sejuta rasa.

    Tubuh Kenzo semakin memanas, dia menekan tubuh Rere tepat di atas miliknya. Dengan garang bibirnya menjelajahi leher Rere hingga leher putih mulus itu basah akan saliva miliknya. Bibir dan lidah nakal lelaki itu bergerilya menciumi naik, turun dan sesekali mendarat pada gundukan kenyal bergantian. Menyesap ujung gundukan itu bergantian. Rere memejamkan mata, jemari lentiknya semakin mencengkeram kepala Kenzo. Tangannya masih menekan tubuh Rere, gadis manis itu sesekali tersenyum dalam lengguhan yang membuat Kenzo semakin membara. Sesuatu yang meledak di tubuh Rere terasa di bawah sana. Gadis itu melengkungkan tubuh ke belakang. Kenzo tersenyum menatap Rere.

    Jika saja saat ini Kenzo tengah bersama wanita lain. Dia pasti telah membenamkan dirinya. Menikmati lautan cinta surga dunia. Kenzo merangkum wajah Rere yang masih terasa panas. Dirinya semakin mulai besar, sesuatu yang mendesak di bawah sana meminta di tuntaskan. Tangan berotot Kenzo menekan tubuh Rere.

    "Rere," bisik Kenzo. Tidak berapa lama terasa kedutan dari milik Kenzo yang Rere duduki. Tangan Kenzo mulai mengendur, napasnya terasa berat, badannya memanas. Lelaki itu kembali mencium bibir Rere dengan lembut.

    "Maaf Re," ujar Kenzo tertunduk. "Hampir saja kebablasan," keluhnya dalam hati.

    Rere merangkum wajah Kenzo, dia tersenyum. "Rere cinta sama Abang Kenzo," ujarnya.

    "Kau menyukainya?" tanya Kenzo menekankan keningnya pada kening Rere.

    "Iya, ini sangat menakjubkan," jawab Rere jujur. Keduanya kembali berpangutan bibir, di sisa-sisa tubuh yang mulai melemas.

    "Sebaiknya kamu kembali ke kamar, aku takut Nayla mencari kamu," saran Kenzo tersenyum. Rere menjawab dengan anggukkan. Keduanya terkekeh, kala netra mereka saling menatap, padahal tidak ada yang lucu sama sekali.

    Kenzo mengangkat tubuh sang gadis, membopongnya menaiki tangga, dan menurunkan tepat di depan pintu kamar.

    "Selamat malam Abang," suara Rere terdengar lembut.

    "Selamat malam, jangan lupa kunci pintu, jangan sampai aku menerobos masuk lagi," ucap Kenzo membuat keduanya terkekeh. Rere menganggukan kepala. Dia berjalan masuk dan bergegas menutup pintu.

      Debaran rasa yang benar-benar membuatnya bahagia. Rasa indah, layaknya bunga mawar yang merekah. Tiada kata yang mampu melukiskan gambaran keindahannya. Dapat di rasa tapi tidak berwujud. Rere masih berdiri, menyandarkan punggung pada pintu. Rasa jatuh cinta membuatnya menginginkan segala keindahan yang baru saja ia rasa. Dia merapa lehernya sendiri, senyum tersingging kala tangannya menyentuh dada. Jantung yang tidak dapat berbohong itu masih berdebar tidak beraturan. Rere menyentuh bibirnya sendiri yang sedikit perih. Lumatan yang ia dapat berulang kali tidak membuat Rere bosan. Rasa ingin lagi dan lagi mengulanginya. Bibir sexy Kenzo begitu membuainya. Rere masih ingat benar benjolan di bawah sana yang ia duduki. Milik Kenzo yang menegang dan berkedut beberapa kali, terasa begitu nyata meski terhalang pakaian masing-masing. Gadis itu menghela napas panjang berulang kali, memegangi pipinya yang memerah.

     "Astaga, apa yang aku pikirkan? Kenapa aku menjadi semesum ini," keluh Rere menepuk-nepuk kepalanya sendiri.

     Dia berjalan ke arah ranjang dan membaringkan tubuh lemasnya. Debaran yang memperdaya memaksa Rere mengingat Kenzo kembali. Rere membalikkan badan ke arah samping. Dia mengingat Kenzo yang berjongkok di lantai, menatap dirinya tadi. Gadis cantik itu tertawa tertahan. Dia lalu menarik selimut dan menyembunyikan diri di baliknya. Berharap kegelapan itu mampu membawanya bermimpi indah.

     Di rumah yang sama, di ruang tengah. Kenzo masih terlihat berdiri memandang jendela. Di luar sana nampak gelap. Lelaki itu tersenyum dan sesekali tertawa kecil. Rasa yang begitu membuatnya seperti orang gila. Kenzo sendiri tidak pernah menyangka akan tergila-gila seperti ini kepada seorang gadis dengan usia terpaut jauh di bawahnya. Sikap dingin yang membuatnya terlihat berkarisma tuntuh sudah. Kini yang tertinggal seorang Kenzo dengan kebodohannya.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Youe
baca dari awal bab ceritanya bagus sukses lanjut kak ...️ akunku dua quora ...
goodnovel comment avatar
Nazwatalita
Woowww .....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status