Alhamdulillah Godaan Memikat season 3 selesai, tenang belum tamat y, akan ada bab spesial. Sekalian untuk pengumuman giveaway Yang beruntung dapat giveaway dengan share vote gem lebih dari 15 dan komentar rutin, selamat untuk 1.Nurul Laili Mufidah 2.Mida Daningsih 3.Moch Maulana 4.Miu Maria Ulfah 5.Kiki Sulandari 6.Setiawan Sila konfirmasi via dm @lovely_karra atau inbox efbi Nara (Admin author KarRa)
Larisa dan yang lain menoleh ke arah suara, gadis cantik mengenakan dress putih tanpa lengan setinggi lutut. Rambut panjang blonde tergerai, di mana topi pantai menghias kepala. Senyum merekah mendebarkan jantung kaum adam yang melihat, tubuh mungil berkulit seputih susu membuat dunia Delon serasa terhenti. Bak disuguhkan bidadari cantik turun dari langit. "Hai, Cariline," sapa Larisa. Yah, gadis itu Caroline Zeroun, putri tunggal Axelle Zeroun dari kota B. "Boleh aku bergabung, Kak?" tanyanya. "Boleh sekali, silakan cantik," ujar Elizabeth sumringah. "Perkenalkan dia Caroline," kata Larisa. "Aku Elizabeth," ujarnya. Derit kursi berbunyi, Caroline duduk di kursi dekat Delon. Pemuda itu masih melongo, Elizabeth yang melihat menutup mulut sahabatnya. "Lap tuh iler yang hampir menetas!" kelakar Elizabeth. "Hai, bidadari cantik aku Delon," kata pemuda itu berganti mengulurkan tangan. Caroline menyambut dengan bahagia. "Sepertinya aku j
"Rafael Kenzo!" teriak Maya hilang kesabaran. "Kau, apa yang kau lakukan. Ini tidak seperti yang kita sepakati, brengsek!" pekik Maya. "Bergantilah pakaian, orang tuaku akan kemari beberapa saat lagi." Pemuda itu mengabaikan umpatan Maya. Wanita tersebut frustrasi sendiri dibuatnya. Yeah, pemuda yang bersama Maya adalah Rafael, rasa cinta pada Larisa mungkin tidak mampu dia paksa, perbedaan keyakinan menjadi jurang pemisah sebelum rasa tersebut diungkapkan, miris memang, namun apa daya. Dalam suatu kesempatan Rafael mendapati Maya berada di antara Larisa dan Aarav, jika mengikuti ego, ingin sekali membiarkan. Namun, pemuda tersebut tidak akan pernah sanggup untuk melihat Larisa menderita. Rafael dan Kenzo sama-sama pernah terluka dengan perasaan cinta berbeda keyakinan. Satu hal pasti, ketika Kenzo mendapati putranya, berhubungan dengan wanita. Sang ayah tidak langsung menghakimi, dia lebih memilih untuk melihat apa yang sebenarnya. Saran dari Kenzo hanya satu, d
Elizabeth, Larisa beserta sang suami juga Delon baru selesai sarapan. Mereka keluar restoran menatap ke arah lautan lepas sembari membicarakan hal-hal yang hendak dilakukan untuk menghabiskan siang ini. Masih ada waktu dua hari berlibur ke tempat tersebut. Senyum sumringah Larisa dan Aarav membuat iri bagi para jomlo yang lihat. Termasuk Elizabeth dan Delon, pemuda tidak sengaja yang masuk sarang macan dengan menyatakan cinta pada Caroline Zeroun. "Kalian mau ikut kami ke pulau itu?" tanya Aarav menunjukkan sebuah pulau tidak jauh dari tempat mereka. "Kami tidak mau jadi obat nyamuk," keluh Elizabeth. Aarav terkekeh, "Baiklah, kalau begitu aku akan membawa istriku sekarang, selamat bersenang-senang kalian." Tanpa kasihan Aarav mengatakan. Lelaki itu mengangkat tubuh sang istri menggendong ala bridal. Delon dan Elizabeth menggeleng, terlihat menggelikan perbuatan monster kutub utara yang sok manis. Walau sebenarnya dia sedang berusaha manis demi sang istri, nampakn
Apa yang akan kalian lakukan jika tahu wanita yang kalian cintai menyerahkan kesucian pada lelaki lain. Hidup dalam bayang-bayang seseorang memang sangat menyakitkan. Terlebih jika apa yang kita miliki itu terasa terampas. "Katakanlah siapa lelaki yang telah mendahuluiku, siapa yang merenggut kesucianmu Helene?" Aku mencoba meredam amarah menatap kekasih yang saat ini dalam keadaan setengah telanjang. Rambut wanita cantik itu terlihat acak-acakan, beberapa bekas tanda merah dariku di leher dan dada terlihat jelas. "Edzard, aku …." Helene tindak melanjutkan ucapan. Aku bangkit berdiri dari atas tempat tidur, rasanya ingin sekali mengamuk. Wanita yang aku harapkan menjadi istriku tidak mampu menjaga kesuciannya, menyakitkan lagi bukan aku yang mengambil melainkan orang lain. "Kami tidak melakukan dengan sadar Edzard, beberapa kali …." Kalimat Helene kembali terhenti. "Beberapa kali bukan hal tidak sadar, Helene, tetapi kau memang menginginka
Siang yang begitu panas, tidak menyurutkan rasa menggelora untuk saling memberi dan menerima. Peluh mengucur dari tubuh mereka, keduanya masih terlarut dalam samudra kenikmatan dunia. Memperdaya, menghanyutkan, ketika dua tubuh lelaki dan perempuan menyatu. Bergumul untuk menyelesaikan desakan yang menuntut untuk segera diselesaikan. Secara naluri rasa yang memperdaya, rasa tidak pernah terpuaskan untuk melakukannya lagi dan lagi. Mencengkeram, dan tercekat terasa membelit sekujur tubuh. Erangan bersahutan menggema di sebuah kamar kedap suara tersebut. Gerakan yang halus, penuh penghayatan terkadang menjadi brutal, cepat, menggelitik tubuh wanita di bawahnya. Membuat melayang terbang sampai langit ketujuh. Menginginkannya lagi dan lagi tanpa rasa malu. Kedua tangan lentik itu meraih punggung mencengkeram membuat sang lelaki mendekap, menekan. Gunung kembarnya terasa tertekan pada dada bidang maskulin si pria. Meresapi bagian bawah sana yang berkedut. Terisi bagian sensitif si pri
Sayup-sayup angin berhembus membelai dengan mesra. Menerbangkan dedaunan kering, di antara sekian banyak orang berlalu lalang, terdapat dua lelaki tampan bak supermodel. Tubuh sixpacknya tertutup rapat di balik setelan jas yang mereka kenakan. Wajahnya mulus seperti perosotan tanpa noda. Hidung mereka mancung, mungkin bisa digunakan burung gereja bertengger. Banyak orang yang tidak tahu jika usia mereka sudah hampir menginjak kepala 3. Wajah memperdaya, yang menyamarkan usia terlihat lebih muda, menawan. Kedua sahabat berbeda karakter tersebut, masih asik berucap, saling melempar kata pedas, menjatuhkan satu sama lain, mengorek kelemahan masing-masing dari lawan bicara. Tanpa mereka sadari dua bidadari cantik memakai set kebaya orange dan yang paling putih berseri menggenakan kebaya merah datang menghampiri. "Kalian berdua mirip homo, Bang, mataku terkontaminasi melihatnya," celetuk seorang gadis. "Nayla, please.
Seperti pangeran yang membawa pulang putri ke istana. Semua mata hanya tertuju kepada mereka berdua. Seorang lelaki tampan menggandeng gadis manis di sampingnya. Para asisten rumah tangga dan tukang kebun terbengong. "Akhirnya tuan muda membawa seorang gadis pulang ke rumah," salah seorang wanita berteriak ketika, sang pangeran dan putri memasuki rumah mewah tersebut. Wanita itu berlari girang, mengabarkan kabar gembira pada para teman seperjuangannya. Di dalam rumah, dengan sopan Rere menyapa seorang wanita paruh baya cantik, duduk manis di sofa, yang dipanggil Kenzo dengan sebutan mama. Bukan kata sambutan yang Rere terima, akan tetapi. Wanita tersebut malah berteriak. "Papa?!" teriak wanita itu hampir membuat Rere melonjak karena kaget. Seorang lelaki paruh baya yang masih memperl
Jantung Rere berdetak tidak beraturan, rasa bahagia dan terkejut bercampur menjadi satu. Seperti tetesan air yang jatuh di tanah tandus nan gersang. Memberi sedikit air untuk tanah kering keronta. Menyejukkan. "Rere juga mencintai Abang, tapi untuk menikah sekarang Rere belum bisa. Rere masih kuliah semester awal, kan," jawab Rere, bak gayung bersambut. Kapal cinta Rere dan Kenzopun berlayar, hati lelaki itu berbunga layaknya pemuda jatuh cinta di usia yang tidak lagi muda. Tergesa Kenzo melajukan mobil kembali, keluar dari jalan tol, masuk ke dalam sebuah gang, tidak berapa lama mobilnya berhenti melaju, di sebuah rumah kecil asri. Kenzo membunyikan klakson, tidak berapa lama satpam membuka pintu gerbang. Rumah itu berlantai dua, cukup luas, tapi lebih kecil dari rumah yang pertama Rere kunjungi. "Bukannya Abang akan mengantar Rere pulang," tanya Rere, kala Kenzo membimbingnya ke luar dari mobil