Home / Urban / Godaan sang tante / Bab 6 kissme

Share

Bab 6 kissme

Author: TnaBook's
last update Last Updated: 2025-02-15 09:05:13

"Oouuhhh... ssshh...!"

Revan berhenti sejenak di depan pintu kamar Elma.

Suara era Ngan itu semakin jelas dan menggelitik telinga Revan.

Lelaki itu mendekat ke arah pintu untuk mendengarkan dengan seksama. Suara itu samar tapi cukup jelas baginya. Era ngan seorang wanita yang seolah tengah melakukan adegan percintaan dan sangat menikmatinya.

Alisnya mengernyit. Tidak mungkin ada orang lain di dalam kamar Elma, pikirnya. Ia tidak melihat siapapun masuk ke dalam kamar itu selain Elma.

"Mama mungkin Mang Darman masuk ke kamar ini."

Revan tidak percaya jika penjaga vila itu yang tengah memuaskan Elma

Dibanding Mang Darman, dirinya merasa jauh lebih baik, lebih tampan dan lebih perkasa. Masa iya dirinya kalah sama Mang Darman.

Rasa penasaran langsung menguasai dirinya. Dengan langkah hati-hati, Revan mendekatkan tubuhnya ke pintu. Ia menempelkan telinganya ke permukaan pintu kayu itu, mencoba memastikan apa yang baru saja didengarnya.

"Oouuh... yeeaahh..." Suara itu masih terdengar. Era ngan itu berasal dari mulut Elma.

Jantung Revan berdetak lebih cepat. Ia tahu tidak seharusnya mencampuri urusan pribadi Elma, apalagi mencoba menguping. Namun, rasa penasarannya mengalahkan akal sehatnya. Ia melirik ke arah sekitar, memastikan tidak ada orang yang melihat, lalu menunduk untuk mengintip melalui lubang kunci.

Apa yang dilihatnya membuat tubuhnya menegang.

Di dalam kamar, Elma sedang duduk di atas tempat tidur dengan matanya terpejam, jemari tangannya sedang memainkan area sensitifnya sendiri.

Ini sungguh gila. Seorang Elma yang dingin tengah memuaskan dirinya sendiri. Kenapa bisa begitu?

"Kenapa nggak minta bantuan gue sih?" gerutu Revan merasa tidak berguna. Elma memilih menggunakan tangannya sendiri padahal ada dia yang bisa dimintain tolong.

Revan menelan ludah, merasa canggung sekaligus merasakan celananya yang semakin sesak. Si Otong semakin tegang dan meminta untuk dipuaskan. Namun tidak mungkin dia masuk ke kamar majikannya itu.

"Hei! Sedang apa kamu di situ?" Sebuah suara tiba-tiba mengusik ketenangan Revan.

Suara Mang Darman dengan langkah cepat mendekatinya.

"Kamu ngintip ya!" Pria paruh baya itu melotot ke arah Revan dengan tatapan dingin.

"Nggak Pak." Revan dengan cepat menegakkan tubuhnya. Ia terlihat tegang dan berdiri menghadap ke arah Mang Darman yang marah.

"Jangan kurang ajar kamu. Berani-beraninya mengintip Nyonya." Tangan keriput Mang Darman meraih kerah baju Revan. Pria itu ingin menghajar Revan karena telah berani berbuat hal kurang ajar pada majikannya itu.

Namun tiba-tiba, pintu kamar Elma terbuka.

Seketika gerakan tangan Mang Darman terhenti di udara.

"Ada apa ini?" tanya Elma yang merasa kesenangan terganggu karena keributan ini.

"Nyonya, anak muda ini telah berbuat kurang ajar.

Dia baru saja mengintip Nyonya dari lubang kunci," jelas Mang Darman dengan lantang.

Alis Elma berkerut. Ia menoleh ke arah Revan yang memucat.

"Apa benar begitu Revan?" Tatapan tajam Elma seakan ingin mengulitinya.

Revan merasa kalau riwayat pekerjaannya akan tamat hari ini. Elma pasti akan memecatnya gara-gara ini.

"Jawab!!!" Elma marah karena Revan diam saja.

"Ma-maafkan saya Bu." Revan tertunduk pasrah.

"Saya melihatnya sendiri Nyonya. Anak muda ini benar-benar tidak sopan." Mang Darman menggeleng-geleng.

Revan mencibir dalam hati. Coba saja tadi Mang Darman dengar suara desa han Elma, ia yakin pria tua itu juga akan mengintipnya.

"Pria ini tidak pantas jadi sopir pribadi Nyonya."

Mang Darman mulai memprovokasi.

Revan mengepalkan tangannya. Benar-benar kompor meleduk Mang Darman ini. Tapi ia juga tidak berani mengelak karena ia memang merasa bersalah.

"Mang Darman tolong tinggalkan kami." Tak disangka Elma malah menyuruh pria paruh baya itu pergi.

Mang Darman sedikit kecewa karena gagal melihat Revan diusir langsung oleh Elma.

"Baik Nyonya." Pria itu mengangguk dan dengan cepat pergi meninggalkan Revan dan Elma.

Sepeninggalan Mang Darman, terlihat Elma menatap tajam ke arah Revan dan tiba-tiba saja....

PLAK!!!

Satu tamparan keras melayang mendarat di pipi Revan.

"Ajriit!" Revan mengumpat dalam hati karena baru kali ini ia kena tampar seorang perempuan.

"Beraninya kamu mengintip saya!" Elma melotot. Ia terlihat kesal sekaligus malu.

"Ma-maafkan saya Bu?" Revan tidak berani membalas tatapan Elma. Ia merasa sangat bersalah pada perempuan itu.

"Aaarrgh...!" Elma mengacak rambutnya sendiri. Ia menatap kesal pada Revan tapi ia tidak ingin memecat lelaki itu. Ia masih membutuhkannya.

"Lupakan apapun yang kamu lihat. Dan jangan

coba-coba menceritakannya pada orang lain atau aku akan menghabisimu!" Ancam Elma dengan wajah serius.

"Jadi saya nggak dipecat Nyonya?" tanya Revan dengan sedikit lega.

"Memangnya kamu bisa mengembalikan uang seratus juta yang saya kasih ke kamu?" ketus Elma.

Revan menggeleng. Bisa mampus ia jika Elma

meminta uang itu lagi. Hampir 20 juta uang itu telah ia

pakai. Darimana ia harus mengganti uang tersebut.

"Baik Bu. Saya akan tutup mulut." Revan memberi isyarat yang menandakan dia akan mengunci mulutnya.

"Kalau begitu pergilah." Elma mengira tangannya untuk mengusir Revan dari hadapannya.

Tak ingin menunggu lama, Revan segera pergi dari hadapan Elma. Ia menghela napas lega karena Elma tidak sampai memecatnya.

Waktu hampir menunjukkan pukul satu dini hari saat Revan mendengarnya pintu kamarnya diketuk pelan dari luar.

Revan yang baru saja memejamkan matanya merasa terganggu dan menggerutu pelan. Ia mengira kalau Mang Darman akan mencari masalah lagi dengannya.

Namun saat ia membuka pintu, Revan terkejut karena melihat Elma berdiri dengan tubuh sempoyongan.

Ia langsung jatuh dalam pelukan Revan dengan aroma alkohol yang menguar kuat.

"Bu Elma?!" Revan kaget dan segera menopang tubuh Elma agar tidak sampai jatuh.

"Dia brengsek! Aditya sialan!" Elma meracau.

Revan tidak ingin menarik perhatian dan membangunkan Mang Darman. Ia pun segera membawa masuk Elma ke dalam kamarnya.

"Revan apa menurutmu aku kurang cantik? Aku kalah cantik dibanding Arumi?" tanya Elma dengan kedua matanya yang sayu.

"Bu Elma, tenanglah. Bu Elma sangat cantik. Hanya pria bodoh yang tidak menyadari kecantikan Bu Elma." Revan menatap miris.

Elma termasuk wanita sempurna. Dia cantik, kaya dan pintar. Dia CEO di perusahaannya. Adityanya saja yang bodoh, menyia-nyiakan wanita sebaik Elma.

Elma tersenyum samar. Ia merebahkan dirinya ke atas kasur dan itu otomatis menarik tubuh Revan hingga hampir jatuh di atas tubuhnya.

"Tapi dia menolakku Revan. Dia lebih memilih Arumi dibanding aku," rengek Elma seperti anak kecil.

"Jadi nama perempuan selingkuhan suaminya Elma adalah Arumi?" Seketika Revan teringat pada wanita yang ia lihat di area parkir kantor Elma beberapa hari yang lalu.

Seorang wanita cantik yang mencium Aditya tanpa malu lagi. Ia pikir Elma tidak kalah cantik dari wanita itu.

Di matanya Elma bahkan jauh lebih cantik dari Arumi.

Revan menatap iba pada wajah Elma yang merona merah efek alkohol. Bahkan terlihat bulir bening dari sudut matanya. Revan bisa merasakan rasa sakit yang pastinya Elma rasakan malam ini.

"Apa yang bisa saya bantu untuk meringankan beban Ibu?" tanya Revan. Hatinya tergerak untuk membantu perempuan malang itu.

Elma tersenyum getir. Ia bangun dan duduk berhadapan di atas tempat tidur. Revan terlihat tegang saat Elma mengalungkan tangan di lehernya. Bibir sensual Elma terlihat begitu menarik saat terbuka sedikit seperti itu.

"Cium aku Revan..." pinta Elma tiba-tiba.

Revan terdiam sejenak memastikan kalau ia tidak salah dengar.

"Apa kamu juga menolakku?" Mata Elma terlihat menyedihkan saat Revan yang masih bergeming tidak melakukan apa yang dia minta.

"Hanya lelaki bodoh yang menolak wanita secantik Ibu." Tanpa ragu lagi Revan mendekatkan bibirnya pada bibir ranum Elma.

Aroma alkohol menguar tapi siapa yang akan peduli hal itu. Ini kesempatan langka yang tidak boleh ia sia-siakan. Kapan lagi bisa mencium bibir wanita cantik yang sudah membuat hatinya berdebar sejak pertama mereka bertemu.

Revan melu mat bibir sen sual itu dengan sangat lembut. Sementara Elma terlihat memejamkan matanya.

Sangat menikmati sentuhan lembut bibir pria di hadapannya itu.

Namun tiba-tiba saja Elma melepaskan tautan bibir mereka. Membuat Revan ketakutan jika saja Elma marah padanya.

Elma berjalan mundur beberapa langkah dan kejadian di detik berikutnya sungguh tidak pernah Revan duga....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Godaan sang tante   Bab 90

    "Baiklah, Gading. Silakan ucapkan janji pernikahanmu kepada Karina." "Karina, di hadapan Tuhan dan semua orang yang kita cintai di tempat ini, aku berjanji untuk mencintaimu dengan sepenuh hatiku. Aku akan menjadi suami yang setia, sahabat yang selalu mendukungmu, dan pelindung dalam setiap keadaan. Aku berjanji untuk mencintaimu dalam suka dan duka, dalam kesehatan maupun sakit, dalam keberlimpahan maupun kekurangan. Aku akan selalu ada di sisimu, membangun hidup bersama, dan menjadikanmu prioritas utamaku. Dengan cinta ini, aku berjanji untuk menghormati, melindungi, dan mencintaimu sampai maut memisahkan kita," ucap Gading dengan lantang dan penuh keyakinan. "Karina, sekarang giliranmu untuk mengucapkan janji pernikahan kepada Gading." Pandangan Pendeta beralih pada Karina. "Gading, di hadapan Tuhan dan semua orang yang kita kasihi, aku berjanji untuk mencintaimu dengan sepenuh hatiku. Aku berjanji untuk menjadi istri yang setia, teman

  • Godaan sang tante   Bab 89 Malam Pertama Yang Sangat Berbeda

    "Aaahhh... Sayang... Kenapa ini enak sekali?" Badru merem melek ketika mereka melakukan penyatuan. Ini malam pertama yang sangat berbeda dari biasanya. Badru merasa ada yang berbeda dari Dinda. Milik Dinda terasa lebih rapat dari biasanya. "Kamu suka Sayang?" tanya Dinda sambil memandangi wajah Badru yang keenakan. "Suka sekali Sayang. Milikmu lebih legit dari biasanya. Apa kamu melakukan perawatan khusus?" tanya Badru sebelum melumat bibir ranum Dinda. "Iya Sayang... aku melakukan treatment khusus untuk membuat kamu bahagia dan membuat momen indah ini tak akan terlupakan." Dinda tersenyum bahagia. "Terima kasih Sayang." Badru tersenyum senang karena Dinda tahu apa yang ia lakukan. Badru bergerak tak terkendali di atas tubuh Dinda yang begitu indah. Sudah hampir dua bulan lebih mereka memang sengaja menahan diri untuk tidak melakukan pertempuran ini dan malam ini keduanya mencurahkan semua keri

  • Godaan sang tante   Bab 88

    merasa Perkataan Elma berhasil membuat Karina tersenyum lagi. la beruntung memiliki sahabat seperti Elma yang selalu tahu cara menghiburnya.Setelah sesi fitting selesai, Karina dan Elma melanjutkan aktivitas mereka dengan memilih souvenir untuk pernikahan. Mereka menghabiskan waktu cukup lama di toko-toko souvenir, membandingkan berbagai pilihan. Karina ingin souvenir yang unik, tetapi tetap sederhana dan bermakna.."Akhirnya satu lagi selesai. Rasanya persiapan pernikahan ini seperti tidak ada habisnya!" ucapnya sambil tertawa kecil.Setelah semua selesai, Karina merasa lega."Memang begitulah rasanya. Tapi kamu akan merindukan semua keribetan ini suatu hari nanti." Elma ikut tertawa."Aku tidak sabar menunggu hari itu, Elma. Hanya satu minggu lagi, dan semuanya akan berubah. Aku akan menjadi istri Gading, dan kami akan memulai hidup baru bersama." Karina tersenyum, menyadari kebenaran kata-kata Elma.Setelah semua urusan selesai, Karina mengajak Elma makan siang di sebuah restoran

  • Godaan sang tante   Bab 87

    Langit sore itu mendung, awan kelabu menggantung seolah turut berduka atas kepergian Rio. Suasana pemakaman terasa sunyi, meski hari telah berlalu sejak Rio dimakamkan.Di sudut yang sepi, seorang wanita berjalan tertatih menuju pusara yang masih basah. Itu adalah Arumi. Tubuhnya kini tampak lebih kurus, wajahnya yang dulu penuh percaya diri kini memancarkan kehampaan. Kakinya yang pincang menjadi pengingat dari kecelakaan yang mengubah hidupnya selamanya.Arumi jatuh bersimpuh di depan nisan Rio. Tangannya yang gemetar menyentuh batu nisan yang dingin. Air matanya mengalir deras, membasahi pipinya yang pucat. "Rio... maafkan aku," gumamnya lirih, hampir tak terdengar.Rio, lelaki yang ia cintai itu, kini telah pergi untuk selamanya. Kepergiannya menjadi pukulan telak bagi Arumi. Dia tahu bahwa kematian Rio adalah akibat dari ambisinya yang buta. Rencana balas dendam yang ia susun terhadap Elma telah menyeret Rio dalam konflik yang berakhir tragis."Aku bodoh... aku egois... Aku hanya

  • Godaan sang tante   Bab 86

    Aditya terisak mendengar kata-kata ibunya. la menatap wajah wanita yang telah melahirkannya itu, melihat kelelahan yang terukir di sana tetapi juga merasakan ketulusan yang begitu besar."Mama, terima kasih. Terima kasih sudah selalumendukungku, bahkan di saat-saat sulit seperti ini. Aku janji, Ma. Aku akan bangkit. Aku akan membuat Mama bangga dan bahagia. Aku akan membangun kembali semua yang telah hilang, demi Mama dan Papa," katanya dengan suara bergetar penuh emosi.Mendengar janji itu, Nyonya Selly tersenyum lembut dan mengangguk. la merentangkan tangannya, mengajak Aditya untuk mendekat. "Sini, Nak. Peluk Mama," ujarnya dengan penuh kasih.Aditya mendekat dan memeluk ibunya dengan erat. Pelukan itu bukan hanya pelukan biasa, melainkan pelukan yang penuh dengan kehangatan, kasih sayang, dan dukungan tanpa syarat. Air mata mereka berdua bercampur, mengalir bersama dengan perasaan haru yang melingkupi mereka."Aku beruntung punya Ibu seperti Mama," bisik Aditya di sela-sela isaka

  • Godaan sang tante   Bab 85

    Sore itu, Revan pulang kerja seperti biasanya. Setibanya di apartemen, ia disambut oleh suasana yang terasa berbeda. Elma duduk di sofa dengan wajah murung, jauh dari biasanya. Biasanya, Elma menyambut Revan dengan senyuman hangat atau cerita ringan tentang harinya, tetapi kali ini, ia hanya diam dan tampak tenggelam dalam pikirannya."Sayang?" panggil Revan sambil melepas sepatu dan jasnya."Kamu kenapa? Kok kelihatan nggak semangat gitu?"Elma mengangkat wajahnya, menatap Revan dengan mata yang sudah memerah karena air mata."Revan... Karina... Karina akan segera menikah dengan Gading," ucapnya pelan, suaranya bergetar.Revan mengerutkan kening, bingung melihat reaksi Elma yang tak biasa."Karina menikah? Itu kabar baik, kan? Harusnya kamu senang, Sayang. Tapi kenapa kamu malah murung?" tanyanya dengan lembut sambil duduk di sebelah Elma.Air mata Elma jatuh, mengalir deras di pipinya. Ia mencoba bicara, tetapi suaranya terputus-putus oleh tangisannya."Aku senang... tapi... aku jug

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status