Bayangan Deril: Penguasa Dunia yang Terlihat Miskin

Bayangan Deril: Penguasa Dunia yang Terlihat Miskin

last updateLast Updated : 2025-01-19
By:  AfifOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
13Chapters
204views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Deril, seorang jenderal perang terkemuka di Asia Tenggara, menjalani kehidupan yang bertolak belakang dengan reputasinya. Ia memilih untuk berpura-pura hidup sederhana dan tidak bisa diandalkan, jauh dari hiruk-pikuk kehidupan militernya demi melindungi istrinya dari incaran musuhnya ketika di medan perang meskipun harus menerima banyak cacian dari keluarga istrinya. Hal itu rela Deril lakukan sebagai bentuk balas budi kepada kakek istrinya yang telah menolong nyawa Deril ketika di medan perang.

View More

Chapter 1

Bab 1: Kehidupan Baru

Deril adalah pemuda biasa yang menjalani hidup di Kaba City, sebuah desa kecil di sudut Asia Tenggara.

Setiap pagi, ia bangun dengan merasakan hangatnya sinar matahari menyelinap melalui jendela.

Di sampingnya, Lina, istrinya yang cantik, berkulit putih seperti artis dari Korea, masih terlelap.

Selama lima tahun bersama, mereka membangun kehidupan sederhana di rumah yang dikelilingi kebun buah milik keluarga Lina.

Namun, kebahagiaan itu tak sepenuhnya sempurna. Suatu sore, keluarga Lina berkumpul membahas masa depan usaha perkebunan mereka.

"Kita butuh hasil produk perkebunan yang bagus, dan ditambah lagi, persaingan sesama pengusaha kebun semakin meningkat. Untuk itu, kita harus mengembangkan bisnis," kata Sari, ibu mertuanya, dengan nada serius. "Tanpa itu, kita tidak akan bisa bersaing."

Sintya, adik iparnya yang cantik dan mirip seperti Lina serta masih berseragam SMA, menambahkan, "Kalau saja kakak iparku bisa diandalkan dan bisa membantu, kita bisa memperluas lahan dan meningkatkan produksi. Namun sayangnya, dia tidak ada gunanya di keluarga ini." Deril mendengarkan, merasa semakin tertekan.

Ia tahu bahwa kemampuannya tidak ada dalam pandangan mereka.

Nenek Lin Lin, meski tua dan lemah, mengangguk setuju. "Benar. Anak muda harus berusaha. Keluarga kita membutuhkan dukungan untuk bertahan." Namun, setiap kata itu seolah menambah beban di pundaknya.

Deril merasa terjebak dalam penilaian keluarga Lina yang selalu merendahkan. Namun, Deril bersikap tenang.

“Deril, kita semua berharap kamu bisa lebih membantu,” kata Sari dengan nada sinis. “Kami tidak bisa terus menunggu harapan kosong.” Tiba-tiba, Lapenris, abang ipar Deril, menyela dengan suara lantang.

“Iya, Kakak. Kita butuh tindakan nyata, bukan hanya janji-janji. Jika kamu tidak bisa berkontribusi, lebih baik kamu cerai saja dari Lina.”

Deril merasakan darahnya mendidih. “Mundur? Jadi aku harus menyerah hanya karena kalian tidak melihat potensiku?” Deril berkata sambil tersenyum tipis.

“Karena itu kenyataannya,” jawab Lapenris dengan sinis. “Kau hanya menghabiskan waktu di sini. Jika kau ingin dihargai, buktikan bahwa kamu bisa melakukan sesuatu yang berguna.”

Sintya menambahkan, “Betul, Lapenris. Kita tidak bisa terus berharap pada seseorang yang tidak punya pengalaman. Kita semua berusaha keras untuk keluarga ini.”

Deril merasa semakin terpojok, namun tetap tenang dan memiliki aura yang tenang. “Aku telah banyak belajar! Aku hanya butuh kesempatan untuk menunjukkan apa yang bisa kulakukan.”

“Belajar? Dari mana kamu akan mulai?” tanya Lapenris, meragukan.

“Kau bahkan tidak tahu cara merawat tanaman dengan baik. Kami tidak bisa terus menunggu kamu mencari tahu.” Mendengar itu, Deril hanya tersenyum tipis.

“Aku bukan hanya seorang pemuda biasa. Aku adalah bagian dari keluarga ini, dan aku berhak untuk berkontribusi,” pikirnya. “Dan kalian tidak akan percaya akan statusku.”

Deril berkata dalam hatinya, jika saja mereka mengetahui statusku sebagai jenderal perang Asia Tenggara dan aku salah satu orang terkaya yang memiliki aset perusahaan investasi terbesar di dunia, pasti mereka akan berlutut di depanku.

“Bagian dari keluarga?” Lapenris mencibir. “Keluarga ini butuh orang yang bisa diandalkan, bukan hanya angan-angan.” Deril merasakan hinaan itu menembus jiwanya.

Namun dia tidak memperdulikannya; memang setiap kata yang keluar dari mulut Lapenris dan Sintya seakan menambah beban, terutama terhadap Lina yang bingung dan sedih mendengar Deril diperlakukan seperti itu.

Lina merasa hatinya hancur melihat suaminya diperlakukan seperti itu. Ia berdiri, menatap keluarganya dengan tegas.

“Cukup! Kalian semua terlalu keras pada Deril. Dia sudah berusaha sekuat tenaga untuk mendukung kita, dan kalian hanya merendahkan usahanya. Apa kalian tidak bisa melihat betapa kerasnya dia berjuang?”

“Lina, ini bukan tentang merendahkan,” jawab Sari dengan nada defensif. “Kami hanya ingin yang terbaik untuk keluarga kita. Deril perlu menyadari bahwa ada ekspektasi yang harus dipenuhi.”

“Ekspektasi?” Lina mengulangi, suaranya meningkat. “Dia bukan mesin yang bisa langsung memberi hasil. Setiap orang butuh waktu untuk belajar dan berkembang. Jika kalian terus meragukannya, bagaimana dia bisa merasa percaya diri untuk mencoba?”

Lapenris, yang merasa tersudut, mencoba membela diri. “Kami hanya realistis. Kami tidak bisa terus berharap pada seseorang yang tidak punya pengalaman.”

“Dan siapa yang menentukan ukuran pengalaman itu?” balas Lina, menatap tajam.

“Deril mungkin tidak memiliki latar belakang perkebunan atau pertanian, tetapi dia memiliki semangat dan tekad. Itu lebih berharga daripada sekadar pengalaman yang kalian anggap penting.”

Deril menggenggam tangan Lina dengan lembut, mencoba menenangkan gelombang emosi yang melanda istrinya.

“Lina, jangan biarkan kata-kata mereka menghancurkan semangatmu. Aku tahu mereka merendahkanku, tetapi aku tidak akan membiarkan itu membuatku merasa tidak berguna. Aku punya rencana,” ujarnya, berusaha menunjukkan keyakinan meski hatinya bergetar.

“Tapi, Deril, mereka terus menganggapmu tidak mampu. Aku merasa frustrasi melihatmu diperlakukan seperti itu,” balas Lina, air mata mulai menggenang di matanya.

“Kau layak mendapatkan dukungan, bukan hanya cemoohan.”

Deril menarik napas dalam, menatap mata Lina dengan tulus dan berkata dalam hati, “Aku tahu statusku di sini, dan aku sudah berjanji padaku sendiri bahwa suatu saat, aku akan membuktikan siapa diriku sebenarnya. Ketika saatnya tiba, kau akan melihat bahwa aku lebih dari apa yang mereka bayangkan.” Dan jika bukan karena kakek Lina yang menemaninya saat berperang di Asia Tenggara dan Lina, istrinya yang dia cintai, maka dia tidak akan mau membantu keluarga ini.

Tak lama setelah diskusi itu, Sintya, yang ingin pergi jalan-jalan bersama teman-temannya, melontarkan komentar sinis.

"Kakak ipar yang tidak berguna," ujarnya, seolah Deril adalah penghalang impiannya.

Deril menahan napas, hatinya teriris. Setiap ejekan membuatnya semakin merasa kecil, namun ia tidak peduli akan semua ejekan tersebut. Bahkan, Deril ingin membantu keluarga Lina agar terhindar dari kebangkrutan.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
13 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status