Share

Noda Darah

Author: Quora_youtixs
last update Last Updated: 2022-02-25 16:24:46

Adrian terbangun karena mendengar suara berisik di dekat telinganya. Napasnya tersengal berkali-kali terasa sesak. Perutnya terasa mual mau muntah. Perlahan dia membuka mata. Dan di depannya ada Wandi yang sedang memencet hidung Adrian dengan mulut mengaga bau.

“Anjir, lu ngapain mencet hidung gue? Kurang asem awas lu, gue tinggalin lu di sini tau rasa! Ngapain lu? Woiii ... sakit tau!”

“Heh, lu yang ngapain tidur di sini?”keluh Wadi kesal. Dia sudah satu jam menyusuri jalan gelap mencari Adrian.

Wandi berteriak kencang di telinga Adrian yang berusaha mendorongnya. Adrian yang sedang kesal dengan Wandi akhirnya berdiri, dan melihat sekeliling. Matanya membola seakan mau loncat dari sarangnya. Adrian berulangkali menggelengkan kepalanya dan melihat ke arah Wandi yang asyik memainkan kunci motornya. Ingatannya kembali kepada kejadian pagi tadi yang membuatnya dapat berkenalan dengan Hesta. Gadis yang cantik dan menggoda di matanya.

“Hesta ... Hesta ....!”

Wandi memegang dahi Adrian yang masih terlihat linglung. Melihat Adrian kalang kabut, celingukan nggak jelas membuat Wandi semakin bingung, "Woi, lagi nyati siapa lu, balik yok," ucap Wandi sambil memegang dahi Adrian yang terlihat linglung.

“Lu mo apa?” Adrian menatap tajam kepada Wandi.

”Bisa bonceng gue? Anak kecil sok-sok an naik sepeda motor. Sini kuncinya! Eh ... tapi kenapa gue ada di sini? Hesta mana?” Dan terpaksa Wandi mendorong tubuh temannya yang lebih besar darinya itu, ke sepeda motor meskipun Adrian masih dalam kondisi bengong. Tidak banyak yang Wandi ucapkan demikian juga dengan Adrian. Namun saat Wandi akan memutar kunci sepeda motor Adrian menyambar tangan Wandi dengan kasar.

Adrian kembali celingukan melihat ke sekeliling pohon beringin. Bahkan kunci yang di tangan Wandi dia rebut dengan kasar hingga membuat temannya yang bertubuh kecil itu ikut tertarik tangannya. Berkali-kali dia menggoyangkan bahu teman baiknya itu dengan keras. Namun Adrian tetap saja tak bergeming. Dia termangu bingung melihat kondisinya saat ini.

Adrian pergi kembali ke tempat dia dan Hesta tadi duduk bersama. Ingatannya kembali pada awal kenalan di warung beberapa jam yang lalu. Saat itu ia kesulitan membawa sotonya yang ada di mangkuk karena panas, kemudian dia bantu membawakannya. Entah mengapa, selama ini bahkan Adrian tidak pernah dekat dengan seorang cewek, bahkan di sekolah terkenal dengan badungnya sering membuat para cewek teman sekolahnya nangis karena jahilnya dia.

Tetapi pesona Hesta kali ini, membuat Adrian benar-benar berbeda dengan biasanya. Hatinya seketika luluh saat bersamanya. Seperti kerbau dicocok hidungnya, mengikuti Hesta hingga sampai di pohon beringin. Jangankan bawain makanan cewek, terkadang dimintai tolong saja, dia tidak bersedia sama sekali. Hati Adrian merasakan ada yang istimewa dengan gadis itu.

Tubuh seksi dengan balutan bahan transparan, menggoda mata Adrian yang masih polos. Bayang-bayang itu  yang selalu tertanam di otaknya. Membuat pemuda itu blingsatan saat tidak menemukannya.

Namun hal ini belum ia sadari sepenuhnya, yang ada di pikirannya saat ini hanyalah mencari kemana perginya Hesta yang bersamanya beberapa jam yang lalu. Tidak mungkin dia pulang tanpa pamit pada gadis itu. Meskipun ada perasaan aneh, ada gadis cantik tinggal di sekitar hutan yang sepi dan mencekam.

Wandi yang sadar kondisi Adrian mulai ikut mengikuti langkah temannya yang sudah berada di bawah pohon beringin kembali. Suasana panas karena matahari sudah di ubun-ubun, tidak mereka sadari. Bahkan kotoran burung yang sudah mulai mengering mereka abaikan. Adrian benar-benar seperti orang yang sudah berbeda, dan Wandi tidak mengenalinya lagi. Sorot matanya yang kosong membuat Wandi sedikit ketakutan, namun tidak mampu berbuat banyak.

“Gue harus bicara dengan orang orang tua Adrian, tidak mungkin biarkan saja dia kayak gini. Ya ampun Brother, lu kenapa si, jangan bikin gue takut kayak dong,” ucap Wandi lirih.

“Wandi, lu tadi nggak liat cewek cantik yang bareng gue kan, dia Hesta?” tegas Adrian mencengkeram krah baju Wandi.

Raut Adrian terlihat marah dengan napas memburu dan mata nematap tajam ke arah Wandi yang ketakutan karena tangan sahabatnya tidak lepas dan mencengkeram dengan kasar. Wandi mencoba membuka mulut untuk bicara dan mejelaskan, namun sayang Adrian tetap terlihat kesal. Perlahan sahabatnya melonggarkan cengkeramannya dan membiarkan Wandi terlepas.

Mulailah Wandi bercerita apa yang sudah dilihatnya sebelum menemukan Adrian di sana. Saat menyusuri jalanan dengan laju perlahan, tidak sengaja matanya menangkap sesutu yang ganjil di sekitar pohon beringin tempat mereka berhenti tadi pagi. Setelah menghentikan sepedanya, ternyata Adrian tergeletak dengan posisi mengkurap. Yang aneh dirinya tidak mendapati seorangpun di sana. Bahkan jejak manusia juga tidak ia temukan di tanah kering itu. Sebenarnya hatinya takut, tetapi ia tahan demi teman dekat yang sudah berkali- kali menyelamatkannya dari bulian teman-teman.

“Nah, seperti itu ceritanya. Gue kagak ketemu gadis yang lu maksud, sekarang pulang yuk! Udah malem nih.”

“Apa an sih? Gue cuma cariin Hesta titik, gak pakai koma. Lu kalau mau pulang jalan kaki aja sonoh! Gue mau cari Hesta dulu,” teriak Adrian.

 “Biar gini juga temen lu, sahabat lu, tega lu ama gue. Tadi pagi ninggalin di warung sendirian. Sini kunci motornya! Biar gue bilangin bapak elu, kalo masih di sini,” ucap Wandi mulai kesal.

Dipikiran Adrian saat ini hanya ingin bertemu dengan gadis pujaannya. Tidak perduli jika teman dekat menentang keinginannya. Hawa panas mulai dirasakan Adrian saat ini. Emosinya memuncak saat Wandi berusaha merebut kunci motor. Dia bahkan tidak ingat naik apa sampai di pohon beringin itu. Pikirannya saat itu hanya terpusat pada  Hesta gadis yang baru saja ia kenal.

Mereka berdebat memperebutkan kunci motor, Adrian tidak mau memberikannya sementara Wandi ngotot ingin pulang. Akhirnya kunci itu terlempar terjatuh ke tanah, dan mengenai sebuah batu kecil yang ada di sana. Keduanya sama-sama saling memandang bergantian. Tatapan mereka terpusat pada sebuah kain yang ada di dekat kunci itu terjatuh.

Adrian melangkah maju, diikuti Wandi yang memegang baju sahabatnya itu dengan erat. Tangannya yang sebelah digigit seperti anak kecil. Wandi termasuk anak penakut, hanya bersama Adrian dia berani mengambil resiko. Adrian selalu menjadi penolongnya hingga saat ini.

Jarak mereka dengan kunci motor sudah sangat dekat, tinggal beberapa langkah lagi. Sorot mata keduanya tak lepas dengan kain yang berwarna di dekat kunci motor. Tangan Adrian menjulur, diikuti dengan tubuhnya yang tinggi kekar membungkuk ke tanah. Perasaannya bergetar, melihat kain berwarna merah darah itu. Matanya kemudian membola menatap kain yang berada di samping kunci itu bergerak karena tiupan angin.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Goyangan Pohon Beringin   TAMAT

    Perlahan-lahan Hesta menampakkan diri dengan wujud aslinya. Sontak kedua remaja tersebut berpelukan dan berteriak dengan keras. “HANTUUUUU ….” “HANTUUUUU ….” Semua penghuni rumah masuk ke kamar Adrian. Badrun yang baru sampai menyerobot lengan kedua orang tua Adrian yang berdiri di depan pintu. Mereka melongo melihat sosok Hesta yang menyeramkan dengan rambut terurai panjang. Tawa keras Hesta memenuhi kamar Adrian hingga orang -orang berlari keluar, tapi naas di depan pintu sudah ada kakek dan bapaknya Hesta yang menghadang mereka. Semua orang yang berada di dalam rumah berhenti dan saling berangkulan. Naluri Adrian merasa dekat dengan sosok menyeramkan yang ada di depannya. Indra penciuman yang tidak asing meski dengan penampakan yang berbeda. dengan hati berdebar, Adrian mendekati sosok yang tadi berada di kasur dan sudah mengikuti mereka hingga ke ruang tamu. “L-lo … lo Hesta bu-bu-kan?” tanya Adrian dengan gugup. “Ya Adrian, ternyata lo masih mengenali gue. Cinta memang inda

  • Goyangan Pohon Beringin   Kutukan

    Kakek terus berusaha menenangkan Hesta yang gelisah melihat Adrian dan Wandi jatuh dari motor. Hesta terus meronta minta dilepaskan dari cengkeraman belenggu dunia lain dan tidak bisa keluar dari sana. Hingga kakek kewalahan dan memanggil penguasa alam ghaib untuk memberikan peringatan kepada Hesta. “Hesta, jika kamu tidak menurut apa kata kami. Maka dengan terpaksa kami akan mengeluarkan kamu dari dunia kita dan tidak bisa kembali lagi!” bentak penguasa alam ghaib yang sudah kesal dengan tingkah Hesta akhir-akhir ini. Hesta mengerutkan alisnya yang tebal dan hitam. Dia melihat ke arah kakek yang menatap tajam kepadanya. Hal yang tidak diinginkan ketika hati tidak sesuai dengan keadaan. Hesta terdiam tidak berani menatap penguasa alam dedemit yang tampak menyeramkan seolah ingin menghukumnya. Selama hidup di dunia dedemit baru kali ini Hesta membuat ulah dan merepotakan bangsanya sendiri. Dia hanya menuruti egonya untuk bisa bersatu dengan bangsa manusia yang sudah mencuri hatinya.

  • Goyangan Pohon Beringin   Pilihan

    Wandi menatap Adrian dengan tajam. Tidak percaya jika sahabatnya tetap berhubungan dengan makluk astral tersebut. Janjinya dengan orang tua Adrian tidak akan diingkari, dia akan tetap menjaga Adrian dari makhluk Astral yang selama ini menganggu hidupnya. Balapan motor tetap berlangsung. Sementara Kakek yang yang berada di belakang penonton tetap berdiri mengawasi Adrian dan Wandi yang berada bersebrangan. Remaja itu hanya diam, dia sudah salah tidak bisa menghindar dari Hesta. “Wan, kira-kira jika aku kembali bertemu dengan Hesta, Kakeknya marah tidak?” tanya Adrian. “Lo udah kedanan bener sama Demit itu. Susah ngomong ama, lo. Di mana-mana, bukan hanya kakeknya Demit itu yang marah, tapi orang tua lo juga pasti marah. Lo masih waras, nggak sih?” “Ya … mo gimana lagi … Hestanya yang nemui gue. Masak gue tolak. Adan lo tahu, hawa saat ketemu dia sangat ehem …” kata Adrian sembari memejamkan mata. Pletak “Udah kena guna-guna anak ini. Tidak bisa dibiarkan.” Wandi kemudian menyeret

  • Goyangan Pohon Beringin   Muncul Lagi

    Selagi Ardi berteriak dari atas tangga, Wandi yang ada di bawah terkejut. Tangan yang memegang tangga menyenggol dan mengakibatkan tangga oleng dan ambruk. Beruntung Ardi memegang tembok bagian atas. Dia tidak terjatuh tapi bergantung di dinding dan celana pendek yang melorot hingga terlihat pantat. “Woii!! Lu malah ketawa, buruan tangan gue udah pegel!” teriak Ardi melihat Wandi tidak segera menolongnya. Dengan menahan tawa, Wandi segera mengambil tangga besi dan menempatkan tepat di sebelah Ardi yang menggantung. Setelah kaki Ardi menginjak tangga, buru-buru memberitahu jika Adrian dalam keadaan seperti orang tidur. Tapi naas belum sempat Ardi melihat kondisi di dalam kamar mandi, pintu terbuka mengarah keluar an menghantam tangga. Otomatis tangga yang menjadi injakan Ardi ambruk lagi dan Adri menggantung di dinding. “Astagahh …! Wandi!! Kalian tega ama guee!!” teriaknya dari atas. Adrian yang baru keluar dari dalam, tidak menghiraukan kehadiran kedua temannya. Membuat Ardi dan W

  • Goyangan Pohon Beringin   Adrian Linglung

    Adrian membuka mata dan marah karena tubuhnya sudah basah. Dia menatap nanar ke arah Wandi yang berdiri tepat di sebelah kasurnya. Dengan cepat pemuda itu berdiri dan mencengkeram krah bajunya. Tapi belum sempat menarik baju Wandi, seseorang menariknya ke belakang. Jumari dengan cepat menarik tubuh anaknya menjauh dari Wandi.“Kamu ini apa-apa an? Mau berkelahi? Udah ditolongin masih masih tidak sadar,” kata Jumari dari samping anaknya dengan menahan tangan Adrian.“Bapak! Dia sudah menyiram aku dengan air. Kurang ajar benget, tidak sopan. Nih lihat, kasurku basah baju juga basah!” kata Adrian dengan dengan napas memburu.“Duduk!” perintah Jumari menarik Adrian duduk di tepi ranjang yang basah karena air. “Sekarang kamu liat, tuh jam berapa?” tangan Jumari menunjuk ke arah jam yang ada di meja.“Astagahh … itu bener jamnya?”Adrian melongo melihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul 11.00. Itu artinya dia sudah melewatkan waktu untuk bermain balap motor pagi itu. Padahal acara lomb

  • Goyangan Pohon Beringin   Kenagan Bersama Hesta

    Sementara di tempat lain, Adrian dan kedua temannya yang kesal akibat ulah Wandi segera pergi dari stan penjual martabak. Mereka menuju ke arah parkiran yang jaraknya agak jauh dari tempat asal berteduh. Niat mereka bertiga hendak meninggalkan Wandi dan Tina, yang sudah curang dan tidak lagi memikirkan teman. Setelah mendapatkan motor dari tukang parrkir, ketiganya bergegas melajukan kendaraan menuju desa tempat tinggal mereka. Sepanjang jalan, baik Adrian dan kedua temannya memaki Wandi yang tidak setia kawan ucapan kotor. Tidak sadar, jika dari arah belakang ada bayangan hitam mengikutinya. Bayangan perempuan dengan rambut panjang menyeringai menatap Adrian dan kedua teman yang melajukan sepeda motor dengan kencang. Hujan gerimis di tengah malam tidak mereka perdulikan, hingga laju kotor berhenti di perbatasan desa. “Yan, gue kog merasa ada yang membuntuti kita,” kata Ardi sambil bersedekap. “Kagak usah mikir yang aneh-aneh. Gue bingung, entar gimana ngomong sama Emaknya Wandi dan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status