Share

Gadis Misterius

Author: Quora_youtixs
last update Last Updated: 2022-02-22 15:39:22

Sementara Adrian yang sejak tadi bersama dengan gadis cantik itu, kini duduk di bawah pohon beringin. Tidak ada yang tahu dia sampai di sana dengan naik apa? Sedangkan tangannya masih membawa tisue untuk mengelap bibirnya yang kotor bekas soto di warung tadi. Terlihat dari rona wajahnya berseri melihat pohon beringin yang besar. Gadis yang bersamanya juga nampak makan soto di sana dengan lahap. Keringat terlihat menetes di dahi, dan bibirnya yang merah berkali-kali maju dan berdesis kepedesan sambal.

Adrian terlihat serius sambil tersenyum melihat ke arah gadis itu. Sering kali tangannya mencoba bergerak maju ke dekat gadis itu, tetapi  selalu diurungkan saat gadis itu sudah mengelap keringat dengan tangannya. Berada berdua dengan angin sepoi yang mulai datang, daun pohon beringin yang berguguran tidak membuat Adrian tersadar. Dia terus saja melihat ke arah gadis cantik itu dengan sesekali mulutnya ikut berdesis.

“Kepedesan ya? Mau minum?” ucap Adrian tanpa kedip menatap gadis cantik.

“Eh enggak, nanti aja! Gue habiskan dulu, ini enak sekali sotonya! Mantap! Lu tadi dah makan sotonya kan?" ucap gadis itu tanpa melihat ke arah Adrian yang sedang asyik menatap ke arahnya seraya menganguk.

"Emm ... boleh kenalan nggak, Neng?"ucap Adrian sambil mengangkat tangan untuk minta jabat tangan.

Akan tetapi gadis itu tidak memperdulikan, bahkan dia terus saja makan dan menghabiskan satu mangkok soto ayam. Sesekali menyeka keringat dan mengelap dahi dengan tangannya, terkadang dengan baju yang dia kenakan. Membuat parasnya yang cantik terlihat polos tanpa riasan apa pun itu terlihat seksi di mata Adrian. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh Adrian, bahkan keadaan sekeliling yang kotor tidak dia hiraukan sama sekali. Hingga beberapa menit berlalu, soto sudah habis ludes tak bersisa. Gadis itu kembali duduk berjejer dengan Adrian dengan tangan diremas di pangkuannya.

“Lu tadi nanya apa? Mo kenalan ama gue? Hehehe kenapa baru sekarang nanyanya? Enggak apa sih tapi ada syaratnya.”

“Apa?” Tatapan Adrian semakin tak berkedip. Perasaannya sudah tertarik dengan gadis yang sekarang duduk tepat di hadapannya.

“Enggak sulit kog, hanya sayang saja ama gue. Jangan pikirkan gue itu siapa dan dari mana asalnya, itu saja. Lu tahu enggak, kalo daerah sini itu angker? Lu nggak takut gitu, berkenalan ama gue?” ucap gadis itu tanpa menoleh sedikit pun ke Adrian.

Sementara Adrian hanya tersenyum mendengarnya. Bahkan duduknya dia geser lebih mendekat ke arah gadis itu. Dia bahkan tidak perduli jika yang dipakai alas adalah tanah yang belum kering dan ada kotoran burung. Jauh berbeda saat dia bersama dengan Wandi, temannya yang justru masih duduk pada tanah yang tidak ada kotoran burungnya.

 “Baiklah gue terima syaratnya. Tak apalah asalkan bisa kenalan ama elu udah cukup.Gue gak merasa apa-apa tuh, gimana? Boleh nggak kenalan? Nama gue Adrian setiap hari lewat sini.”

Adrian menoleh ke sekeliling, dan kembali menatap gadis cantik yang mulai menguap berkali-kali. Terlihat dia menahan kantuk dengan mengerjapkan mata dan menguceknya berkali-kali. Gadis dengan rambut panjang terurai itu kemudian memutar tubuhnya menghadap Adrian dengan jarak satu meter.

“Hehehe ... gue biasa di panggil dengan nama Hesta, setiap hari mainnya di sini, kagak punya temen sih. Itu rumah gue ada di belakang pohon ini,” jawabnya sambil matanya mulai mengerling manja ke arah Adrian yang tidak lepas melihat ke arahnya.

“Oh, Hesta nama elu? Cantik ....”

“Hahaha ... ada aja lu ini. Mana ada gadis hutan yang cantik, mata udah rabun kali hahaha ... atau ini hanya rayuan lu saja? Kagak bakal mempan, yang ada lu terpesona ama gue, ya kan?” ucapnya lirih dengan kerling mata menggoda.

"Kelihatannya tadi sepertinya ngantuk?"

"Hehehe ... enggak jadi, batal kantuknya."

Keduanya bercanda dengan obrolan gaya anak muda jaman sekarang, sesekali saling menepuk bahu atau tangan bahkan sesekali mencubit dan tertawa terpingkal-pingkal. Adrian tidak menyadari jika  sudah berada lama sekali di bawah pohon beringin hingga bayangan pohon, sama persis di bawahnya. Kedua anak muda itu tidak menyadari jika pohon beringin sesekali bertiup dan merontokkan daunnya meskipun tidak ada angin. Jika orang lain yang melihat, pasti sudah berpikiran lain. Lalu lalang kendaran yang terlihat dari jauh lewat tidak mereka pedulikan.

“Lu sekolah di mana? Boleh dong besok gue jemput?”

“Kagak sekolah, mana ada gadis hutan sekolah.”

Tiba-tiba terdengar suara serak memanggil nama gadis itu.

“Hesta, lu di mana?”

Hesta dan Adrian seketika menoleh. Nampak kakek tua yang tadi pagi menemui Adrian dan Wandi datang masih dengan mengenakan kaos singlet dan celana pendek selutut yang sudah sobek bagian bawah. Dia datang menghampiri kedua anak beda jenis dan menatap tajam ke arah Adrian. Kakek yang datang dengan membawa botol air, segera mendekat kearah Adrian yang baru saja berdiri bersama dengan Hesta.

“Lu lagi? Napa ke sini? Udah gue bilang jangan ke sini lagi! Tetap aja bandel, gue gak mau nanggung kalau terjadi sesuatu dengan elu,” lantang suara kakek sambil menatap tajam pada Adrian yang duduk tak jauh dari Hesta.

“Kakek ini kenapa ya? Ada masalah dengan Adrian? Dia teman Hesta yang baru Kek. Memangnya kalian sudah saling kenal? Kakek nggak asyik banget, nggak suka cucunya dapet teman main,” ucap Hesta dengan wajah cemberut dan bergerak maju di depan Adrian. Dia segera berdiri di hadapan Adrian menghalangi kakek yang mendekatinya. Nampaknya dia sudah nyaman berteman dengan cowok ganteng yang di temui di warung tadi.

“Bukan begitu Hesta, lu tahu dia laki-laki? Nggak pantes teman ama elu, mending cari teman cewek itu aja. Lagian ini udah siang, kenapa kalian nggak pada pulang ke rumah? Kasihan Emak udah nunggu dari tadi.”

“Hesta udah pamit kog tadi, nggak mungkin dicariin. Kakek ngapain di sini? Ganggu aja,” ucap Hesta dengan nada kesal.

Adrian yang sejak tadi hanya jadi penonton akhirnya maju berdiri sejajar dengan Hesta dan memegang tangan gadis itu. Tetapi Hesta menolak dengan pelan dan menepisnya. Hal ini tentu saja membuat Adrian kaget, namun berusaha untuk tersenyum ke arah gadis yang sudah membelanya. Gadis cantik yang sudah menarik perhatian sejak di warung,  hingga melupakan temannya. Bercanda cukup lama hingga tidak terasa waktu sudah beranjak malam. Hal yang aneh bagi Adrian yang tak pernah dekat dengan cewek pasti membuatnya berbeda.

Baru saja akan membuka mulut untuk bicara, tiba-tiba Adrian merasakan gelap dan tidak ingat apapun. Tubuhnya tergeletak di tanah yang sudah mulai basah dan penuh dengan kotoran burung dan daun. Adrian sendrian sementara kakek dan Hesta sudah menghilang dari tempat itu. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Goyangan Pohon Beringin   TAMAT

    Perlahan-lahan Hesta menampakkan diri dengan wujud aslinya. Sontak kedua remaja tersebut berpelukan dan berteriak dengan keras. “HANTUUUUU ….” “HANTUUUUU ….” Semua penghuni rumah masuk ke kamar Adrian. Badrun yang baru sampai menyerobot lengan kedua orang tua Adrian yang berdiri di depan pintu. Mereka melongo melihat sosok Hesta yang menyeramkan dengan rambut terurai panjang. Tawa keras Hesta memenuhi kamar Adrian hingga orang -orang berlari keluar, tapi naas di depan pintu sudah ada kakek dan bapaknya Hesta yang menghadang mereka. Semua orang yang berada di dalam rumah berhenti dan saling berangkulan. Naluri Adrian merasa dekat dengan sosok menyeramkan yang ada di depannya. Indra penciuman yang tidak asing meski dengan penampakan yang berbeda. dengan hati berdebar, Adrian mendekati sosok yang tadi berada di kasur dan sudah mengikuti mereka hingga ke ruang tamu. “L-lo … lo Hesta bu-bu-kan?” tanya Adrian dengan gugup. “Ya Adrian, ternyata lo masih mengenali gue. Cinta memang inda

  • Goyangan Pohon Beringin   Kutukan

    Kakek terus berusaha menenangkan Hesta yang gelisah melihat Adrian dan Wandi jatuh dari motor. Hesta terus meronta minta dilepaskan dari cengkeraman belenggu dunia lain dan tidak bisa keluar dari sana. Hingga kakek kewalahan dan memanggil penguasa alam ghaib untuk memberikan peringatan kepada Hesta. “Hesta, jika kamu tidak menurut apa kata kami. Maka dengan terpaksa kami akan mengeluarkan kamu dari dunia kita dan tidak bisa kembali lagi!” bentak penguasa alam ghaib yang sudah kesal dengan tingkah Hesta akhir-akhir ini. Hesta mengerutkan alisnya yang tebal dan hitam. Dia melihat ke arah kakek yang menatap tajam kepadanya. Hal yang tidak diinginkan ketika hati tidak sesuai dengan keadaan. Hesta terdiam tidak berani menatap penguasa alam dedemit yang tampak menyeramkan seolah ingin menghukumnya. Selama hidup di dunia dedemit baru kali ini Hesta membuat ulah dan merepotakan bangsanya sendiri. Dia hanya menuruti egonya untuk bisa bersatu dengan bangsa manusia yang sudah mencuri hatinya.

  • Goyangan Pohon Beringin   Pilihan

    Wandi menatap Adrian dengan tajam. Tidak percaya jika sahabatnya tetap berhubungan dengan makluk astral tersebut. Janjinya dengan orang tua Adrian tidak akan diingkari, dia akan tetap menjaga Adrian dari makhluk Astral yang selama ini menganggu hidupnya. Balapan motor tetap berlangsung. Sementara Kakek yang yang berada di belakang penonton tetap berdiri mengawasi Adrian dan Wandi yang berada bersebrangan. Remaja itu hanya diam, dia sudah salah tidak bisa menghindar dari Hesta. “Wan, kira-kira jika aku kembali bertemu dengan Hesta, Kakeknya marah tidak?” tanya Adrian. “Lo udah kedanan bener sama Demit itu. Susah ngomong ama, lo. Di mana-mana, bukan hanya kakeknya Demit itu yang marah, tapi orang tua lo juga pasti marah. Lo masih waras, nggak sih?” “Ya … mo gimana lagi … Hestanya yang nemui gue. Masak gue tolak. Adan lo tahu, hawa saat ketemu dia sangat ehem …” kata Adrian sembari memejamkan mata. Pletak “Udah kena guna-guna anak ini. Tidak bisa dibiarkan.” Wandi kemudian menyeret

  • Goyangan Pohon Beringin   Muncul Lagi

    Selagi Ardi berteriak dari atas tangga, Wandi yang ada di bawah terkejut. Tangan yang memegang tangga menyenggol dan mengakibatkan tangga oleng dan ambruk. Beruntung Ardi memegang tembok bagian atas. Dia tidak terjatuh tapi bergantung di dinding dan celana pendek yang melorot hingga terlihat pantat. “Woii!! Lu malah ketawa, buruan tangan gue udah pegel!” teriak Ardi melihat Wandi tidak segera menolongnya. Dengan menahan tawa, Wandi segera mengambil tangga besi dan menempatkan tepat di sebelah Ardi yang menggantung. Setelah kaki Ardi menginjak tangga, buru-buru memberitahu jika Adrian dalam keadaan seperti orang tidur. Tapi naas belum sempat Ardi melihat kondisi di dalam kamar mandi, pintu terbuka mengarah keluar an menghantam tangga. Otomatis tangga yang menjadi injakan Ardi ambruk lagi dan Adri menggantung di dinding. “Astagahh …! Wandi!! Kalian tega ama guee!!” teriaknya dari atas. Adrian yang baru keluar dari dalam, tidak menghiraukan kehadiran kedua temannya. Membuat Ardi dan W

  • Goyangan Pohon Beringin   Adrian Linglung

    Adrian membuka mata dan marah karena tubuhnya sudah basah. Dia menatap nanar ke arah Wandi yang berdiri tepat di sebelah kasurnya. Dengan cepat pemuda itu berdiri dan mencengkeram krah bajunya. Tapi belum sempat menarik baju Wandi, seseorang menariknya ke belakang. Jumari dengan cepat menarik tubuh anaknya menjauh dari Wandi.“Kamu ini apa-apa an? Mau berkelahi? Udah ditolongin masih masih tidak sadar,” kata Jumari dari samping anaknya dengan menahan tangan Adrian.“Bapak! Dia sudah menyiram aku dengan air. Kurang ajar benget, tidak sopan. Nih lihat, kasurku basah baju juga basah!” kata Adrian dengan dengan napas memburu.“Duduk!” perintah Jumari menarik Adrian duduk di tepi ranjang yang basah karena air. “Sekarang kamu liat, tuh jam berapa?” tangan Jumari menunjuk ke arah jam yang ada di meja.“Astagahh … itu bener jamnya?”Adrian melongo melihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul 11.00. Itu artinya dia sudah melewatkan waktu untuk bermain balap motor pagi itu. Padahal acara lomb

  • Goyangan Pohon Beringin   Kenagan Bersama Hesta

    Sementara di tempat lain, Adrian dan kedua temannya yang kesal akibat ulah Wandi segera pergi dari stan penjual martabak. Mereka menuju ke arah parkiran yang jaraknya agak jauh dari tempat asal berteduh. Niat mereka bertiga hendak meninggalkan Wandi dan Tina, yang sudah curang dan tidak lagi memikirkan teman. Setelah mendapatkan motor dari tukang parrkir, ketiganya bergegas melajukan kendaraan menuju desa tempat tinggal mereka. Sepanjang jalan, baik Adrian dan kedua temannya memaki Wandi yang tidak setia kawan ucapan kotor. Tidak sadar, jika dari arah belakang ada bayangan hitam mengikutinya. Bayangan perempuan dengan rambut panjang menyeringai menatap Adrian dan kedua teman yang melajukan sepeda motor dengan kencang. Hujan gerimis di tengah malam tidak mereka perdulikan, hingga laju kotor berhenti di perbatasan desa. “Yan, gue kog merasa ada yang membuntuti kita,” kata Ardi sambil bersedekap. “Kagak usah mikir yang aneh-aneh. Gue bingung, entar gimana ngomong sama Emaknya Wandi dan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status