Share

Tergoda Gadis Cantik

Penulis: Quora_youtixs
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-22 10:51:49

Adrian  melajukan sepeda motornya dengan kecepatan tinggi meninggalkan pohon beringin yang terlihat bergoyang meskipun angin belum berhembus. Hari mulai gelap, sedangkan kakek misterius sudah kembali ke balik pohon dan menghilang. Suasana di sekitar tempat itu kembali sepi dan hanya beberapa kendaraan saja yang terlihat melintas.

“Gile bener tuh si Kakek, edaann....!”

“Diem lu ....!” bentak Adrian melihat situasi sekitar pohon yang terlihat seram.

Motor Honda CB milik Adrian menyusuri tepi jalan raya hingga beberapa kilometer sampai di warung yang berada di tepi jalan raya. Suasana warung yang sepi, hanya segelintir orang makan di sana. Nampak sang pemilik seorang gadis ditemani pemuda yang berusia 20 tahunan. Mereka kompak melayani pembeli yang datang dengan ramah, meskipun masih sepi warungnya.

 “Kita makan di sini aja ya? Soto tuh, tulisannya! Lumayan buat ngisi perut,” ucap Adrian turun dari sepeda motornya diikuti Wandi dari belakang.

“Selamat datang, mau pesan apa, Mas?”tanya seorang lelaki paruh baya mendekat. Melihat raut kedua pengunjungnya yang nampak panik itu dia kembali bertanya, “Baru lari maraton, ya Mas ngos-ngosan gitu,” ledeknya.

 “Kami baru pulang, habis jalan-jalan eh ... di bawah pohon beringin itu malah ketemu kakek-kakek nyeremin, soto dua, sama teh manis dua,“ kata Adrian sambil meraih tahu goreng yang ada di meja dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Demikian juga dengan Wandi, dia bahkan tidak ketinggalan menggambil dua potong sekaligus.

 “Pohon beringin yang ada kain balinya itu?” tanya mas pemilik warung terkejut.

 ”Iya Bang,” ucap Wandi, “Eh, ngomong-ngomong lu kagak takut di sana tadi? Gue kog merasa ...,” ucap Wandi tertahan.

“Apa-an? Di mana? Di bawah pohon beringin tadi? Kagak tuh, emang lu ngerasain apa? Jangan ngadi-ngadi lu Brow,” ucap Adrian sambil menerima teh manis yang baru di berikan pemilik warung.

“Ngadi-ngadi gimana? Gue hanya pernah dengar kalau setiap pohon besar itu selalu ada penunggunya, bukan bercanda.”

“Nah, emang ada kan? Tadi itu Kakek yang ngusir kita dari sana. Lu sadar nggak? Mukanya kayak hitam gitu seperti kebakar.”

Soto yang dipesan datang dan obrolan dihentikan. Seorang gadis seksi datang membawa pesanan mereka. Sorot mata nakal, keluar dari matanya. Terlihat tonjolan padat dari balik bajunya yang ketat, cukup membuat dua anak ini gerah dan saling menatap, dan menelan ludah. Gluk ... banyak sekali yang mereka telan ludahnya, sampai lupa mangkuk panas sudah ada di depannya.

Mereka menikmati makan malam dengan lahap, kelihatan sekali jika kelaparan. Pasti kenyang dengan soto dan suguhan seksi pelayan warung.  Bahkan tidak memperdulikan orang yang mulai berdatangan ke warung dan mulai ramai. Adrian dan Wandi menikmati menu soto ayam kampung yang sudah familar di telinga banyak orang. Apalagi daerah itu jauh dari tempat orang jualan makanan. Kebanyakan mereka beristirahat setelah menempuh perjalanan yang jauh.

Warung tempat Adrian dan Wandi sarapan semakin ramai, bahkan ada yang rela duduk di luar karena gak dapat tempat duduk di dalam. Mereka mengelar tikar di gubuk luar yang memang disediakan pemilik warung saat sedang full pengunjung. Gubuk yang sederhana dengan atap genting dan tiang dari bambu. Cukup luas dengan menampung lebih dari sepuluh orang untuk dapat menikmati sarapan mereka. Pelayan yang ramah dan cantik karena masih muda semuran Adrian dan Wandi.

Baru saja Adrian ingin meminum tehnya, datang gadis cantik seumuran dengannya, masuk ke dalam warung. Dia nampak kesulitan untuk memesan makan, karena jaraknya dengan pemilik warung terlalu jauh dan terhalang pengunjung yang lain. Hingga benda padat kenyal miliknya sesekali bersenggolan dengan pengunjung. Adrian yan tidak sengaja melirik ke arah gadis itu tidak jadi memimum teh yang sudah siap masuk di dekat bibirnya. Dia akhirnya berdiri dan berjalan mendekati gadis itu.

“Hai, mau pesan makan? Boleh gue bantuin?” ucap Adrian sambil menyentuh bahu gadis itu. Gadis cantik itu seketika menoleh ke arah Adrian dan melihatnya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Meskipun suasana ramai mereka tidak perduli diperhatikan banyak orang.

“Hei, anak muda! Kalau mau pacaran jangan di sini, ganggu saja! Sono keluar,” ucap salah satu pengunjung warung yang merasa terhalangi oleh kedua bocah itu.

“Bukan gitu Pak, tadi lihat dia kesulitan mau pesan soto?” terang Adrian menunjuk ke arah gadis yang menggoda tadi.

Dengan sedikit perdebatan dengan pengunjung yang lain, akhirnya Adrian memesan makan untuk gadis itu. Senyum merekah terpapar dari wajahnya yang manis rambut panjang terkepang dua. Hidungnya yang mancung merekah mekar saat dia tersenyum ke arah Adrian. Bibirnya yang tipis basah membuat mata Adrian tidak berkedip melihatnya. Hingga membuat sang pemilik menutup rapat bibir yang basah kemerahan itu.

Pletakk ....

“Anjir ... lu ngapain timpuk gue? Awas lu! Gangguin aja nih anak,” ucap Adrian sambil meraba kepala yang tadi kena tampol sendok oleh Wandi. Ternyata Wandi sejak tadi memperhatikan Adrian yang mendekati gadis cantik itu. Yang dirasakan Wandi ada yang berbeda dengan gadis itu. Tidak seperti gadis kampung yang lain dan juga teman-teman sebayanya.

“Elu napa? Kog beda gue liatnya. Lu kenal sama dia? Hati-hati Brow, gue ngerasa ada yang beda dengan dia,” ucap Wandi sambil menarik tangan Adrian untuk diajaknya duduk kembali. Tapi ternyata Adrian berontak dan mengibaskan tangan kawannya itu dengan kencangnya. Wandi terkejut tidak biasanya temannya berlaku kasar padanya, apalagi situasi warung yang ramai seperti ini. Selama ini Adrian selalu membelanya dan tidak pernah kasar. Dia selalu menghargai apa yang dilakukan Wandi.

“Yan, Adrian! Dengerin gue dulu! Lu kenapa Brow? Kenal sama cewek itu?” Wandi tidak menyerah, dia tetap memegang tangan Adrian meski sudah ditepisnya. Gak ada perasaan sakit hati sedikitpun, dia hanya merasa ada yang aneh dengan temannya itu.

“Udah lu tenang saja, tuh bayar dulu makanan kita!” ucap Adrian tanpa menghiraukan ucapan Wandi. Sedangkan Wandi merasa kebingungan, karena dia sama sekali tidak bawa uang buat bayar makanan.

Pemilik warung melihat Wandi bicara sendiri menghampirinya. Bingung yang sekarang mendera Wandi. Bagaimanapun juga, dia cuma numpang makan sama Adrian. Sekarang temannya meninggalkan dia entah ke mana perginya. Tubuhnya digeser lebih merapat ke meja     agar tidak terjatuh karena syok disuruh bayar pemilik warung. Bibirnya bergetar mengaga tapi tak bersuara.

“Mas, jangan diem! Cepetan bayar! Jangan bilang kagak ada duit buat bayar makanan ini?”

Terkejut Wandi pura-pura tersenyum menampakkan sederet giginya yang kusam dan sisa cabe di sana. Rambutnya yang keriting pendek ikut bergerak karena usapan tangannya yang menggaruk kepala tapi tidak merasa gatal. Kasihan Wandi harus menanggung pembayaran uang makan mereka berdua.

“I-ya Bang, bentar ya! Berapa jumlah semuanya?” tanyanya sambil membekap mulutnya yang mengaga sejak tadi.

“Tiga puluh ribu rupiah semuanya.”

What? Kagak salah Bang? Kita cuma berdua masa sebanyak itu?”

Pemilik Warung mendekati Wandi dan memberikan tulisan yang sudah dia siapkan sejak tadi. Mata Wandi melotot bulat menatap coretan kertas yang disodorkan. Berkali- kali kepalanya naik turun melihat ke arah pemilik warung. Matanya mulai berair dan tubuhnya bergetar menahan sesuatu.

“Aduh Bang, g-gimana ya? Gue ... gue kagak punya duit. Teman gue yang harusnya bayar.”

“Gue kagak mau tahu! Yang penting lu bayar sekarang! Eh ... tapi temen lu tadi ke mana? Ninggalin lu di sini buat apa an? Kagak mau gue, apa mo kabur? Busyet dah, anak jaman sekarang kagak tahu cari duit susah pada main kabur aja kagak mo bayar.”

“Aduh ... gimana dong Bang? Maafin gue ya?”

“Kagak bisa!”

Pemilik warung tetap ngotot dengan ucapannya supaya Wandi segera membayar makanannya.  Sedangkan Wandi gelisah, sambil memegang kedua tangannya yang diremas bersama dengan ujung baju yang sudah lusuh sejak tadi.

“Ya Tuhan gue harus bagaimana ini?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Goyangan Pohon Beringin   TAMAT

    Perlahan-lahan Hesta menampakkan diri dengan wujud aslinya. Sontak kedua remaja tersebut berpelukan dan berteriak dengan keras. “HANTUUUUU ….” “HANTUUUUU ….” Semua penghuni rumah masuk ke kamar Adrian. Badrun yang baru sampai menyerobot lengan kedua orang tua Adrian yang berdiri di depan pintu. Mereka melongo melihat sosok Hesta yang menyeramkan dengan rambut terurai panjang. Tawa keras Hesta memenuhi kamar Adrian hingga orang -orang berlari keluar, tapi naas di depan pintu sudah ada kakek dan bapaknya Hesta yang menghadang mereka. Semua orang yang berada di dalam rumah berhenti dan saling berangkulan. Naluri Adrian merasa dekat dengan sosok menyeramkan yang ada di depannya. Indra penciuman yang tidak asing meski dengan penampakan yang berbeda. dengan hati berdebar, Adrian mendekati sosok yang tadi berada di kasur dan sudah mengikuti mereka hingga ke ruang tamu. “L-lo … lo Hesta bu-bu-kan?” tanya Adrian dengan gugup. “Ya Adrian, ternyata lo masih mengenali gue. Cinta memang inda

  • Goyangan Pohon Beringin   Kutukan

    Kakek terus berusaha menenangkan Hesta yang gelisah melihat Adrian dan Wandi jatuh dari motor. Hesta terus meronta minta dilepaskan dari cengkeraman belenggu dunia lain dan tidak bisa keluar dari sana. Hingga kakek kewalahan dan memanggil penguasa alam ghaib untuk memberikan peringatan kepada Hesta. “Hesta, jika kamu tidak menurut apa kata kami. Maka dengan terpaksa kami akan mengeluarkan kamu dari dunia kita dan tidak bisa kembali lagi!” bentak penguasa alam ghaib yang sudah kesal dengan tingkah Hesta akhir-akhir ini. Hesta mengerutkan alisnya yang tebal dan hitam. Dia melihat ke arah kakek yang menatap tajam kepadanya. Hal yang tidak diinginkan ketika hati tidak sesuai dengan keadaan. Hesta terdiam tidak berani menatap penguasa alam dedemit yang tampak menyeramkan seolah ingin menghukumnya. Selama hidup di dunia dedemit baru kali ini Hesta membuat ulah dan merepotakan bangsanya sendiri. Dia hanya menuruti egonya untuk bisa bersatu dengan bangsa manusia yang sudah mencuri hatinya.

  • Goyangan Pohon Beringin   Pilihan

    Wandi menatap Adrian dengan tajam. Tidak percaya jika sahabatnya tetap berhubungan dengan makluk astral tersebut. Janjinya dengan orang tua Adrian tidak akan diingkari, dia akan tetap menjaga Adrian dari makhluk Astral yang selama ini menganggu hidupnya. Balapan motor tetap berlangsung. Sementara Kakek yang yang berada di belakang penonton tetap berdiri mengawasi Adrian dan Wandi yang berada bersebrangan. Remaja itu hanya diam, dia sudah salah tidak bisa menghindar dari Hesta. “Wan, kira-kira jika aku kembali bertemu dengan Hesta, Kakeknya marah tidak?” tanya Adrian. “Lo udah kedanan bener sama Demit itu. Susah ngomong ama, lo. Di mana-mana, bukan hanya kakeknya Demit itu yang marah, tapi orang tua lo juga pasti marah. Lo masih waras, nggak sih?” “Ya … mo gimana lagi … Hestanya yang nemui gue. Masak gue tolak. Adan lo tahu, hawa saat ketemu dia sangat ehem …” kata Adrian sembari memejamkan mata. Pletak “Udah kena guna-guna anak ini. Tidak bisa dibiarkan.” Wandi kemudian menyeret

  • Goyangan Pohon Beringin   Muncul Lagi

    Selagi Ardi berteriak dari atas tangga, Wandi yang ada di bawah terkejut. Tangan yang memegang tangga menyenggol dan mengakibatkan tangga oleng dan ambruk. Beruntung Ardi memegang tembok bagian atas. Dia tidak terjatuh tapi bergantung di dinding dan celana pendek yang melorot hingga terlihat pantat. “Woii!! Lu malah ketawa, buruan tangan gue udah pegel!” teriak Ardi melihat Wandi tidak segera menolongnya. Dengan menahan tawa, Wandi segera mengambil tangga besi dan menempatkan tepat di sebelah Ardi yang menggantung. Setelah kaki Ardi menginjak tangga, buru-buru memberitahu jika Adrian dalam keadaan seperti orang tidur. Tapi naas belum sempat Ardi melihat kondisi di dalam kamar mandi, pintu terbuka mengarah keluar an menghantam tangga. Otomatis tangga yang menjadi injakan Ardi ambruk lagi dan Adri menggantung di dinding. “Astagahh …! Wandi!! Kalian tega ama guee!!” teriaknya dari atas. Adrian yang baru keluar dari dalam, tidak menghiraukan kehadiran kedua temannya. Membuat Ardi dan W

  • Goyangan Pohon Beringin   Adrian Linglung

    Adrian membuka mata dan marah karena tubuhnya sudah basah. Dia menatap nanar ke arah Wandi yang berdiri tepat di sebelah kasurnya. Dengan cepat pemuda itu berdiri dan mencengkeram krah bajunya. Tapi belum sempat menarik baju Wandi, seseorang menariknya ke belakang. Jumari dengan cepat menarik tubuh anaknya menjauh dari Wandi.“Kamu ini apa-apa an? Mau berkelahi? Udah ditolongin masih masih tidak sadar,” kata Jumari dari samping anaknya dengan menahan tangan Adrian.“Bapak! Dia sudah menyiram aku dengan air. Kurang ajar benget, tidak sopan. Nih lihat, kasurku basah baju juga basah!” kata Adrian dengan dengan napas memburu.“Duduk!” perintah Jumari menarik Adrian duduk di tepi ranjang yang basah karena air. “Sekarang kamu liat, tuh jam berapa?” tangan Jumari menunjuk ke arah jam yang ada di meja.“Astagahh … itu bener jamnya?”Adrian melongo melihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul 11.00. Itu artinya dia sudah melewatkan waktu untuk bermain balap motor pagi itu. Padahal acara lomb

  • Goyangan Pohon Beringin   Kenagan Bersama Hesta

    Sementara di tempat lain, Adrian dan kedua temannya yang kesal akibat ulah Wandi segera pergi dari stan penjual martabak. Mereka menuju ke arah parkiran yang jaraknya agak jauh dari tempat asal berteduh. Niat mereka bertiga hendak meninggalkan Wandi dan Tina, yang sudah curang dan tidak lagi memikirkan teman. Setelah mendapatkan motor dari tukang parrkir, ketiganya bergegas melajukan kendaraan menuju desa tempat tinggal mereka. Sepanjang jalan, baik Adrian dan kedua temannya memaki Wandi yang tidak setia kawan ucapan kotor. Tidak sadar, jika dari arah belakang ada bayangan hitam mengikutinya. Bayangan perempuan dengan rambut panjang menyeringai menatap Adrian dan kedua teman yang melajukan sepeda motor dengan kencang. Hujan gerimis di tengah malam tidak mereka perdulikan, hingga laju kotor berhenti di perbatasan desa. “Yan, gue kog merasa ada yang membuntuti kita,” kata Ardi sambil bersedekap. “Kagak usah mikir yang aneh-aneh. Gue bingung, entar gimana ngomong sama Emaknya Wandi dan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status