Para pekerja sedang mengubur Walker di samping kuburan kuda jantan Mr. Clark yang juga mati misterius beberapa bulan lalu. Mara cuma memperhatikan dari jendela kamarnya, memandang sedih pada tanah peternakannya yang seolah sudah tidak bertuan. Tanah, rumah, dan orang-orang yang sudah Mara anggap seperti keluarga, rasanya mustahil jika dia harus mencurigai salah satu dari mereka. Tapi apa yang dikatakan Jared kemarin memang masuk akal, sebenci apapun Mara pada pemuda itu tapi kali ini mau-tidak mau Mara harus mempertimbangkan kata-katanya.
Mara kembali mengambil secarik kertas yang kemarin diberikan Jared padanya. Mara membaca lagi tulisan tangan Anelies dan sebentar kemudian buru-buru ingat utuk mengambil buku harian Anelies. Mara segera menempelkan sobekan kertas tersebut dengan halaman terakhir di buku itu yang juga terdapat bekas sobekan dan ternyata memang persis sama. Tanpa sadar M
YUK VOTE DULU YA.
Selai dikenal jenius Tobias juga merupakan orang yang sangat teliti dan efektif dalam bekerja. Tobias Harlot memulai pencariannya dengan mengumpulkan informasi mengenai berbagai ritual ekstrim yang salah satu fokusnya adalah ritual mandi mengunakan darah binatang. Sebagian besar pencarinya lebih mengarah pada kebudayaan masyarakat Kazakhstan, tapi mereka lebih sering mengunakan darah dari ternak kambing bukan kuda. Tobias pikir, 'jika berhubungan dengan kuda kemungkinan orang-orang tersebut juga merupakan orang-orang yang kehidupannya juga dekat dengan para kuda'. Tobias langsung kembali menyelidiki tanah peternakan keluarga Clark dan sejarah kepemilikan tanah tersebut. Ternyata jauh sebelum tanah tersebut dibeli oleh keluarga Clark dan dijadikan lahan peternakan kuda yang menjadi sejarah cikal-bakal berbagai pertandingan pacuan kuda di Kentucky, sebelumnya tanah tersebut juga sudah mer
Tobias memberitahu Mara jika dirinya belum bisa datang ke peternakan karena dia masih harus pergi ke inggris untuk menemui Jeremy Loghan. Tobias hanya kembali berpesan agar Mara selalu waspada karena siapapun bisa jadi pelakunya. Jared kembali pulang dengan perasaan kesal dan was-was, setelah berputar-putar dan tidak menemukan jejak siapapun di sekitar savana, tapi Jared masih sangat yakin jika orang itu pasti juga dia kenal. Jika mempertimbangkan jarak yang lebih jauh dari peternakan yang lain dan memang tidak ada pemukiman penduduk di sekitar tempat itu, kemungkinannya memang cuma para pekerja dari peternakan keluarga Clark. Jared sudah memelankan lari kudanya ketika melihat Mateo dan Gerik sibuk mengangkat tangga untuk melepas sesuatu dari atas pintu istal. "Apa yang kalian lakukan?" taya Jared ketika ikut mendongak pada Mateo.
Memasuki pertengahan musim gugur udara masih saja terasa kering tapi lebih berangin, suara gemerisik semak rumput dan dedaunan yang berguguran menyempurnakan cuaca masih terik dan gerah. Jared sudah tidak sanggup lagi memakai baju berlengan sejak kemarin dia sudah kembali memotong lengan kemejanya dan sama sekali tidak perduli dengan kulitnya yang semakin kecoklatan terpanggang matahari. Jared baru selesai mengeluarkan semua kuda dari dalam istal untuk dia biarkan berlarian di dalam pagar. Mateo terlihat sedang membelahkan kayu bakar di samping pondoknya. "Tidak usah banyak-banyak Paman, aku jarang mengunakan perapian." Jared adalah satu-satunya orang yang bisa tetap merasa kegerahan di tengah musim dingin. "Aku juga bawakan
"Bagaimana jika ada yang menculikmu, apa kau tidak takut?" Jared berjalan mendekati Mara. "Bagaiman jika ada yang menyekapmu, apa kau tidak takut?" Mara masih saja menegakkan punggungnya tidak mau memperlihatkan ketakutannya walaupun ia sadar sedang berdua bersama Jared Landon di gudang jerami yang agak gelap. "Atau kau hanya takut ketika melihat kuda disembelih?" "Aku tidak takut denganmu!" tegas Mara begitu kembali bicara. "Coba pikirkan lagi!" tekan Jared yang makin merapat mendesak tubuh Mara ke tumpukan jerami. "Apa yang kau lakukan?" Mara menolak untuk disentuh tapi Jared tetap menekan bahunya. Telapak tangan pemuda itu terasa tebal, besar, dan keras. "Aku bisa melakukan apa saja dengan wanita di gudang jerami seperti ini." "Jangan coba me
"Itu dia!" tunjuk Mateo pada Jared yang baru kembali dari gudang jerami dan baru melangkah ke pintu istal. Tobias Harlot ikut menoleh mengikuti Mateo. Sebenarnya Jared tidak tahu jika Tobias akan datang hari ini, tapi Jared tahu jika tujuannya datang belakangan ini hanya untuk mendekati Mara. Sebagai pria yang sudah sama-sama dewasa tentu mereka tidak mau mempermasalahkan soal wanita. "Kemari Anak Muda, Mr. Harlot mencarimu!" teriak Mateo karena suara aktifitas para pekerja yang sedang melepas palang kuda juga cukup berisik. "Apa Anda ingin kusiapkan kuda?" Jared langsung bertanya. "Tidak, aku hanya ingin bicara denganmu." "Baiklah."
Bukannya pulang ke pondok Jared malah mengambil kuda untuk dia tunggangi ke savana. Jared pergi ke danau dan ternyata dia tetap tidak menemukan siapa-siapa. Jared masih sangat yakin jika pria yang sering pergi sendirian ke tempat ini ada hubungannya dengan kematian Anelies. Jared terus memperhatikan puntung rokok yang berceceran di sekitar batu, semuanya sama, dari orang yang sama, karena biasanya masing-masing orang memang hanya akan memilih merek tertentu. Tobias Harlot kembali memutar ulang video yang sudah hampir tiga kali dia simak. Tadi malam Tobias sengaja memberi para pekerja istal begitu banyak anggur agar mereka mabuk supaya Tobias lebih mudah mengenali karakter mereka. "Hanya Mato Biziel yang tidak terlihat menyentuh minuman sama sekali." "Setahuku dia memang tidak
Mara mengantarkan Tobias Harlot sampai di halaman. "Ingat jaga dirimu, Mara," pesan Tobias sambil memperhatikan para laki-laki yang sedang bekerja di depan halaman istal. "Jangan terlalu khawatir." "Ingat, bisa siapa saja di antara mereka!" Mara mengangguk dan membiarkan Tobias menciumnya sekali lagi sebelum pemuda itu masuk ke dalam mobil. "Aku akan merindukanmu." "Sudah sana pergi! biar kau cepat rindu," canda Mara menanggapi ucapan manis Tobias Harlot yang coba terus menggodanya. Tobias masuk ke dalam mobil yang kacanya masih dibiarkan terbuka untuk melambai pada Mara. Ma
"Kenapa lagi, Bibi?" tanya Mara yang baru turun dari tangga. "Ovennya rusak lagi." "Beli saja yang baru." "Tunggu sebentar, aku sudah menyuruh Mateo untuk memanggil Jared." "Apanya yang rusak?" "Entah, sama sekali tidak bisa dinyalakan." Mara coba memeriksa dan baru membuka pintu oven jarinya malah terjepit dan langsung menjerit kaget. "Ao!" Mara spontan mengibas-ngibaskan jarinya yang sakit berdenyut-denyut dan baru sadar jika dia juga memercikan darah segar ke lantai dan meja. "Oh Tuhan!" bibi Carolina ikut terkejut kare