Hamil Anak Ular
Bab 2 : Tak Percaya
Dengan menghembuskan napas kesal, Anjani duduk di kursi goyang yang sengaja ia letakkan di tengah-tengah ruangan, karena di sekelilingnya penuh dengan kandang ular dengan beraneka jenis ragam. Dipandanginya aneka jenis ular koleksian yang bisa membuat hati senang jika mengamati gerakan bergeliutan hewan melata itu.
Pintu kamarnya terlihat terbuka, keluarlah si ular piton yang ia beri nama Chiko. Hewan kesayangannya itu mulai merayap dan mendekatinya, lalu melengkor naik ke atas pangkuan.
Ceril si sanca bodo berwarna kuning pun tak mau kalah saing, ia yang sedari tadi melengkor di karpet bulu depan televisi merayap mendekat ke arah Anjani juga.
“Ceril, Chiko, aku lagi pusing sekarang. Gimana bisa mama mendapatkan surat keterangan dari dokter itu? Ahgg!!!“ Anjani menggaruk rambut sebahunya.
“Sial!” gumamnya lagi sambil memegangi perutnya yang memang terlihat makin berisi dari biasanya.
“Chiko, turun dulu sana! Aku mau ke kamar,” perintah Anjani pada ular piton berwarna hitam yang ia rawat dari kecil itu.
Chiko seolah mengerti ucapan sang majikan, ia langsung merayap turun dari pangkuan Anjani lalu mengikuti gadis yang suka berpakaian serba hitam itu masuk ke dalam kamar.
******
Malam ini, Anjani tak bisa memejamkan mata dengan tenang, tangannya masih mengusap perut. Besok pagi ia akan berencana ke rumah sakit lainnya untuk memeriksakan diri dan membuktikan kalau dirinya tidak sedang hamil.
Chiko yang melengkor di samping Anjani merayap di kepalanya lalu naik ke dadanya. Ia tersenyum lalu memeluknya, ia tak memerlukan selimut lagi, si ular piton selalu membuatnya hangat dengan melilitnya seperti ini.
Anjani mulai memejamkan mata sambil memeluk Chiko seperti biasanya. Ia merasakan kenyamanan saat bersamanya mesti si ular piton hanya peliharaan saja, ia sudah menganggap Chiko sebagai teman. Diciumnya kulit hitam itu dengan penuh kasih sayang, sembari mengelusnya hewan bersisik itu.
*******
Pagi ini, sebelum berangkat ke kampus, seperti biasanya Anjani memberi makan para ular peliharaannya. Chiko dan Ceril sudah menunggu di kandang belakang, ia langsung memberikan masing-masing satu ekor ayam kepadanya sebagai jatah makan seminggu sekali.
“Oke, gaes, aku berangkat dulu,” gumam Anjani sambil menyunggingkan senyum, lalu melangkah menuju anak tangga.
“Sarapan dulu, Non!” ujar Bi Siti, asisten rumah tangganya.
“Mama sama Om Lucky ada di meja makan, Bik?” tanya Anjani malas.
“Iya, Non. Sarapan requestan dari Non Jani udah Bibik masakan. Ayo, Non!”
Anjani menelan ludah, pagi ini ia meminta dimasakan cumi balado. Akan tetapi, ia jadi malas jika harus sarapan bersama sang mama yang sedang dilanda puber kedua dengan suami barunya yang alay itu.
“Bik, masukin kotak makan sajalah! Anjani tunggu di sini, malas gabung ke sana!” ujar Anjani kecut sambil berlalu ke ruang tengah sembari menyambar remot televisi.
“Baik, Non,” jawab Bik Siti, ia tahu kalau hubungan Anjani dan mamanya tak baik semenjak sang mama menikah lagi tiga tahun yang lalu.
Beberapa saat kemudian, Bik Siti telah kembali dari dapur dengan membawa kotak makanan untuk Anjani.
“Jani, mau ke mana kamu?” tanya Endah sambil bergandengan mesra dengan Lucky, si ayah tiri.
“Kampus, Ma,” jawab Anjani sambil memasukkan kotak makannya ke dalam tas.
“Hey, gimana masalah kehamilanmu ini?” Endah mendekati putri tunggalnya itu dengan wajah jengkel, matanya menelisik perut Jani yang memang terlihat agak berisi dari biasanya.
“Jani gak hamil, Ma! Balik dari kampus mau ke dokter kandungan yang lain, biar jelas hasilnya,” jawab Anjani sambil ngeloyor menuju ruang tamu untuk sampai di pintu depan.
Lucky mendekati istrinya, lalu berkata, “Lihatkan saja dulu, Sayang. Semoga dugaan kita tidak benar, Jani nggak hamil. Kasihan kamu pasti malu kalau Anjani benaran hamil anak ular.”
“Iya, Mas, semoga saja hasil pemeriksaan itu benaran salah.” Endah semakin mengeratkan gandengan tangannya kepada sang suami yang umurnya terpaut sepuluh tahun darinya itu.
******
Setelah mengantar tugasnya ke kampus, Anjani langsung menuju rumah sakit untuk kembali memeriksakan dirinya. Ia tak terima dirinya yang masih perawan malah diagnosa hamil 3 bulan. Apalagi mamanya sudah tahu akan hal ini.
Anjani masuk ke ruangan poli kandungan, ia berharap pemeriksaan kali ini benar adanya dan tak salah seperti kemarin.
“Sudah telat berapa minggu, Mbak?” tanya sang perawat kepada Anjani.
“Gak ada telat, Sus, haid lancar tiap bulan dan saya masih perawan tapi kemarin malah diagnosa hamil tiga bulan sama rumah sakit xxx,” ujar Anjani dengan kesal.
“Oh, kalau begitu ... langsung ke Dokter Gio saja!” jawab sang perawat.
Anjani berpindah tempat duduk, dari kursi di depan perawat ke hadapan dokter muda berkaca mata dengan senyum yang lumayan manis, sehingga membuatnya menelan ludah.
“Ayo, Mbak, langsung ke tempat tidur periksa saja! Suster, tolong dibantu!” ujar sang dokter.
Sang perawat langsung menghampiri Anjani dan menyuruhnya berbaring, lalu menaikan baju kaos oblong itu dan menyemprotkan gel ke perut gadis tomboy itu.
Dokter Gio sudah menyiapkan alat transduser dan langsung menekannya ke perut Anjani. Matanya yang sipit semakin menyipit saja saat mengamati monitor di hadapannya.
“Gimana, Dokter, saya benaran hamil?” tanya Anjani tak sabar.
“Iya, Mbak, kamu hamil 13 minggu. Cuma ... janin kamu ini agak aneh, diusia kandungan tiga bulan ini belum terlihat jelas. Sepertinya ada banyak, mungkin kembar lebih dari dua,” ujar sang dokter sembari mengamati layar monitor sebab ini kasus pertama yang membuat dahinya berkerut.
Anjani menarik napas frustasi, ternyata dirinya benaran hamil dan yang lebih membuatnya shock, janin di rahimnya lebih dari dua.
“Dok, gimana saya bisa hamil? Saya ini masih perawan dan belum pernah melakukan hubungan badan dengan siapa pun?” tanya Anjani kesal sambil menepis tangan dokter lalu bangkit dari tempat tidur pemeriksaan. “Saya juga selalu haid tiap bulan, masa iya hamil?” sambungnya dengan kesal.
Dokter dan perawat saling pandang, mereka juga bingung dengan kasus Anjani.
Bersambung ....#Melahirkan_Anak_UlarBab 53 (Tamat)“Ayo!” Pangeran Rambo muncul tiba-tiba, ia langsung menarik tangan Anjani untuk menuju hutan.“Aku hanya bisa mengantar kalian ke hutan saja, sebab aku takkan bisa meninggalkan istana terlalu lama karena keselamatan Ibuku terancam ... jika Raja tahu siapa pengantinnya sekarang,” ujar Pangeran Rambo.“Baiklah, Rambo, tak masalah ... yang penting kamu bisa membawa kami keluar dari istana,” jawab Anjani.Dengan menggunakan ilmu menghilangnya, Pangeran Rambo sudah membawa Anjani dan Manu ke hutan larangan.“Segera cari pintu gaib itu! Berlarilah ke arah Timur, cari batu besar dan pohon kembar, di sanalah pintu ke alam nyata itu berada,” ujar Pangeran Rambo saat mereka telah tiba di hutan.“Baiklah, terima kasih, Rambo,” jawab Anjani.Pangeran Rambo hanya menganggukkan kepala dan kemudian kembali ke istana. Sedangkan Anjani dan Manu mula
#Melahirkan_Anak_UlarBab 51“Baiklah.” Anjani menariknya napas panjang, ia terpaksa menyetujui tapi takkan mau menikah dengan raja kobra. Ia kembali menyusun rencana di kepalanya.Raja Kobra menyunggingkan senyum kemenangan mendengar jawaban Anjani.“Baiklah kalau begitu, besok kita akan menikah lalu besoknya lagi Pangeran Aries akan menemanimu ke alam nyata. Oh iya, adikku juga akan turut serta.” Raja Kobra bangkit dari kursinya. “Perdana menteri, segera siapkan semuanya!” sambungnya kepada pria yang selalu mengekor di dekatnya itu.“Raja, mamaku sakit parah, jadi ... aku mohon kita tak menunda waktu. Pagi kita menikah, dan siangnya ... aku harus pulang ke alam nyata.” Anjani berusaha menawar.“Hmm .... “ Raja Kobra menautkan alisnya, padahal ia sudah membayangkan indahnya malam pertama mereka dan ia sudah berencana untuk segera membuat Anjani hamil anak-anak mereka lagi.&
#Melahirkan_Anak_UlarBab 50“Ibunda, Paman, Artha pamit mau berburu dulu, ya.” Artha menatap Ibu dan pamannya.“Iya, Nak, hati-hati!” jawab Anjani.“Permisi, Ratu Anjani, kami membawakan makanan,” ujar Dayang-dayang saat tiba di kamar Manu.“Hmm ... letakkan saja dulu di atas meja,” jawab Anjani.Saat Putri Artha hendak melangkah ke depan, ia malah bertabrakan dengan para Dayang yang hendak menyimpan makanan untuk Manu ke atas meja.“Aduh ... kok jalannya nggak lihat-lihat sih, Dayang .... “ Putri Artha mengomel kesal.“Ma—maaf ... Putri.” Para Dayang itu segera memunguti makanan yang berjatuhan.Anjani tak berkomentar apa pun. Sedangkan Pangeran Aries dan Putri Aruka yang memang sudah tahu sifat ceroboh saudara kembarnya itu, tak heran lagi karena Putri Artha memang sering menabrak siapa pun saat ia sudah memikirkan tentang rencana berburunya
Melahirkan Anak UlarPart 49Ustaz Bumi membuka matanya, lalu mengusap wajahnya sambil mengucapkan istighfar.Taklama berselang, istrinya Ustaz Bumi datang ke ruang tamu dengan membawakan minuman untuk suami dan tamu mereka."Ayo minum dulu, Ji," ujar Ustaz Bumi sambil meraih gelas minuman miliknya.Radji mengangguk dan meraih minuman itu, lalu menenggaknya separuh."Dugaanmu benar, Ji, istri dan adik iparmu memang ada di Kerajaan ular," ujar Ustaz Bumi setelah menghabiskan minuman di gelasnya."Astaghfirullahal'adzim ... Anjani ... Manu ... Saya harus bagaimana, Ustaz?" Radji mengusap wajah dan memegangi kepalanya bingung."Kita berdoa saja ... Agar Anjani dan adiknya segera kembali," jawab Ustaz Bumi.“Ustaz, bantu saya untuk bisa ke Kerajaan Ular ... saya tak bisa hanya berdiam diri saja ... saya ... ingin menjemput Anjani dan Manu .... “ ujar Radji dengan menatap Sang Ustaz.“Ini berat, Ji, k
#Melahirkan_Anak_UlarBab 48“Tinggallah di sini, Ratu Anjani, anak-anak butuh kamu. Mereka sangat senang dengan kedatanganmu,” ujar Raja Kobra setelah keduanya diam untuk beberapa saat.Anjani terdiam.“Putri Aruka yang selama ini selalu sakit-sakitan dan hanya menghabiskan waktunya hanya dengan berbaring saja di kamar, kini terlihat sehat dan tak pernah mengeluh sakit lagi ... dan itu karena kehadiran kamu. Tinggallah di sini, bersama anak-anak!” ujar Raja Kobra lagi dengan nada memohon dan tak arrogant seperti dulu lagi, tatapannya lembut.Anjani menelan ludah sembari membuang pandangan dari Raja ular yang pernah membuatnya hamil anak ular juga telah menghabisi nyawa Chiko, sahabatnya. Ia tetap membenci Raja bermata sipit itu, jelas saja ia takkan mau menghabiskan sisa hidupnya di negeri ular ini.“Bagaimana, Ratu Anjani?” desak Sang Raja, ia ingin mendengar jawaban d
#Melahirkan_Anak_UlarBab 47Raja Kobra segera keluar dari kamarnya saat mendengar keributan dari arah taman belakang yang tak jauh dari kamarnya. Ia melangkah mendatangi dua pengawal yang berjaga di ruang tengah.“Ada apa? Mana penyusupnya?” tanya Raja Kobra sambil menyentak pedangnya.“Sudah dimasukkan panglima ke penjara bawah tanah, Raja.” Salah satu pengawal menjawab sambil membungkukkan badan.“Siapa penyusupnya?” tanya Raja Kobra dengan nada berang, mengetahui adanya penyusup yang berani masuk ke Kerajaannya.“Dia bangsa manusia, Raja,” jawab Sang Pengawal itu lagi.“Kurang ajar, beraninya!” Raja Kobra mengepalkan tangannya. “Bagaimana bisa kalian lengah, hah?!” sambungnya sambil mendorong dua orang pengawal itu.“Ampun, Raja .... “ Dua pengawal itu menyimpuhkan tangannya di atas kepala.Raja Kobra membalikkan badan lalu menuju hal