Wilayah kekuasaan Harbetor resmi dialihkan pada putra sulung raja yang berusia 45 tahun, Edmund Ainsteree. Meski disebut sudah tidak muda lagi, tata cara kepemimpinannya mampu menjunjung Harbetor pada puncak kemakmuran. Karena itu, Edmund kerap kali dipanggil Ksatria setengah abad, sesuai dengan usianya yang hampir separuh dari seratus. Meski dikenal sangat cerdas, membanggakan, dan penuh pesona kepemimpinan. Ada satu hal yang membuatnya kurang dianggap baik bagi mata para wanita. Edmund masih melajang hingga sekarang, bahkan tidak ada satu pun rumor mengenai gadis yang dia dekati. Namun, tepat saat malam peresmian kedatangannya hari itu, berita tidak bersumber mendadak mengguncang Harbetor. Berkat pertemuannya dengan seniman muda bernama Samantha Caley, putri sulung mendiang Baron Alexandru dengan Baroness Julia. Berita kencan buta tentang mereka ramai dibicarakan publik, hingga akhirnya sampai ke telinga sang raja. Samantha baru berusia 18 tahun, emosinya jelas memuncak karena dipasangkan dengan seorang pria tua yang usianya hampir sama dengan mendiang sang ayah. Hingga suatu hari, Edmund memberanikan diri untuk melamarnya—yang sudah jelas Samantha tolak mentah-mentah. Meski keluarganya tengah ditempatkan pada masa krisis sebab kepergian sang ayah telah mengguncang ekonomi keluarga, Samantha tetap tidak mau menerima bantuan dari pria itu terutama ketika membahas mengenai hubungan antara keduanya. Lain dengan penolakan mati-matian gadis itu, Edmund mungkin terlihat lebih santai, tapi perasaannya menegaskan seberapa keras ia berjuang, hanya demi mengejar cinta sejatinya seorang. Melalui perjuangan tersebut, apakah Samantha mau membuka hatinya perlahan demi Edmund?
Lihat lebih banyakSeketika suasana jadi senyap. Gaun putih tulang Samantha terbang mengikuti hembusan angin kencang, hal itu sama sekali tidak mengurangi kesan elegan dan rupawannya yang menyerupai seorang dewi. Edmund terpesona sampai enggan melepas pandangan dalam beberapa menit sebelum akhirnya gadis itu mengalihkan perhatiannya dengan menaruh kembali cincin berlian yang berada dalam kubus kaca kecil berbalut kain merah tersebut ke meja.
Bibirnya tidak mengucap sepatah kata pun, hanya terbuka sedikit untuk menghembuskan napasnya yang panjang dan terdengar lelah. Edmund sudah menduga apa jawaban gadis itu perihal lamarannya pada malam hari ini—yang sengaja diadakan di tempat terbuka, berupa meja kaca dan sepasang kursi khusus dua orang yang dikelilingi bunga tulip dan kolam ikan. Selayaknya latar romansa yang terjadi pada tiap individu, ia mencoba membuatnya semirip mungkin agar Samantha merasa nyaman dan senang seperti yang dialami pasangan lain.Gadis itu masih tidak mengatakan apapun, menarik helaian rambutnya ke belakang telinga—yang entah kenapa seolah menyuruh Edmund bicara lebih dulu."Aku menghargai apapun keputusanmu Lady Caley. Katakan padaku bagaimana jawabanmu... jika kau siap. Aku masih bisa menunggu sampai kapanpun asal itu hanya untukmu," Ed mengulum senyum. Menahan diri untuk tidak berteriak seperti orang gila ketika dua iris Samantha menatapnya secara langsung.Jemari kecil gadis itu mendorong kotak cincin ke arah Edmund secara perlahan, "Maafkan aku, yang mulia. Selain karena tidak ada rasa diantara kita—oh, mungkin hanya aku yang tidak memiliki perasaan terhadapmu. Usia kita juga terlalu jauh untuk disandingkan sebagai suami istri, maaf jika aku kelewatan mengatakan hal ini, tapi kau sudah seperti ayahku. Kalian hampir seumuran kan?"Edmund mengangguk membenarkan tanpa berani membantah. Memang ia sudah memasuki tahap kepala empat, walau baru di pertengahan, sementara gadis cantik di depan matanya, kini masih menyandang status remaja belasan tahun. Hanya saja seharusnya cinta tidak memandang apapun, bahkan jika itu usia.Tapi cinta juga tidak bisa dipaksakan, Samantha pasti menginginkan pria gagah yang seusia dengannya agar kelihatan serasi ketika sebuah lengan kekar merangkul pinggang kecilnya."Yang mulia, sudah hampir tengah malam, aku harus pulang sekarang," gadis itu berujar tiba-tiba, tanpa menunggu jawaban dari si lawan bicara, langkah terburunya sudah menjauh sampai siluetnya benar-benar menghilang dengan cepat.Edmund menghela napas lesu. Pupilnya memandangi pantulan diri sendiri di gelas kaca yang terisi air dingin.Earl Martin muncul dari balik pintu, lantas mengusap bahunya dari belakang—dia orang yang sejak tadi memandangi pembicaraan privasi kedua pasang pria-wanita yang kemudian berakhir menyedihkan bagi salah satu pihak, "Kita bisa mencoba lain kali, Yang Mulia," ia tertawa renyah berusaha menghibur, "Seorang Duke penguasa Harbetor sepertimu tidak wajar kalau bersedih hanya karena seorang wanita. Masih banyak lady cantik di luaran sana, Lady Caley tidak ada apa-apanya."Edmund menggeleng pelan, tatapan matanya menajam "Aku hanya menginginkan dia, hanya Samantha Caley yang pertama dan terakhir, tidak akan ku lepaskan sampai kapanpun."•••Wilayah Harbetor masih berada di bawah naungan Antaragon. Dipimpin seorang Duke berusia empat puluh lima tahun, meski umurnya terbilang sudah tidak muda lagi, Harbetor begitu makmur dan lebih maju ketimbang wilayah kekuasaan seorang duke lainnya.Pangeran tersebut bernama Edmund Aisteree, putra sulung Raja Antonio Aisteree, dia ditetapkan menjadi pemimpin Harbetor sejak tiga tahun yang lalu, masa jabatan yang terbilang masih sangat singkat.Meski begitu ia cakap dan berbakat dalam bidangnya. Perekonomian, kemiliteran, bahkan pendidikan di Harbetor sangat diuatamakan. Jarang ditemui orang miskin, gelandangan, dan sebagainya di wilayah kekuasaan Edmund. Sehingga Harbetor kerap kali dianggap surga, berkat popularitas kemakmurannya yang kian meningkat.Meski begitu, sebagai Duke yang dianggap berbakat dan sering dipuja-puja masyarakat, dia punya satu kekurangan, yang tak lain adalah menakhlukan hati wanita.Entah untuk apa masa mudanya sehingga di usia menjelang setengah abad, masih melajang. Dia belum pernah terlibat berita dengan seorang gadis—sama sekali belum pernah. Tapi akhir-akhir ini, seorang putri sulung Baroness Julia Caley yang bernama Samantha Caley benar-benar memikat sang duke berkat pesona kecantikannya.Sudah dua bulan pertemuan mereka, dan sudah pula empat kali lamaran diajukan oleh sang duke. Malangnya setiap peristiwa itu selalu berakhir penolakan. Samantha tidak akan mengatakan apapun, dia hanya membahas mengenai perbandingan usia mereka yang sudah seperti ayah dan anak. Edmund pernah mengenal Baron Alexandru Caley, mendiang ayah Samantha, pria itu belum lama meninggal, saat berusia empat puluh lima—yang berakhir membuat hidup gadis itu sengsara beserta keluarganya.Meski ditentang oleh si gadis, lebih banyak lagi masyarakat yang menyetujui pernikahan mereka karena menganggap Duke Edmund sangat berjasa di Harbetor, sementara jika dia menginginkan Samantha, seharusnya itu bisa disanggupi sebagai balas budi atas jasanya.Orang-orang pun mulai menjauhi keluarga Caley, membuat Baroness Julia uring-uringan. Mereka mulai kesulitan ekonomi, tidak ada akses masuk kegiatan khusus sosialita kalangan atas, kehilangan derajat, dan yang terpenting, Samantha sudah tidak secantik dulu lagi.Dia menolak keras lamaran itu, membuat diri sendiri sengsara dan harus benar-benar bekerja keras untuk keluarganya. Hilanglah sebutan dewi kecantikan yang tertanam dalam jiwanya, sebab sebelum kejadian ini melanda, Samantha adalah gadis yang gemar bersolek, memakai perhiasan mewah, dan memamerkannya.Duke Edmund tidak ada sangkut pautnya dengan penyebab keruntuhan ekonomi keluarga Caley. Tapi dengan adanya perkara seperti ini, ia mampu memanfaatkannya dengan baik—yaitu menjanjikan takhta yang lebih tinggi dan mengembalikan ekonomi kelas atas untuk keluarga mereka."Membantu mandi?" beo Sam yang hanya bisa berdiri di ambang pintu kamar sang pangeran, tidak berani masuk.Mengetahui kesalahpahaman yang terjadi pada otak gadis itu, Ed sontak menjelaskannya secara rinci, "Membersihkan kamar mandi, menyiapkan air, dan menyediakan peralatan seperti handuk, juga pakaian ganti.""Oh begitu, baiklah akan ku laksanakan sekarang," balas Sam seraya tersenyum canggung, bisa-bisanya ia sudah berpikiran salah kaprah sampai kemana-mana. Melihat raut serius pria itu membuatnya semakin tidak enak hati—yah, kan mana mungkin ia membantu memandikan seorang lelaki dewasa yang seharusnya tahu apa saja yang dilakukan.Sam bergegas memasuki kamar mandi yang masih berada di area kamar pribadi. Mulai menggosok lantainya dengan batu, menata berbagai sabun aroma, merebus air, dan menyiapkannya di bak permanen besar. Tak berselang lama, Edmund masuk hanya mengenakan celana panjang tanpa atasan sama sekali, saat Sam tengah merapikan handuk dan pakaian ganti di gantungan.Gadi
"Lihat dia, tanpa malu datang ke kastil dan meminta pekerjaan langsung dari Duke.""Katanya waktu itu pernah datang marah-marah menolak pemberian pangeran 'kan? bagaimana bisa dia masih seperti itu.""Ah, aku jadi tidak setuju kalau Duke Edmund ingin menikahinya. Dia gadis jahat!""Kenapa bisa ya Duke Edmund menyukai perempuan jahat begitu, kalau menikah pasti hanya mengharapkan hartanya.""Benar-benar tidak tahu malu!"Samantha menutup telinga ketika mendengar gunjingan tentangnya secara terang-terangan. Ia baru datang ke kastil hari ini, bahkan belum melakukan apapun, tapi sudah mulai diberi ujian kesabaran.Orang-orang itu memandangnya dengan tatapan aneh, seakan merendahkan, benci, atau emosi. Jika dulu Sam bisa bereaksi dengan mengibaskan rambut dan gaun panjang menyentuh lantai, kini ia cuma terdiam menunduk, sadar kalau derajatnya tak jauh lebih tinggi dari para pelayan.Sam hanya harus menahan sebentar, toh tugasnya adalah mengurusi Edmund, tidak bergerombol seperti yang lainn
"Aku mohon, izinkan aku masuk untuk bertemu Duke Edmund, sebentar saja."Para penjaga lekas menghadang ketika Sam memaksakan diri masuk, "Kami tidak berbohong, Lady. Duke sedang berada di perbatasan bersama bala pasukan, kalau kau mau berkomunikasi, tinggalkan surat saja, kami akan menyampaikannya saat kepulangan beliau.""Tapi ini penting, aku tak mungkin menunggu lama!"Dua pria penjaga itu hampir saja mengusir, sesaat sebelum pria berjubah datang sembari menunggang kuda. Keduanya sontak membungkuk hormat membuatku kebingungan tentang jati dirinya. Masalahnya, orang mana yang rela mengenakan jubah di musim panas terik seperti sekarang?Mereka bergegas membukakan gerbang untuk membiarkan pria berkuda itu masuk tanpa mengatakan sepatah katapun. Iris matanya yang berwarna biru jernih memandangiku amat intens, indah sekali... ku rasa belum pernah melihat pria bermata biru, namun entah kenapa terasa tidak asing."Yang Mulia, mengapa anda kembali sendiran? di mana yang lainnya?" tanya sala
Usai penduduk bersedia dipindahkan secara diam-diam dari perkampungan perbatasan menuju pemukiman terdekat, pasukan penjagaan pun diperketat. Hampir tiga ratus orang dikirim dari Antaragon untuk membantu melindungi perbatasan.Jordan Attalas, putra bungsu wilayah sebelah pun ikut andil dalam kasus sengketa wilayah kali ini. Bagaimanapun, pemukiman stempat masih dibawah naungan Antaragon yang merdeka, ia sebagai putra mahkota teladan wajib menuangkan gagasan ide untuk membantu meredakan konflik.Ia memandang pemimpin Harbetor yang tengah memberikan arahan kepada para pasukan yang bergantian berjaga. Edmund—meski tidak ikut berkeliling dan memantau secara langsung, ia tidak tidur sama sekali, membiarkan kantung matanya sebesar mata panda yang hitam dan mengerikan."Ku dengar kau sudah tiga hari tidak tidur, pergilah ke tendamu."Ed sontak berbalik mencari seseorang yang berbicara santai kepadanya. Bibirnya seketika melengkung mengetahui Jordan yang menyapa, "Aku tak tahu kau ikut datang
Dini hari menjelang pagi, pertemuan diadakan secara mendadak di tenda utama demi mempersiapkan strategi sepenuhnya, selain itu agar tak kalah cepat dari pihak lawan sehingga dapat lebih dulu menghindari strategi mereka.Masalah propaganda di wilayah perbatasan Harbetor masih menjadi problematika tersulit untuk saat ini, banyak kejadian yang mendatangkan pendapat pro-kontra. Sang pemimpin sampai kelelahan menanggapi, meski begitu ia harus segera menyelesaikan masalah tersebut dengan cara seminim mungkin menghindari pertumpahan darah.Dari sekian banyak orang, tentu ada saja yang menentang pendapat sang raja dan menyatakan opini pribadi. Karena hal itu pula musyawarah diterapkan dengan sungguh-sungguh, agar tidak mengakibatkan terpercah belahnya kekompakan antar kelompok.Termasuk Edmund sendiri, ini kali ke tiga ia menyampaikan opini yang saling bertolak belakang satu sama lain, "Kalau para perompak itu tidak mau pergi, orang-orang di sini yang harus kita pindah demi keselamatan mereka.
Dolyn pergi dengan perasaan dongkol dan kalah bicara karena dia kurang mengerti topik. Meski begitu Samantha yang ditinggalkan tetap berpikir sesuatu akan terjadi pada dirinya ataupun keluarga. Putri tunggal Bragen Swan itu tidak akan diam saja ketika dikecewakan, sikapnya manja tidak beda jauh dari Samantha sendiri—karena sejak kecil sama-sama dibesarkan di lingkungan bangsawan terhormat, tidak pernah kekurangan sekalipun.Naasnya kini kisah malang mulai menimpuk kehidupan Sam, ia jadi punya pikiran meluas dan tidak lagi bisa bermanja-manja menggunakan kekuasaan sang ayah untuk keinginan semata. Mulai sekarang harapan utama keluarga Caley ada pada dirinya, Sam tidak bisa diam saja kalaupun nanti Dolyn membuatnya sengsara.Selama Samantha sibuk dengan urusan pribadinya bersama Dolyn Swan, yang sempat menggegerkan orang-orang, hingga jadi pusat perhatian, Samuel diam-diam mengganti beberapa opsi di lembar formulir pendaftaran kompetisi milik sang kakak, selain itu dia juga tak segan lan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen