#Melahirkan_Anak_Ular
Bab 36
Berhari-hari, Manu terus memikirkan tentang mimpinya. Andai mimpinya itu bisa jadi kenyataan, ia ingin mencobanya. Hutan larangan, ia sudah mencarinya di google map dan memang ada tapi tak ada yang boleh ke sana, begitu yang ia baca di sebuah artikel di goole juga.
“Kerajaan Ular Kobra, apakah kerajaan itu benaran ada? Masa iya ... di jaman modern begini masih ada kisah legenda seperti itu?” Manu membatin.
Dihelanya napas panjang, sungguh ia sangat ingin menjadi manusia normal dan memiliki kulit seperti orang-orang. Manu melangkah mendekati lemari rias dan menatap tubuh dan wajahnya yang penuh sisik. Aya saja pingsan saat melihatnya, apalagi oranglain. Hanya mama papa, kakak dan abang iparnya saja yang tak takut dengannya.
“Aku tak bisa terus begini, aku mau hidup layak. Aku mau sisik-sisik ular ini terlepas dari tubuhku .... “ Manu menatap dirinya dari balik cernin, ia memang mengerikan jika han
#Melahirkan_Anak_UlarBab 37Setelah satu jam berkendara, akhirnya Manu tiba juga di kawasan hutan larangan dengan papan tulisan yang tertancap di sana “Dilarang masuk, Kawasan Berbahaya!”Taxi yang menurunkannya langsung pergi saat sudah mendapatkan bayaran. Manu celingukan, suasana jalan sepi, tak ada kendaraan yang lalu lalang di sini, kecuali taxi yang mengantarnya tadi.Tekad cowok berpakaian serba hitam itu sudah bulat, tak ada lagi keraguan di hatinya, ia mau menjadi manusia normal dan membuktikan kalau dirinya adalah manusia dan bukannya siluman ular, seperti yang dituduhkan Aya kepadanya. Ia yakin, para readernya masih heboh saat ini, pamornya pun akan menurun, padahal menulis adalah caranya agar bisa dikenal tapi Aya telah menghancurkan reputasinya.Dengan langkah mantap, ia mendekati hutan yang dipagar bagian depannya itu. Manu langsung melompati pagar tinggi itu lalu melompat turun ke bawah. Sekilas, tak ada yang aneh
#Melahirkan_Anak_UlarBab 38Hingga matahari terbenam, Manu tak kunjung menemukan pintu untuk menuju ke Kerajaan Ular. Kakinya sudah terasa berat untuk melangkah, ditambah suasana hutan yang sudah berubah gelap. Mau tak mau, ia harus bermalam di sini malam ini dan besok baru kembali melanjutkan perjalanannya.Manu duduk bersandar di sebuah pohon besar sambil mengeluarkan isi tasnya, untung saja ia berbekal sentar jadi ia takkan begitu kegelapan. Dikeluarkannya ponsel yang juga ia bawa namun tak ada sinyal yang masuk dan ia bersyukur akan hal itu karena ia tahu kini keluarganya pasti bimbang akan kepergiannya.Manu mengeluarkan sebotol air meneral dan menenggaknya separuh, juga memakan roti pembekalannya. Untung saja ia mampir ke warung sebelum menuju hutan ini, jadi setidaknya ia takkan kelaparan.Cowok bersisik itu memegangi perutnya yang terasa kenyang karena sudah terganjal roti, ia merasa sedikit bertenaga. Manu tak lagi memakai penutup w
#Melahirkan_Anak_UlarBab 39 :Hingga pagi tiba, Manu tak tertidur lagi sebab Fiolisa tak hentinya mengajak mengobrol. Gadis itu tak takut kepadanya, malah terang-terangan mengakui menyukainya walau mereka baru saja bertemu.“Fio, aku mau melanjutkan perjalanan,” ujar Manu sambil mengenakan masker wajahnya.“Aku ikut, Bang!” rengek Fiolisa sambil menarik tangan Manu.“Aku mau melanjutkan perjalanan, kamu pulanglah! Sampai bertemu lagi.” Manu melepaskan tangan Fiolisa yang berlayutan di bahunya.“Antar aku pulang, Abang!” rengek Fiolisa.“Ya sudah, ayo kuantar pulang. Rumahmu di arah mana? Tapi jangan bergelayutan seperti ini, kita baru juga kenal.” Manu merasa risih akan keagresifan gadis di sampingnya.“Tapi ... walau baru kenal, aku langsung suka loh sama Abang .... “ rayu Fiolisa.“Hmm ... ayo jalan, biar aku bisa melanjutkan perjalanan.&rdquo
#Melahirkan_Anak_UlarBab 40“Ya Tuhan ... bagaimana ini?” Manu meringis ketakutan saat dikelilingi banyak ular kobra yang seakan siap menyantapnya. Walau kulitnya bersisik seperti ular, ia tetap takut dengan hewan melata itu.Dalam keadaan terjepit seperti sekarang, Manu hanya bisa mengarahkan tasnya kepada ular-ular itu agar menjauh darinya, tapi hewan bersisik itu malah siap menyerang putra bungsu dari Endah dan almarhum Lucky (sang pawang ular yang meninggal mengenaskan karena digigit ular).Seekor ular yang paling besar langsung menyerang Manu, tapi ia sempat menghindar dan menangkap kepala ular kobra itu agar tak bisa menggigitnya. Melihat satu temannya ditangkap, beberapa ular lainnya malah menyerang Manu bersamaan. Manu melempar ular di tanhannya dan melompati beberap ular yang hendak menggigit kakinya. Ia berusaha untuk tak membunuh ular-ular itu dan memilih untuk melarikan diri dari tempat itu, namun naas, gerombolan ular-ular
#Melahirkan_Anak_UlarBab 41‘Hufftt’Sebuah anak panah melesat mengenai seorang pria berwajah ular yang tangannya sudah bersiap memotong leher Manu.“Agghh!!” jeritnya sang pria dengan anak panah yang mengenai dadanya, ia langsung tumbang seketika.Dua pria lainnya langsung berjongkok dan menyimpuhkan kedua tangan di atas kepala saat melihat seorang Putri dari Raja kobra duduk di atas kudanya dan bersiap melayangkan anak panahnya lagi.“Ampun, Putri Artha .... “ Dua pria itu memohon dengan tubuh yang gemetar karena tak mau mengalami nasib serupa dengan temannya yang sudah mati terkapar di dekatnya.“Wahai rakyatku, kalian sudah tahu ... dilarang membunuh sesama makhluk ciptaan Tuhan. Lepaskan manusia itu dan kembalikan dia ke alamnya!” ujar Putri Artha yang melihat tiga rakyatnya hendak membunuh Manu.“Ba—baik ... Putri,” jawab dua pria itu serempak.
#Melahirkan_Anak_UlarBab 42“Manu!!!” Anjani berteriak dengan menyebut nama adiknya, lalu bangun dari tidurnya dengan napas yang ngos-ngosan.“Jani, kamu mimpi buruk?” Radji mengusap punggung sang istri lalu mengelap keringat di dahinya.Anjani menganggukkan kepala dan berusaha mengontrol debaran keras di dadanya. Radji segera meraih gelas air putih dan meminumkannya ke mulut sang istri.“Terima kasih, Ji.” Anjani memberikan kembali gelas air itu setelah menenggaknya sedikit.“Kamu mimpikan Manu, Sayang?” tanya Radji, menatap istrinya.“Iya, Ji. Dalam mimpiku ... Manu sedang disiksa Raja Kobra,” jawab Anjani dengan kepala yang terus terbayang akan mimpinya.“Itu Cuma mimpi, Sayang. Ayo, tidur lagi!” Radji mengajak Anjani untuk kembali berbaring.“Tapi ... itu seperti nyata, Ji. Kasihan Manu kalau sampai bertemu Raja Kobra, kamu tahu &lsq
#Melahirkan_Anak_UlarBab 43Anjani terus melangkah sambil mengedarkan pandangan ke kiri dan ke kanan, suasana hutan masih seperti 20 tahun silam, belum banyak yang berubah. Ia masih berusaha mengingat pintu untuk menuju Kerajaan Ular, kalau ia tak salah ingat pintu itu ada diantara batuan besar dan dua pohon kembar.PangeranAries yang sudah menjelma menjadi seekor ular kobra, menatap Anjani dari kejauhan. Ia sangat merindukan Ibunya yang selama ini hanya ia bisa jumpai lewat alam mimpi. Ingin rasanya ia memeluk dan menumpahkan segala kerinduan yang selama ini hanya dapat ia tahan, akan tetapi ia harus sedikit bersabar.Anjani menoleh ke belakang, ia sedikit kaget saat melihat seekor ular kobra sedang merayap mengikutinya. Ia meringis, ada rasa takut juga di hatinya sebab ia sudah lama meninggalkan hobynya mengoleksi ular.Anjani menepikan langkahnya dan berusaha menghindar dari ular yang sepertinya hendak mengejarnya itu. akan tetapi sang ul
#Melahirkan_Anak_UlarBab 44“Ibunda akan tinggal di sini ‘kan? Sama Aruka, Kak Artha dan Kak Aries?” tanya Putri Aruka sambil bergelayut manja di bahu Anjani.“Aku ... eh ... Ibu ... masih terkejut saat ini ... Ibu tidak menyangka ... kalau kalian sudah dewasa .... “ jawab Anjani terbata-bata.“Ibunda pasti capek, istirahat di kamar Aruka saja, ya,” ujar Putri Aruka.Anjani hanya tersenyum melihat tiga anak-anaknya itu mengelilingi dirinya. Taklama kemudian, Raja Kobra yang sedari tadi hanya mengamati saja dari depan pintu, melangkah masuk juga.“Selamat datang, Ratu Anjani,” sapa Raja Kobra dengan tatapan penuh rindu.Anjani gelagapan dan mengerutkan dahi saat menatap Ayah dari anak-anaknya itu, orang yang ia benci karena telah melenyapkan Chiko, ular pyton kesayangannya.“Ayahanda Raja, Ibunda sudah datang .... “ ujar Putri Artha.“Iya, lanj