Alex tidak lagi menjawab, disertai suara dentingan, pintu lift pun terbuka, "Ayo."Sophia mendorong Alex keluar, ada perasaan aneh di hatinya, dia bertanya-tanya apa maksud Alex dengan pertanyaannya barusan.Mereka naik RV dan tiba di sebuah tempat dengan pemandangan yang terkenal di Kota Marila, bernama Maritim Biru.Sophia bersedia mengajak Alex dan Kevin jalan-jalan karena dia sudah membeli tiket pesawat jadwal pagi tiga hari kemudian, dia berencana membawa mereka kembali ke Negara Muriana lebih cepat.Tak peduli urusan Theo sudah selesai atau belum, dia akan segera membawa Alex pergi. Besok dia akan ke rumah sakit untuk operasi inseminasi buatan. Setelah dua hari penyembuhan, mereka bisa kembali ke Negara Muriana!Sebelum berangkat, dia ingin menikmati pemandangan Kota Marila. Jika semuanya lancar, mereka tidak akan kembali lagi.Mobil berhenti di lahan hijau di salah satu sisi Maritim Biru. Sophia mendorong Alex keluar dari mobil dan menghirup udara segar. "Alex, udara di sini jau
"Benarkah, Ayah?"Alex menatap Kevin dengan lembut dan yakin, "Um, benar," jawabnya.Kevin mengedipkan mata, melihat dengan cermat, lalu mengedipkan mata dan melihat dengan cermat lagi ...."Ayah, sepertinya aku berhalusinasi. Pasti karena aku terlalu merindukan Ibu Pamela, aku melihatnya di sini!" kata Kevin.Mendengar ucapan Kevin, Alex sedikit membeku, dia mengikuti arah tatapan Kevin, pupil matanya tiba-tiba menyusut!Kevin tidak salah lihat, itu bukan halusinasi.Pamela berdiri dengan seorang pria di sana, berbicara sambil memandangi alam. Keduanya tidak berjauhan, dengan jarak setengah orang, dari percakapan dan tawa mereka terlihat hubungan yang sangat akrab.Alex yang ingatannya sudah pulih mengenal pria itu sebagai Andra Bratajaya.Dulu, pria itu punya maksud dengan Pamela, sekarang dia memanfaatkan ketidakberadaannya di sisi Pamela untuk mendekatinya lagi!Tatapan Alex seketika berubah dingin ...."Alex, Kevin, kalian sedang lihat apa? Mau minum, nggak?"Sophia datang membawa
Pamela sudah melihat Alex!Pamela dan Andra sedang mendiskusikan berbagai rencana pengembangan Maritim Biru, lalu merasa ada mata yang terfokus padanya. Dia melihat ke sekeliling, kemudian tatapannya berhenti dan melihat Sophia, Paman dan Kevin.Dia juga tidak menyangka akan bertemu dengan mereka di sini.Andra mendengarkan Pamela dengan penuh perhatian, dengan kekaguman dan cinta di matanya, karena jarang sekali menemukan gadis yang bijaksana, mantap dan strategis. Semakin dia mengenal Pamela, semakin dia menyukainya.Namun, Pamela tiba-tiba berhenti bicara, Andra yang merasa aneh pun mengikuti arah pandangan Pamela dan tercengang!Agam Dirgantara? Dia sudah kembali?Kedua belah pihak saling memandang untuk waktu yang lama. Andra kembali sadar dan menatap Pamela, "Lala, Agam ...."Pamela tidak mendengarkan Andra, dia langsung berjalan mendekat!Dia memandang Sophia dan Alex dengan tatapan tidak ramah, "Jadi, dia suamimu?!"Sophia tentu saja merasa sedikit bersalah. Baru saja dia ingin
Sophia menyilangkan tangannya, "Kalau ya, kenapa? Sekarang dia nggak ingat siapa kamu dan nggak akan kembali bersamamu!"Pamela mengerutkan alis, "Bagaimana kalau kita coba?"Setelah itu, dia hendak berbalik dan berjalan menuju Alex, tapi Sophia menariknya kembali, "Apa yang kamu inginkan? Jangan mendekati suamiku!"Pamela berkata, "Kenapa? Apa yang kamu takutkan? Bukankah kamu yakin dia nggak ingat padaku dan nggak akan pergi denganku?"Wajah Sophia berubah masam, tangannya terkepal erat di lengan Pamela. "Sekarang dia suamiku dan aku berhak melarang wanita lain mendekatinya!" teriaknya....Saat kedua wanita itu berdebat beberapa ratus meter jauhnya, Alex dan Andra juga saling memandang.Melihat Agam muncul kembali, tentu Andra terkejut, dia menyipitkan mata, lalu menyapa, "Agam, lama nggak bertemu."Tatapan dingin Alex menunduk, tidak ada fluktuasi apa pun, begitu pula nada suaranya, "Apakah kita saling kenal?"Andra tersenyum, "Kamu benar-benar hilang ingatan?"Alex tetap acuh tak
Setelah bicara, dia membawa Pamela ke sisinya, melihat bekas merah di lengan Pamela dengan sedih, lalu berkata sambil tersenyum, "Ckck, sekalipun teman lama yang bertemu kembali, kamu juga nggak perlu bertindak seperti ini. Lihat, lengan Pamela sampai merah!"Tindakan Andra dalam melindungi Pamela terlihat tidak biasa.Pamela tentu merasa muak dengan ini.Namun, Sophia terlihat senang, dia mengamati jarak di antara mereka berdua. "Tuan Muda Andra, maafkan aku! Aku terlalu senang karena sudah bertahun-tahun nggak bertemu Pamela, sampai-sampai nggak memperhatikan tenaga dan melukai pacarmu," katanya.Andra tentu ingin mengakui Pamela sebagai pacarnya, dia berpura-pura menjadi pacarnya dan berkata, "Nggak masalah, wanita memang suka berpegangan tangan saat bertemu. Bisa dimengerti! Apalagi kalian sudah lama nggak bertemu. Tadinya, aku ingin mengajakmu makan malam bersama untuk mengenang masa lalu, tapi suamimu sepertinya buru-buru ingin membawa anak kalian ke tempat berikutnya, jadi aku n
Andra mendekatinya dan berkata dengan wajah polos, "Bukankah aku sedang membantumu balas dendam? Tiga tahun nggak bertemu, dia sudah bersama wanita lain! Kamu nggak boleh kalah. Harus ada pacar di sisimu."Pamela mengernyitkan bibir, "Kalau begitu terima kasih."Saat bicara, Pamela sudah berjalan ke mobil, membuka pintu dan masuk ke dalam mobil.Andra tahu dirinya tidak disambut, jadi dia segera masuk ke mobil melalui sisi lain, kalau tidak, Pamela akan meninggalkannya.Setelah masuk, mobil langsung melaju di jalan raya.Andra melihat Pamela sedang mengetik di ponselnya, seperti sedang mengirim pesan kepada seseorang.Merasa tertarik, dia menyipitkan matanya, berpikir sejenak, lalu tiba-tiba mengerti, "Lala, tadi kamu hanya berpura-pura? Kamu sudah bertemu Agam sebelumnya?"Pamela berfokus pada ponselnya, tanpa mengangkat kepalanya, dia berkata, "Jangan banyak bicara, diam saja!"Justru aneh kalau Andra bisa diam. "Lala, aktingmu bagus sekali, bahkan aku juga tertipu!"Pamela tidak men
Mendengar pria itu berinisiatif menanyakan Pamela, wajah Sophia menegang, "Dia ... dia! Dulu dia juga temanmu, dia kekasih Tuan Muda Andra. Wajar kalau kamu merasa familier!"Sambil berbicara, dia mengamati perubahan ekspresi Alex.Alex mengangguk, dengan tatapan ragu, dia bertanya, "Oh, ya?"Keraguan pria itu tidak hanya membuat Sophia khawatir dia mengingat sesuatu, tapi juga membuat Sophia lega dan percaya setidaknya dia tidak mengingat apa pun sekarang ...."Um .... Sudahlah, hari ini kita keluar bermain, jangan bahas mereka lagi! Ini, Alex. Potongan buah yang kubawa, makanlah bersama Kevin. Selanjutnya kita akan ke danau yang paling terkenal di Kota Marila, Pemandangan di sana sangat klasik!" kata Sophia.Alex menerima sepiring potongan buah yang diserahkan Sophia, lalu meletakkannya di atas meja kecil dalam mobil RV. Dia sendiri tidak memakannya, tapi menancapkan garpu kecil pada sepotong apel dan memberikannya pada Kevin."Makanlah buah."Kevin sedang melamun. Sejak melihat Pame
Mendengar hal ini, Andra segera menyerah, dia mengangkat bahu, menarik kursi dan duduk di seberangnya, lalu mendesah pada dirinya sendiri, "Uh! Lala, aku benar-benar nggak berdaya menghadapimu!"Setelah membolak-balikkan buku menu dan memesan, Pamela menyerahkan menu itu kepada Andra dengan santai, lalu berkata, "Berhenti bicara omong kosong, pesanlah! Cepat makan dan kembali ke kantor lebih awal, ada yang harus kulakukan sore ini."Andra menerima buku menu itu, menghela napas sekali lagi, lalu menambah beberapa pesanan, kemudian menyerahkan buku menu kepada pelayan dan melambai untuk memintanya pergi."Lala, makan bersamaku saja kamu begitu berhati-hati? Memesan ruang pribadi saja kamu nggak mau, ini 'kan bukan hotel," kata Andra.Pamela lagi-lagi menatap ponselnya dan mengetik. Mendengar ucapan Andra, dia meliriknya sambil berkata, "Pria dan wanita dalam ruangan yang sama bisa menimbulkan ketidakjelasan. Karena kita di sini untuk membicarakan pekerjaan, maka kita makan di tempat umum