Janda Tawanan Dokter Reinhard

Janda Tawanan Dokter Reinhard

Oleh:  Kimrana  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
4 Peringkat
23Bab
394Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Seorang wanita yang telah satu tahun menjanda menerima suntingan seorang Dokter tampan bereputasi baik bernama Dokter Reinhard. Dokter yang bersedia membantu untuk merebut kembali hak perwalian anak sang janda yang bernama Arika dari tangan mantan suaminya seorang Detektif handal di kotanya tinggal. Dari sebuah rahasia yang diungkap sang Dokter di awal, siapa yang menyangka bila Dokter bereputasi baik di masyarakat itu memiliki rahasia-rahasia lain yang sangat kelam yang akan membuat Arika seperti di penjara setelah menikah dengannya. Dengan tekanan dan ancaman mampukah Arika keluar dari tawanan sang Dokter? Apakah mantan suami Arika, Sang Detektif bisa mengetahui hal tersebut dan membantunya? Temukan kisah berdarah Arika dalam cerita ini.

Lihat lebih banyak
Janda Tawanan Dokter Reinhard Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Kimrana
Mohon kirim dukungan dan cintanya semua ...️
2023-10-09 16:46:09
0
user avatar
cicafe215
Ceritanya menarik
2023-10-09 16:43:57
1
default avatar
uyyuna215
suka sama ceritanya
2023-10-09 15:37:20
1
default avatar
uyyuna215
suka sama ceritanya
2023-10-09 15:37:00
0
23 Bab
1. Pertemuan Pertama
Suatu sore di musim panas. Seperti kesepakatan beberapa hari yang lalu, Bibi Delvi, seorang wanita bertubuh gempal yang terkenal sebagai mak comblang di kota ini, membawa seorang wanita muda dengan anak balitanya ke sebuah restoran.Wanita muda itu bernama Arika Maily atau biasa dipanggil Arika. Dia baru berumur tigapuluh dua tahun. Dan dia adalah seorang janda yang telah satu tahun bercerai dari suaminya.Bibi Delvi membawanya ke restoran tersebut untuk diperkenalkan kepada seorang pria yang menggunakan jasanya untuk mencari jodoh."Halo, gadis kecil!" sapa pria itu tersenyum lebar, berhadapan dengan balita cantik berkulit putih yang dipangku sang janda."Hua...!" serta merta balita itu menangis karena takut dengan orang yang baru dia temui."Maafkan aku! Anakku selalu takut orang baru," ungkap Arika sambil mencoba menenangka anaknya yang bernama Armelia yang kini berusia tiga tahun."Sini Arika, biar aku gendong Armelia agar kalian bebas mengobrol....Sini anak cantik ikut bibi!" ajak
Baca selengkapnya
2. Keputusan Terakhir.
"A-apa yang mau Dokter katakan?" tanya Arika tergagap. Tubuhnya gemetar dan detak jantungnya semakin cepat. Arika mundur perlahan namun terhenti karena sandaran sisi sofa menghalangi dipunggung bawahnya."Aku nggak pernah seperti ini sebelumnya," Dokter Reinhard begitu dekat sampai Arika bisa merasakan napasnya yang harum mint berhembus di wajahnya. Arika kehilangan ritme napasnya yang terasa sedikit sesak."Tetapi aku baru menyadari belakangan ini," aku Dokter Reinhard menatap kuat ke dalam mata Arika. Darah terpompa keseluruh tubuh Arika ketika tangan dingin dan halus itu membelai dagu Arika lembut."Meskipun aku mencoba menyibukkan diri lebih dari biasanya, hasrat itu nggak bisa aku bendung. Karena itu aku memutuskan untuk menikah," jelas Dokter Rein berbisik."A..Apa...maksud anda?" hampir suaranya tak dapat keluar."Aku..." Dokter Rein merengkuh bibir Arika dengan bibirnya yang tipis. Seolah terhipnotis, tanpa penolakan Arika menyambut bibir itu. Matanya terpejam oleh kenikmatan.
Baca selengkapnya
3. Dokter Reinhard
"Kalau begitu saya permisi!" pamit Dokter Reinhard di depan rumah Arika."Iya Dok,"Dokter Reinhard berjalan pergi. Dengan berjalan memunggungi Arika, Dokter Reinhard menyeringai penuh misteri.************Sore hari setelah Dokter Reinhard pulang, Bibi Delvi pun menemui Arika di rumahnya."Jadi apa kamu menerima lamaran Dokter Rein?" Tanya Bibi Delvi dengan mulut penuh kacang yang masih dia jejalkan lagi ke dalam mulutnya.Arika memperhatikan Bibi Delvi yang duduk di sofa - bersebrangan dengannya - begitu semangat membuka kulit kacang kulit yang disuguhkan Arika."Aku belum menjawab. Aku masih meminta waktu." jawab Arika."Waktu untuk apa lagi?" Sungut Bibi Delvi dengan matanya yang semakin menyipit."Sudah terima saja. Ini tawaran bagus makanya aku memberikan kepadamu bukan kepada wanita lain. Dia itu dokter gigi terkenal di kota kita. Semua orang tahu tentang dia. Dokter muda, tampan, ahli dibidangnya, baik hati, kaya raya, dermawan dan juga ramah. Banyak pasien yang berobat kepada
Baca selengkapnya
4. Malam Pertama
"Apa kamu mau mengganti bajumu?" tanya Dokter Reinhard sudah memakai kaos hitamnya, berjalan menghampiri Arika."I-iya," Arika tergagap.Berbeda dengan tampilan yang selalu rapih memakai kemeja, Dokter Reinhard terlihat sexy mengenakan kaos hitam seperti itu."Bajumu masih di koper, di dalam lemari," infonya menunjuk satu pintu lemari.Setelah mengambil gaun tidur berwarna ungu Arika pergi ke kamar mandi untuk berganti baju. Tidak lama dia kembali keluar dan berjalan menghampiri Dokter Reinhard yang sedang membaca buku di sebuah kursi empuk dengan bingkai kayu berwarna emas, dan memakai kaca mata bacanya."Dokter bisa anda membantu saya?" tanya Arika dengan tangan berada di balik punggungnya. Dokter Reinhard membuka dan meletakkan kacamata di atas buka yang tergeletak di meja."Oh, apa itu Arika?" tanya Dokter Reinhard berdiri."Aku tidak bisa menjangkau resleting gaunku," katanya masih berusaha menjangkau resleting dibalik punggungnya."Oke," Dokter Reinhard berdiri di belakang Arika
Baca selengkapnya
5. Suara dari Bawah
"Wah jadi anda telah menikah Dokter Rein," sahut pasien Dokter Rain yang telah siap di kursi periksa gigi.Seorang wanita berusia 55 tahun. Berambut panjang tergerai.Suster, asisten Dokter Rein memakaikannya sarung tangan karet warna putih. Dokter Rein tersenyum.Dokter Rein mengenakan jas dokternya dengan kemeja warna merah muda tua di dalamnya dan juga kacamata minusnya."Iya, saya udah nggak muda lagi, saya butuh teman untuk menemani masa tua saya," jawabnya terdengar diplomasi."Anda masih muda Dokter Rein. Saya yakin banyak ibu-ibu dan para gadis di kota ini patah hati mendengar anda sudah menikah...hehehe..." gurau ibu itu terkekeh."Anda bisa saja. Kita mulai tindakannya," izin Dokter Rein memulai pemeriksaan gigi pasien.****************"Anda pulang cepat hari ini Dokter?" tanya seorang suster. Dokter menanggapinya hanya dengan senyum seraya membuka jas dokternya."Pasti anda rindu istri anda jadi ingin segera pulang,""Tentu." Dokter tersenyum. "Dokter Chris akan menggantik
Baca selengkapnya
6. Resah
Setelah makan malam, Arika merapihkan bekas makan mereka dan mencuci piring kotor kemudian. Selesai dengan semua tugasnya di dapur, Arika naik ke lantai dua. Pergi menuju ke kamarnya.Dia mendengar suara gemericik air dari shower di dalam kamar mandi. Dia tahu bahwa dokter Rein sedang mandi.Sementara menunggu Dokter Rein selesai mandi, pikira Arika tertuju kepada ruang bawah itu."Kalau itu hanya gudang, kenapa harus dikunci?" pikir Arika. "Ini terlalu mencurigakan. Aku akan mencari tahu lagi besok," sambungnya.Dokter Rein keluar dari kamar mandi dengan rambut basahnya dan badan yang hanya terlilit handuk putih dipinggangnya.Arika memandang pemandangan indah dihadapannya dan tanpa sadar menelan salivanya."Oh..., kamu sudah selesai di dapur?" serunya mengacak-ngacak rambutnya dengan handuk lain untuk mengeringkannya."Sudah," jawab Arika bergerak ke lemari untuk mengambilkan kaos untuk Dokter Rein gunakan."Terimakasih," ucap Dokter Rein tersenyum sambil mengambil kaosnya dari tan
Baca selengkapnya
7. Kunci Dua Pintu
Ada dua hal saat ini yang Arika takutkan dan cemaskan. Nasibnya malam ini harus melayani nafsu Dokter Rein dan juga kemungkinan manusia di dalam ruang bawah tanah itu.Sepanjang hari dia menuruti perintah Dokter Rein untuk tidak melakukan pekerjaan berat. Namun bukan karena dia ingin badannya fit, namun karena perasaannya yang terlalu resah memikirkan semua hal menakutkan itu.Sampai malam hari tiba, Dokter Rein pun kembali dari kliniknya. Arika menatap dari jendela ruang tamu ke arah luar saat mobil Rein berhenti dan terparkir di depan rumahnya.Jantungnya mulai bergemuruh. Sebisa mungkin Arika bersikap biasa untuk dapat menyambut Dokter Rein.Dokter Rein membuka pintu rumahnya. Arika memasang senyumnya. Terlalu berat untuk dilakukan bibirnya yang gemetar takut. Namun dia menyadari sesuatu, bila dia begini Dokter Rein bisa curiga. Dia mulai melupakan semua ketakutannya."Kamu pasti lelah," kata Arika mengambil tas kerja Dokter Rein."Yah. Harusnya aku bisa pulang lebih cepat dari ini
Baca selengkapnya
8. Terungkapnya Kebenaran
Malam pun datang, Arika duduk bersandar di headboard memperhatikan Dokter Rein yang sibuk di atas sofa dengan berkas-berkas yang dia keluarkan dari dalam tas.Krincing....Kumpulan kunci terjatuh saat Dokter menarik sebuah berkas lainnya."Itu kunci aslinya. Dia menaruhnya di tas." inner Arika."Itu berkas-berkas apa Dokter?" tanya Arika."Oh ini, ini dokumen untuk perpanjangan kontrak sewa gedung klinik dan izin prakteknya." jawab Dokter Rein membuka kacamata bacanya."Apa kamu masih sakit?" tanya Dokter Rein."Sedikit nyeri. Tapi aku sudah bisa beraktivitas. Jangan khawatir," jawab Arika menyunggingkan senyumannya."Jangan menungguku, masih ada yang harus aku kerjakan. Pergilah tidur duluan," kata Dokter Rein memasukkan kembali berkas-berkasnya."Baiklah, anda nggak keberatan aku tidur duluan?" tanya Arika."Nggak. Tidurlah dulu. Kamu pasti lelah kan setelah semalam," jawabnya menunjuk dari jauh area sensitif Arika dengan pandangannya. Wajah Arika bersemu merah.Dengan perlahan dia
Baca selengkapnya
9. Malam Penyiksaan
Krinciiing....Krinciiing....Suara gemerincing dua buah kunci beradu terdengar dari ambang pintu. Mereka berdua terkejut. Mata mereka terbelalak, menoleh ke arah yang sama, ke pintu masuk ruang bawah tanah.Sebuah tangan panjang berbalut lengan kemeja, terjulur di mulut pintu memegang dua buah kunci di jemarinya. Dokter Rein menampakan dirinya. Tersenyum lebar dan mengerikan."Ck...," decak Dokter Rein memasang wajah kecewa memasuki ruangan.Jantung Arika berdegup kencang. Tubuhnya gemetar diliputi ketakutan. Begitupun wanita di kursi itu. Mata suram mereka berdua bertemu, memperlihatkan ketakutan yang sama."Kamu pikir aku tidak ingat untuk membawa kunci itu? Kamu salah, aku sengaja membiarkanmu membawanya." kata Dokter Rein tersenyum sinis sambil mencengkram dagu Arika."Kenapa ini harus ketahuan secepat ini?" tanya Dokter Rein kecewa."Aku masih ingin bermain dengan kalian," tambahnya beralih memandang wanita di atas kursi pasien.Merasa dalam bahaya, Arika mencoba lari kabur dari r
Baca selengkapnya
10. Shower
Tak pernah terbayangkan sebelumnya, itu menjadi malam panjang dan mengerikan bagi Arika. Untuk pertama kali dalam hidupnya dia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bagaimana seseorang mati dengan cara mengenaskan.Dengan tangan kaki terikat di kursi, dia tidak dapat melawan dan menolong ketika perlahan Dokter itu mencabut nyawa wanita di kursi pasien dengan kejam.Rintihan dan ratapan wanita itu terdengar memilukan di hatinya. Sesekali matanya terpejam tatkala Dokter Rein melakukan hal kejam kepada wanita itu. Namun dengan terpaksa dia harus membuka matanya atas ancaman Dokter Rein sebelumnya.Setelah meregang nyawa, Dokter Rein memasukan potongan tubuh wanita itu kedalam plastik sampah. Di dalam garasinya, dia memasukan kantung sampah itu ke dalam bagasi mobilnya. Lewat tengah malam dan keadaan sepi dia membawa mobilnya ke bukit jauh dari sana. Di sana dia mengubur begitu dalam mayat tersebut dalam tanah.Sementara masih di dalam ruangan bawah tanah. Menanti Dokter Rein datang,
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status