LUKA HATI WANITA YANG KAU SIA-SIAKAN

LUKA HATI WANITA YANG KAU SIA-SIAKAN

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-08-20
Oleh:  Endah TantyBaru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
7Bab
13Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Luna adalah wanita biasa ia semula bekerja satu perusahaan dengan sang suami yang bernama Imran, tapi Luna tak pernah mengira ada satu konspirasi untuk menyingkirkannya di perusahaan, ia di minta mengundurkan diri dari perusahaan. Hal yang membuat Luna meradang ternyata otak dari konspirasi itu adalah suaminya sendiri. Kebusukan apa yang disimpan Imran apakah ada wanita lain di hatinya?

Lihat lebih banyak

Bab 1

BAB 1 Di Paksa Mengundurkan Diri

“Kamu dan suamimu tidak bisa berada di satu perusahaan lagi. Ini sangat riskan bagi perusahaan. Pak Imran sekarang sudah menjabat sebagai manajer keuangan,  jadi kamu yang harus mundur, Lun.”

Luna menghela napas panjang mendengar penuturan kepala HRD WR Company—perusahaan konstruksi terbesar di kota Jakarta—yang duduk di hadapannya.

“Aku sudah mendedikasikan diriku di perusahaan hampir 10 tahun, dan bapak tahu bagaimana loyalitasku pada perusahaan,” protes wanita berusia 35 tahun itu dengan nada kecewa.

“Aku tahu, Luna, dedikasimu di divisi operasional sangat luar biasa. Tapi kamu tidak mau ‘kan Imran yang resign dengan posisinya sekarang sebagai manajer keuangan?”

Luna menunduk menatap jemarinya yang saling meremas. Emosi bergejolak di dalam dadanya, tapi ia berusaha menekannya agar tidak meledak.

“Aku ingin menemui pimpinan untuk membicarakan masalah ini,” jawab Luna.

“Beliau sedang dirawat di rumah sakit. Jangan ganggu beliau dengan masalah kecil ini. Lagipula, perusahaan tak akan gulung tikar jika satu karyawannya keluar,” tegas kepala HRD itu.

Luna nyaris kehilangan kata-kata mendengar penuturan pria itu.

“Aku harap kamu tidak mempersulit perusahaan, mengingat suamimu masih bekerja di sini.”

Dada Luna terasa sesak. Ia sudah bekerja keras demi kemajuan perusahaan, tapi nyatanya pemutusan hubungan kerjalah yang didapat, dengan alasan yang tak masuk akal pula!

“Baiklah jika itu keputusan perusahaan,” Luna akhirnya berkata. “Tapi saya tidak akan mengundurkan diri. Silahkan PHK saya, dan penuhi kewajiban perusahaan pada saya,” tegasnya lalu berdiri dari duduknya dan meninggalkan ruangan HRD tanpa permisi.

Malam itu, Luna menunggu sang suami dengan gelisah. Wajahnya tampak menegang sambil memikirkan masalah yang ia hadapi saat ini.

Ia tidak rela harus melepas semua kerja kerasnya begitu saja. Ditambah lagi, ia masih harus menanggung biaya kuliah adik dan juga pengobatan ibunya yang sakit.

Memikirkan semua ini membuat Luna pening.

Tepat pukul sepuluh malam, sebuah mobil hitam berhenti di pintu pagar. Luna segera bergegas membukakan pagar.

Imran—suami Luna—akhirnya pulang ke rumah. Semenjak menjabat sebagai manager keuangan, pria itu hampir tiap hari lembur.

“Mas, makanlah dulu,” tawar Luna sambil menyiapkan makanan di meja makan.

“Ada masalah di rumah?” tanya Imran.

“Tidak di rumah, tapi di kantor,” jawab Luna.

Setelah Imran membersihkan tangannya di wastafel, ia duduk meraih piring dan mengisinya dengan nasi dan lauk yang terhidang.

“Apa kamu juga tahu, Mas, kalau aku diminta mengundurkan diri dari perusahaan?” tanya Luna hati-hati.

Lelaki berbadan tegap dengan kumis tipis itu tampak tenang. “Aku sudah dengar dari Pak Iwan. Dan aku harap kamu menerimanya,” sahutnya. “Kamu bisa melamar pekerjaan di perusahaan lain. Atau kamu mengurus rumah dan Mora saja. Gajiku naik dua kali lipat, cukup untuk memenuhi kebutuhan kita,” jawab Imran.

Luna sesaat terdiam, menyaksikan sang suami yang makan dengan tenang seakan tidak peduli dengan masalah yang ia hadapi.

“Kamu ‘kan tahu Mas, aku harus membiayai pengobatan ibu dan kuliah adikku. Aku tidak bisa membiayai mereka dengan hasil keringatmu,” kata Luna.

“Kalau begitu, cari pekerjaan lain, Lun, tidak usah permasalahkan keputusan HRD!” tegas Imran, lalu bangkit dari duduknya. “Sudah ya, turuti saja apa kata perusahaan. Kamu mau aku ikut kena masalah?”

Setelah mengatakan itu, Imran pergi meninggalkan meja makan.

Luna menghela napas panjang. Perasaannya kini campur aduk.

Entah mengapa pria yang dicintainya sejak duduk di bangku kuliah itu semakin berubah akhir-akhir ini, menjadi cuek dan tidak acuh.

‘Sejak diangkat menjadi manager keuangan kamu berubah, Mas,’ batin Luna sedih.

Namun, ia berusaha tidak terlalu memikirkannya. Bukan salah Imran jika Luna harus mengundurkan diri, ‘kan?

**

Pada akhirnya, Luna terpaksa mengajukan pengunduran diri.

Meski berat melepas semua kerja kerasnya selama satu dekade terakhir, tapi Luna juga tidak ingin mempersulit suaminya.

Setelah mengundurkan diri, Luna memiliki banyak waktu luang. Karena itu, ia memutuskan untuk menjemput putrinya.

“Ma, besok Mama tidak usah jemput Mora,” ucap gadis 9 tahun itu dengan muka cemberut.

Luna tampak terkejut mendengar penuturan putrinya. “Kenapa, Sayang?” tanyanya mengerutkan dahi.

“Biar Papa saja yang jemput. Mora malu kalau dijemput pakai motor, nanti diledekin teman-teman kalau jemputnya pakai motor,” jawab Mora polos.

Luna tertegun, tak menyangka jika putrinya berpikiran seperti itu.

“Baiklah, besok Mora dijemput taksi online saja ya, seperti biasanya,” jawab Luna akhirnya.

“Oke, Ma,” Mora mengacungkan ibu jarinya tanda setuju.

Sementara itu di sebuah kafe, dua pria tampak menikmati makan siang sambil bersenda gurau.

“Ini untuk Bapak karena sudah berhasil membuat Luna keluar dari perusahaan.” Imran menyodorkan amplop.

Pria berkepala botak itu meraih amplop dan membukanya. Ia tersenyum lebar ketika melihat tumpukan uang berwarna merah memenuhi amplop itu.

“Itu hal yang sangat mudah, Pak Imran. Soal pimpinan, aku sendiri yang akan mengatakan tentang resignnya Luna.”

“Oke,” sahut Imran. “Sebagai gantinya, aku merekomendasikan seseorang untuk menggantikan Luna. Jangan ragukan kemampuanya, ia punya banyak pengalaman di operasional dan lulusan terbaik di universitas yang sama denganku,” kata pria itu dengan antusias.

“Sebenarnya sudah ada beberapa kandidat yang melamar, tapi jika Pak Imran merekomendasikan seseorang, aku akan mempertimbangkannya asal….”

“Aku tahu, Pak. Nanti aku berikan uangnya sebagai tanda terima kasih,” kata Imran, mengerti maksud kepala HRD itu.

“Sepakat. Senang bekerja sama denganmu, Imran.”

Imran hanya menyungingkan senyum tipis, lalu melahap menu makan siang di hadapannya tanpa kata.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
7 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status