Suti, seorang pelayan rumah mewah milik Herlambang yang berada di teras dan melihat kedatangan Herlambang dan Elena saat baru memasuki gerbang, langsung berlari masuk ke dalam rumah dan mengetuk pintu Aprilia.Tok ... Tok ... Tok“Nyonya ... Nyonya Tiara.” Panggil Suti dari depan pintu majikan.“Ya ada apa?!” tanya Tiara dari dalam kamar.“Nyonya Tuan Herlambang dan Nyonya Elena udah datang dan mereka...”Ceklek!“Dimana sekarang mereka?!” sambar Tiara memotong ucapan pelayannya dan membuka pintu kamarnya.“Sepertinya baru sampai teras, Nyonya besar,” ucapnya kembali masih berdiri mematung saat Tiara memandang Suti yang menunduk di hadapannya.“Oh, baik.”Tiara membisikkan sesuatu ke telinga Suti dan bergegas berjalan menuju teras. Diikuti oleh Suti yang mengekor dibelakang Tiara. Tepat saat berada di teras, dilihat olehnya Elena tengah berjalan menuju anak tangga teras sedangkan Herlambang tampak masih bercakap-cakap dengan Dimas di halaman pintu gerbang bagian dalam.Saat
Keesokan harinya, Elena yang merasakan rasa sakit dihatinya usai melihat kehangatan yang diberikan Herlambang pada Tiara, membuat wanita muda yang kian bertambah cantik itu mengambil jarak.Herlambang yang bingung dengan sikap Elena di pagi hari tadi, mendatangi wanita cantik itu saat sedang bersama Sakti di halaman belakang saat lelaki tampan nan dewasa itu pulang lebih awal.“Mbak, ajak Sakti ke kamarnya,” perintah Herlambang pada pengasuh Sakti saat dilihat Elena tengah bermain mainan bongkar pasang dengan Sakti.“Mami ... Mamii...,” panggil Sakti kala pengasuhnya menggendong dan membawanya masuk ke dalam rumah itu.“Sakti maen puding dulu yaa ..., Nanti Mami ke kamar yaa...,” ucap Elena mengelus kepala bayi lelaki berusia 1 tahun.Setelah itu, bayi tampan mirip Herlambang itu pun diajak oleh pengasuhnya tanpa mampu menolak permintaan Herlambang, terlebih lelaki itu memintanya persis di depan pengasuh Sakti. Hal itu dilakukan karena ingin memberikan rasa hormat Herlambang seba
Tiga bulan kemudian, saat Elena tengah mengandung 7 bulan dan Sakti berusia 17 bulan atau satu setengah tahun, Elena mendapat kabar, kalau Erlangga akhirnya menikahi Bella, sebelum mereka resmi bercerai.Sebelumnya, Tanu Atmaja papa dari Bella menyambangi kediaman keluarga Herlambang. Namun, mendapatkan penolakan dan hinaan dari Tiara, kala Tanu Atmaja bersama istrinya, Elizabeth dan kedua kakak lelaki Bella yang bernama Bernando dan Beniqno ingin meminta persetujuan, restu atas rencana pernikahan anak mereka, Tiara yang kala itu mendengar kabar dari keluarga Bella, malah mencaci maki Tanu Atmaja bersama keluarganya.“Kalian itu manusia nggak punya rasa malu! Kamu kan tau, Erlangga belum bercerai dengan istrinya! Kok ya, bisa-bisanya kalian menyuruh putra saya menceraikan istrinya yang sedang hamil? Apa karena putri kamu itu nggak laku-laku, sampai harus menguber-uber putra saya?!” hardik Tiara saat Tanu Atmaja dibantu oleh Elizabeth ingin membicarakan kelanjutan hubungan anak-anak
Sesampai di rumah, Herlambang pun mengajak Tiara langsung menuju kamarnya. Elena yang melihat penampilan Tiara sudah berantakan dari saat pertama berangkat ke acara pernikahan Erlangga hanya dapat menduga-duga hal yang terjadi. Namun, ia sudah tidak peduli lagi dengan Erlangga ataupun Tiara.Sesampai di kamar, Herlambang memberikan obat penenang seperti yang biasa diminum oleh Tiara. Walaupun awalnya wanita cantik itu menolaknya.“Minumanlah obatmu ini, biar emosimu nggak meledak-ledak,” pinta Herlambang memberikan air dan obat.“Aku nggak emosi! Aku nggak mau minum obat itu!” tolak Tiara menepis gelas berisi air yang hampir saja terjatuh dari tangan Herlambang.“Tia! Kalau kamu nggak minum obat ini, nanti malam aku nggak akan mau ke rumah Bella lagi!” ancam Herlambang memandang kesal ke arah Tiara.“Mas! Obat itu bikin aku ngantuk! Aku nggak mau tidur..., Aku nggak mau tidur..., Aku mau ke rumah Bella. Aku mau lihat anakku!” teriak Tiara membantah.Herlambang yang telah dibuat
Saat ijab kabul telah dilafalkan dan beberapa tamu menyalami kedua mempelai yang tampak bahagia. Terlihat, wajah semeringah Bella yang terus menatap dan berbisik ke telinga Erlangga. “Er, rasanya seperti mimpi. Aku bahagia sekali. Terima kasih udah jadi suamiku,” ucap Bella lembut, bertutur kata layaknya pasangan suami istri dengan mengubah, bahasa gue jadi aku dan elo jadi kamu, walau masih agak kaku. “Ya, aku harap kita bersama-sama mampu memperbaiki diri dikedepannya dan melupakan semua yang sudah terjadi. Aku nggak mau mengungkit yang sudah lewat,” tegas ucap Erlangga yang berniat melupakan Elena dan semua yang dimilikinya. Disaat semua tamu undangan yang merupakan kerabat dekat, teman-teman dekat dan kolega dari Nata Atmaja dan Elizabeth menikmati hidangan yang telah disediakan, Erlangga dan Bella pun masuk ke dalam rumah mewah itu untuk makam dan berganti kostum pengantin yang lebih simpel. Tanpa sengaja, diruang tengah dekat kamar khusus yang diperuntukkan pengantin berganti
Tepat jam 4 sore, beberapa teman SMA dan beberapa teman SMP Erlangga dan Bella pun berdatangan. Susilo, Ajeng, Indra tak kecuali Jamila bersama Alexander yang mendapat perhatian besar dari teman-teman lainnya. Alexander begitu tenang dan bahagia saat menggandeng tangan Jamila dalam kondisi hamil delapan bulan mendekati sebuah meja yang telah berisi Indra, Ajeng dan Susilo dalam sebuah meja bundar yang bisa memuat delapan orang pada sebuah taman samping hingga ke belakang rumah yang disulap menjadi sebuah tempat mewah bersama dekorasi dan tenda indah besar nan megah. “Alex! Sini bareng kita...!” teriak Indra seraya melambaikan tangannya. Ajeng yang melihat Jamila digandeng Alexander sempat berceloteh dan tersenyum miring, karena ketidaktahuannya atas status Jamila yang telah menikah dengan seorang dosen sebelum bersama Alexander. “Ih...! Jijik banget gue satu meja sama Salome..,” ujar Ajeng dengan gaya sombongnya. “Husstt! Ngawur aja lo. Dia itu lakinya Dekan kampus tau! Elo mah
Saat jam menunjukkan pukul 9 malam, seluruh tamu undangan telah pulang ke rumah masing-masing. Begitu pula dengan para undangan, bahkan ke dua kakak lelaki Bella telah pula pulang ke apartemen masing-masing.Erlangga tengah merebahkan diri di sebuah ranjang pengantin. Lelaki tampan itu telah membersihkan diri dan menggunakan piamanya. Pandangan matanya tertuju pada langit-langit rumah dan pikirannya pun melayang jauh memikirkan Tiara, dan Herlambang yang sebenarnya hadir dalam acara pernikahannya, ketika ia mendengar selentingan kabar yang di dengar dari gosip di lingkungan kerabat Bella.Batinnya berkecamuk hingga ia pun berbisik dalam hatinya, ‘Apa tujuan keluarganya Bella mengusir orang tuaku? Bukankah aku juga udah sepakat untuk memulai dengan melupakan dan memaafkan semua yang udah jadi? Sebaiknya aku tanyakan kebenaran ini semua pada mereka.’Sementara suara gemercik air shower dari kamar mandi yang tak ditutup pintunya masih terdengar diikuti oleh nyanyian kecil dari Bella y
“Mami...!” panggil Erlangga saat masuk ke ruang tamu.“Er..., Maafkan Mami.., sayang.” Dipeluknya putra tunggalnya yang selama ini menjadi kekuatan atas hidupnya.“Er, selamat ya..., Maaf waktu itu kami nggak memberikan kamu izin,” ucap Herlambang.Walaupun sebenarnya, Herlambang sama sekali tidak tahu menahu perihal penolakan Tiara memberikan restu pada pernikahan Erlangga dan Bella, saat keluarga Bella ke rumah mereka. Semua itu diketahuinya, saat Tiara bercerita di rumah ketika mereka tidak diperbolehkan masuk ke rumah Bella.“Apa kabar Pak, Buu...,” sapa Nata Atmaja menyalami kedua orang tua Erlangga.“Baik Pak...,” sambut Herlambang. Tetapi, Tiara yang masih merasa kesal dengan kejadian pagi tadi hanya terdiam, memandang tajam ke arah Nata Atmaja yang sebenarnya sama sekali tidak mengetahui kejadian sebenarnya.“Ibu..., Bapak..., Silakan diminum...,” sapa Elizabeth yang keluar bersama seorang pembantu yang mengekor di belakangnya.“Apa ini aman?” tanya Tiara memandang ke a