Share

Bab 6 : Tensi Tinggi Erlangga

“Lena, duduklah,” perintah Tiara pada Elena yang terpaku menatap Erlangga.

Tanpa berkata-kata Elena duduk di sisi kanan meja makan. Erlangga pun duduk di sisi kiri, sementara Tiara duduk di bagian tengah. Kemudian, Tiara memanggil seorang pelayan untuk melayani mereka.

“Suti...! Siapkan jus apel, jus alpukat dan jus wortel.”

“Baik Nyonya besar,” jawab Suti menganggukkan kepalanya dan berlalu dari meja makan.

“Ayo, makanlah...,” ajak Tiara melihat ke arah Elena dan Erlangga.

Terdengar denting sendok dan garpu dengan lembut tanpa terdengar obrolan diantara mereka bertiga. Suti membawakan 3 buah jus dan berdiri menunggu perintah Tiara. Sekitar 10 menit usai Suti berdiri dengan membawa nampan berisi 3 gelas jus. Tiara pun memerintahkan pelayannya untuk membawa ketiga jus tersebut ke taman belakang rumah.

“Suti, kamu bawa jus itu ke taman sekarang,” perintah Tiara yang beranjak dari meja makan.

“Ayo Er..., Lena...,” ajak Tiara.

Tiara jalan terlebih dahulu, setelah itu Elena pun berjalan. Disaat Elena baru berjalan sua langkah, Erlangga pun bertanya, “Dimana Sakti?”

Elena yang terkejut mendengar pertanyaan Erlangga menoleh ke arah lelaki itu dan menjawab dengan gelagapan, “Sakti...? Hmmm..., Biasanya dibelakang sama pengasuhnya. Tapi, mungkin di depan..., Oh, bukan..., Di taman samping. Ya, ya, taman samping.”

Erlangga yang melihat Elena bingung harus menjawab apa tentang Sakti, jadi tersenyum juga. Kemudian, mereka pun jalan bersama tanpa berkata-kata.

Setelah sekian lama tak bertemu, ada semacam jarak diantara mereka. Penampilan Elena yang terlihat lebih dewasa usai melahirkan Sakti, menambah kecantikan pada wajahnya. Sementara, Erlangga yang terus melampiaskan emosinya dengan berolah raga, membuat tubuhnya sispek dan terlihat tambah gagah, namun wajah Erlangga yang macho dengan rahang keras membuat lelaki tampan itu kian gagah.

Dalam hati Elena pun bergumam, ‘Uhm..., Erlangga tambah tampan dan lebih lelaki banget dengan kulit agak kecokelatan. Apa dia selama ini Fitnes dan sering ke laut?’

Begitu juga dengan Erlangga yang berbisik dalam hati, ‘WOW..., Elena keliatan semakin cantik dengan tubuh yang semakin berisi. Apa karena dia pernah melahirkan.., jadi semakin seksi dan..., kenapa bagian dadanya tambah besar? Ahh! Ini pikiran kotor amat sih.’

Sesampai di taman, mereka bertiga duduk pada kursi bulat terbuat dari batu pualam berwarna putih. Lalu, menikmati jus yang telah diletakan di meja makan.

Tiara yang sebelumnya telah berbicara dengan Erlangga lewat telepon agar, putranya bisa bersikap lunak dan tidak mengungkit kejadian yang lewat demi seorang calon penerus sengaja ingin sebagai penengah diantara mereka, ia berharap semua berjalan sesuai rencananya.

“Lena..., Er..., Mami mengajak kalian berdua duduk di taman ini untuk memastikan. Apa kalian benar-benar akan bercerai?” tanya Tiara menatap kedua anak muda tersebut.

Sejenak suasana di taman hening. Elena dan Erlangga tampak sibuk dengan jus yang sedang diminumnya dengan tandas. Setelah itu, terlihat Elena memejamkan matanya.

Seolah mengingat kejadian saat mereka ke rumah duka Jamila. Ada rasa sakit yang masih dirasa kala dilihat Erlangga bersama Bella. Dalam hati terdalam Elena ada pula sebongkah rasa sesal atas kesalahannya pada Erlangga.

Atas segala hal yang telah terjadi diantara mereka, Elena dalam waktu hampir 3 bulan ini telah bertekad untuk tetap bercerai dari Erlangga dan berharap dengan bercerai, mereka mampu membuat hubungan yang tak baik menjadi lebih baik lagi. Maka, Elena menjawab tegas pertanyaan Tiara.

“Ya ... Lena pikir, lebih baik kami bercerai. Saya nggak mau Erlangga mengungkit kejadian yang telah lalu, karena memang nggak gampang bagi Erlangga melupakan semua kejadian. Apalagi, ada Sakti diantara kami,” ucap tegas Elena.

Erlangga yang tak menduga Elena akan menyetujui perceraian diantara mereka pun hatinya meradang. Apalagi saat ia teringat atas kejadian yang telah lewat, membuat hatinya bertambah kesal, sehingga Erlangga pun lepas kontrol saat berbicara.

“Bagus! Aku juga maunya bercerai dari kamu! Siapa juga yang mau balik sama perempuan yang nggak bisa jaga kehormatannya! Perlu kamu ingat! Aku juga udah menggugat kamu!” dengan geram Erlangga mengatakan hal yang seharusnya tak di katakannya.

Erlangga pun berdiri dan menatap wajah Elena yang tampak memerah mendengar ucapan lelaki tampan calon ayah dari bayi yang dikandungnya saat ini.

“Erlangga...! Stop! Kamu tau..., Elena sedang hamil anak kamu!”

“Oh yaa..? Anak saya...? Mami jangan gampang percaya begitu aja sama perempuan suka bohong ini. Bisa jadi anak yang dikandungnya, saham dari suami Mami yang brengsek itu! Mereka berdua itu sama-sama maniak!” maki Erlangga mengungkap kekesalan hatinya dengan menunjuk-nunjuk ke wajah Elena dalam posisi berdiri.

“Er ... Demi apa pun, anak yang aku kandung ini anak kamu. Kalau kamu nggak percaya kita bisa lakukan DNA. Silakan kamu benci aku. Kita juga akan bercerai secara baik-baik. Tapi, anak dalam kandunganku ini nggak bersalah. Aku yang salah dan aku minta maaf..., kelak anak ini harus tau siapa ayahnya, walaupun kita bercerai... ” ucap lirih Elena menatap lelaki yang selama ini dirindukannya.

“Apa ... cerai baik-baik? Apanya yang baik? Kamu memang sejak awal sudah punya niat jahat sama keluarga ini! Kamu jual tampangmu itu ke Papi tiriku demi uang. Bagiku, Jamila lebih mulia dari kamu yang munafik! Nggak mau jual diri tapi jadi lonte di rumahku sendiri. Dasar jal...”

“Cukup! Er...!” teriak Tiara memotong umpatan dan caci maki yang diutarakan oleh putranya.

Terlihat Elena telah menangis namun, Erlangga tetap mencaci makinya. Karena itu Tiara menghardik putranya. Biar bagaimana pun, anak di dalam kandungan Elena lebih berharga dari apa pun dan akan ia persiapkan untuk membalas dendam pada Herlambang.

Semua hal yang direncanakan Tiara untuk menyatukan kembali hubungan Elena dan Erlangga demi seorang penerus akhirnya berantakan. Putranya yang temperamen tidak bisa diajak kerja sama. Namun Tiara tetap bertekat akan menyatukan mereka kembali.

“Baiklah, Er memang lebih baik nggak ke rumah ini lagi!”

Bersamaan dengan kata-kata dan kekesalan hatinya yang kian memuncak, Erlangga bangkit dari tempat duduknya. kemudian, meninggalkan Elena yang masih menangis dan menundukkan kepalanya.

Sedangkan Tiara yang melihat putranya meninggalkan taman tersebut, mengikuti langkah panjang Erlangga dan terus memanggil putranya.

“Erlangga...! Tunggu. Er ... tunggu!”

Sesampai di teras, Tiara pun berbicara dengan putranya dengan wajah penuh rasa kecewa. Karena apa yang diharapkan tidak sesuai dengan apa yang ia ingini.

“Er, kenapa sih kamu nggak merubah sikapmu demi Mami? Mami ini udah tua dan lagi sakit. Mami kan udah ngomong ke kamu..., Kalau kalian nggak usah bercerai! Kok malah kamu bentak-bentak Elena. Ingat..., Anak yang dikandung Elena anak kamu!” keluh Tiara saat mereka di teras dengan memegang tangan Erlangga.

“Mii..., Maaf ... sepertinya Er tetap akan bercerai. Sulit sekali memaafkan Lena yang udah selingkuh dan punya anak dari hasil selingkuhannya. Tadi Er udah coba, tapi rasanya nggak segampang itu,” ungkap Erlangga.

Mendengar perkataan putranya, Tiara yang berkeinginan putranya tak bercerai tak mampu untuk menghalangi langkah putranya. Namun, ia berharap dengan intens nya pertemuan diantara mereka, akan ada timbul rasa cinta yang dulu ada. Walaupun pertemuan pertama kali ini, masih dalam tensi yang tinggi.

“Sekarang kamu mau kemana? Mami mau kamu menginap di rumah ini. Tolong, temani Mami, Er. Mami masih kangen kamu. Apalagi sebulan lagi kamu harus balik ke Perth. Ada banyak hal yamg mau Mami bicarakan. Tolong, sekali ini aja, turuti maunya Mami," pinta Tiara pada putranya.

“Nanti malam Er balik ke sini. Sekarang mau nongkrong sama temen-temen," janji Erlangga.

“Ok! Ingat jangan terlalu larut malam dan Mami mau kamu diantar sama pak Imam!” perintah Tiara.

Erlangga pun tidak ingin mengecewakan Tiara kembali. Maka ia pun menuruti Tiara untuk balik ke rumah ini lagi. Tak berselang lama, seorang sopir dan mobil yang akan mengantar Erlangga pun telah disiapkan.

Kemudian, Erlangga menuruni tiap undakan pada teras itu dan masuk ke dalam mobil yang akan membawa Erlangga ke tempat teman karibnya. Sementara Tiara kembali masuk ke dalam rumah.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status