Erlangga pulang dini hari ke rumah dalam keadaan mabuk berat. Sopir yang diminta untuk mengantar pemuda tampan yang terlihat teler itu pun memapah dirinya bersama seorang sekuriti untuk menaiki tangga melingkar dirumah itu untuk sampai di kamarnya yang berada di atas. Sesampai di lantai atas, Imam yang tahu kalau antara Elena dan Erlangga belum bercerai mengetuk pintu kamar tersebut.
Tok ... Tok ... Tok ...Elena yang baru saja memejamkan matanya usai membuatkan susu untuk Sakti yang berada di kamar bawah, terkejut dengan ketukan pada pintu kamarnya.“Siapa yaa...?” tanya Elena beranjak dari tempat tidurnya.“Maaf Nyonya Elena..., Saya sopir yang bawa Tuan Erlangga,” sahutnya pelan di depan pintu kamar Elena.“Erlangga?!”Cklek...!Pintu kamar wanita cantik itu pun terbuka, Elena pun mempersilakan sopir dan sekuriti di rumah itu untuk meletakan tubuh Erlangga yang tampak berantakan dengan bau alkohol serta bau asap rokok pada seluruh baju yang dikenakannya.“Makasih Pak Imam..., Pak Sobirin..., jadi merepotkan,” ucap Elena saat tubuh lelaki tampan yang masih menjadi suami sah nya tak berdaya karena alkohol telah dibaringkan di tempat tidur.“Sama-sama Nyonya...,” jawab keduanya bersamaan dan keluar dari kamar Elena.Elena berjalan menuju tempat tidur. Dipandanginya wajah tampan Erlangga. Diusapnya rambut lebat, kedua pipi dan bibir Erlangga dengan kasih sayang. Dan tanpa disadari bibirnya pun berucap, “Er..., Maaf aku.”Dengan menarik napas panjang Elena mulai membuka kedua sepatu Erlangga. Terlihat ada bekas muntah pada baju lelaki itu, maka Elena pun turun ke lantai bawah, mengambil wadah sebagai tempat untuk menyeka tubuh Erlangga.Sekitar lima menit kemudian, Elena mengambil air hangat di kamar mandinya. Ia pun membuka pakaian Erlangga dan mulai menyeka tubuh lelaki itu dengan waslap, tanpa menyentuh bagian wajahnya.Setelah selesai dengan tubuh bagian atas, Elena terdiam sejenak. Wanita cantik itu ragu-ragu untuk membuka celana jeans dari Erlangga. Beberapa saat Elena termenung dan menatap dada bidang Erlangga.“Aku buka nggak yaa celana jeans nya? Kalau nggak aku buka ... gimana cara aku lap betis dan kakinya? Hmmmm..., Gimana yaa?” tanya Elena pada dirinya sendiri.Namun dalam lubuk hati terdalam, sebenarnya pertanyaan yang ia ucapkan itu sebagai upaya menetralkan perasaannya bila ia membuka bagian celana jeans Erlangga dan tergoda atas hasrat yang mungkin saja mencuat setelah beberapa bulan ia berpuasa menahan hasrat yang ingin disalurkannya. Elena kembali mengelus dada lelaki yang masih menjadi suaminya. Lalu, tanpa bisa dihindari jemari tangannya telah membuka resleting celana Erlangga.Dengan menelan Salivanya diikuti jantungnya yang berdebar tak menentu, Elena pun membuka celana lelaki itu dengan perlahan. Kini yang tersisa hanya celana boxer Erlangga.Tangan Elena menyeka bagian paha, betis dan kaki Erlangga dengan berulang kali menelan salivanya saat matanya tak dapat mengelabui dirinya yang ingin sekali melihat gundukan pada bagian ternikmat milik Erlangga yang masih berbalut boxer nya.Ditatapnya lelaki yang tertidur bertelanjang dada dan hanya menggunakan boxer. Kemudian, Elena yang takut terbawa hasratnya pun, menutup tubuh Erlangga dengan selimut dan ia berbaring disebelah Erlangga dengan masih jantung yang berdetak cukup keras.Elena sama sekali tidak mampu memicingkan matanya barang sekejap usai memandang gundukan di dalam boxer Erlangga. Sampai akhirnya, Elena yang tak kuasa menahan hasratnya memegang bagian luar boxer tersebut dengan jantung yang kian berdebar kuat.Dalam hati Elena pun bergumam, ‘Uhm..., Aku kangen sekali pengen pegang batang kenikmatan ini, Kalau aku pegang kira-kira Erlangga bangun nggak ya? Pasti dia nggak akan bangun, soalnya kan lagi mabuk berat. Ya udah, dari pada aku nggak bisa tidur.., mendingan aku pegang aja batang kenikmatannya.’Setelah berperang dalam dirinya, Elena pun memberanikan diri memasukkan tangannya ke dalam boxer Erlangga dan meraih batang kenikmatan milik lelaki itu dengan mata terpejam dan saliva yang terus ditelannya.“Gimana ini..., Aku jadi pengen...,” ucapnya pelan usai menarik batang kenikmatan Erlangga tanpa diketahui oleh pemiliknya.Kemudian, Elena membuka selimut yang menutupi tubuh Erlangga dan menurunkan boxer nya hingga bagian paha. Setelah itu, Elena yang sudah tak mampu menahan hasratnya, membuka pakaian tidur dan celana dalamnya dengan hanya menggunakan BRA.Kini tangan kanan Elena mulai memainkan bagian daging ternikmat miliknya dengan tangan kiri menarik-narik batang kenikmatan Erlangga. Wanita cantik itu bersensasi hingga mendesah. Seiring dengan hasrat yang kian bergelora, tangan kirinya pun semakin cepat menarik-narik batang kenikmatan milik Erlangga.“Aku harus cium aroma batang kenikmatan itu, biar aku bisa klimaks,” ucapnya bermonolog dan beranjak dari sisi Erlangga ke sisi paha lelaki itu.Melihat batang kenikmatan yang selama ini dirindukannya, Elena pun menciumnya dengan menelan salivanya. Tanpa bisa dihindari, Elena pun menjilati bagian kepala batang kenikmatan Erlangga dan berakhir dengan mengulumnya dengan kuat.Erlangga yang dalam keadaan mabuk berat tidak bisa membuka matanya, namun ia merasakan kenikmatan pada batang lelakinya. Hingga ia pun mengerang penuh nikmat dan membuat batang kenikmatannya mengeras.Tanpa pikir panjang, Elena yang merasakan batang kenikmatan Erlangga bangun dan mengeras pun langsung naik ke atas Erlangga yang masih menutup matanya dan mulai Elena mulai menduduki batang kenikmatan itu dengan jeritan kecilnya.“AAakhhhh....!” pekiknya.Setelah itu, Elena pun menekan, menggoyang dan maju mundur dengan memegang dada Erlangga.“Oouuwwhh..., Eenaakk..., Aaakkhh...,” erang Elena.Erlangga yang kian merasakan kenikmatan yang teramat sangat kala batang kenikmatannya diputar di dalam liang kenikmatan Elen pun memicingkan matanya dan samar-samar dilihat Elena tengah menggenjot kuar dengan meremas bagian dadanya sendiri.“Lenaaaa...? Aarrrghhhh...., nikmaaattt...,” tanyanya diantara rasa nikmat yang dirasa.“Er..., aku pengen..., Eennaakk sekali punyakuu..., Aaakkhh..., isep ini akuuuu..., Oouuwhh...,” pinta Elena yang seolah tak peduli saat Erlangga mengenalinya. Malah ia menarik tangan Erlangga untuk memegang dua gundukan kenyal miliknya dengan mengerang nikmat.Erlangga pun lupa atas semua masalah yang mereka hadapi saat hawa nafsu dan rasa nikmat berada diantara selangkangannya. Seketika tangannya pun meremas kedua gundukan cukup besar punya Elena.Merasa tidak puas dengan hanya meremas, Erlangga yang agak sempoyongan bangun dan kini tubuhnya bersandar pada sandaran tempat tidur untuk bisa menyesap dan memilin kedua gundukan putih bersih Elena disaat wanita itu menghentak-hentakan tubuhnya dengan mengeluarkan batang kenikmatan Erlangga dan memasukkan kembali serta menekan dan menggoyangkannya.Mereka berdua pun saling mencari kenikmatan dan kepuasan pada hubungan intim yang baru pertama kali mereka lakukan sejak beberapa bulan berlalu.Hingga akhirnya, Elena berteriak keras dengan memeluk dan menggigit bahu Erlangga saat bokongnya bergoyang keras dalam pangkuan Erlangga kala mencapai klimaks.“Ouuwhh...., Nikmaaatt..., Er..., Lagiii..., Aakkhh..., Eenaakknya...,” erang Elena saat mengalami klimaks.Sementara itu, karena pengaruh Alkohol, Erlangga yang terus merasakan kenikmatan belum mengeluarkan cairan kenikmatannya, maka Erlangga pun merubah posisi dengan menempatkan Elena dibawahnya.“Aku belom keluar..., Buka lebar..., taruh kakimu kesini...,” perintah Erlangga yang menempatkan kaki Elena pada bagian bahu.Setelah itu, Erlangga pun menghunjamkan batang kenikmatannya dengan kasar dan cepat ke dalam liang kenikmatan milik Elena, hingga tubuhnya pun bergetar kuat.“Aaakkhh...., Terusss..., Eennaakk..., Aakkhh..., Lebih cepettt..., Ooohhh..., Nikmatnyaaa...,” erang Elena yang melingkarkan kakinya pada bagian leher Erlangga dan sesekali bokongnya diangkat tinggi dan diputarnya saat batang kenikmatan Erlangga menusuk dalam.“Aarrggghhh..., Lenaaaa..., Aarrggghhh..., Eenaakknya, barangku seperti ke tarik, AAakhhhh...., Goyaaang..., AAakhhhh..., Aku keluaarr..., Nikmatnya...,” erang Erlangga saat Elena bergoyang dan bokongnya membenamkan seluruh batang kenikmatan Erlangga untuk mencapai klimaks kedua kali.Setelah itu, keduanya pun terkapar dan terlelap tanpa balutan benang dengan berpelukan dalam keadaan lelah dan Erlangga setengah mabuk memandang Elena dan mencium lembut wanita cantik yang telah terlelap usai puas mencapai klimaks hingga dua kali.Setiap hari Dimas datang ke rumah Herlambang sekitar pukul 6 pagi untuk memberikan instruksi pada ke empat pelayan, satu orang sopir pribadi Tiara dan satu tukang kebun di rumah besar itu. Sedangkan sopir pribadi Herlambang, biasanya akan libur ketika Tuan besarnya tidak ke kantor seperti saat ini.Usai memberikan instruksi pada semua pelayan di rumah itu, sopir pribadi Tiara yang bernama Imam pun berbicara pada Dimas.“Pagi Pak Dimas, saya mau lapor,” bisik Imam saat mendekat Dimas.“Lapor apa?” tanya Dimas menatap selidik Imam.“Uhm, semalam Tuan muda Erlangga mabuk dan...”“Mabuk?” tanya Dimas melangkah ke samping rumah mewah itu dan diikuti oleh Imam.“Sekarang kamu bisa cerita,” pinta Dimas berdiri diantara pohon palem yang cukup tinggi.“Kemarin saya antar Tuan muda bertemu teman-temannya di tempat ngopi sampai jam 8 malam. Setelah itu, mereka bersama-sama pergi ke Night Club dan pulang dini hari dalam keadaan mabuk berat, Pak,” cerita Imam.“Apa Nyonya Tiara tau?” tanya
Elena turun dari lantai atas menuju ke ruang makan disambut dengan wajah ramah dan senyum semeringah Tiara, setelah ia mendengar cerita Darsih tentang hal yang sudah diduganya.“Pagi Lena..., apa Erlangga sudah bangun?” tanya Tiara tersenyum.“Udah, sekarang lagi mandi,” jawab Elena agak malu dan merasa Tiara telah mengetahui hal yang ia lakukan bersama Erlangga.“Wati...! Siapkan nasi goreng seafood nya,” perintah Tiara. Seorang pelayan yang dipanggil dan diperintah Tiara pun, bergegas untuk menyiapkan yang diminta tanpa berkata sepatah kata pun, Wati hanya menganggukkan kepala dan menata makanan di atas meja makan yang cukup besar.Setelah itu, pelayan pun menyiapkan minuman mineral dalam gelas bening panjang beserta segelas jus yang masing-masing telah dipesan oleh Tiara. Tanpa diberitahu, Wati pun berdiri di dekat meja makan yang berjarak 3 langkah dari tempatnya berdiri.Tiara meraih telepon direct yang berada di ruang makan tersebut untuk menghubungi Dimas, sang kepala pe
Perjalanan dari Jakarta ke daerah puncak memakan waktu sekitar 2 sampai 3 jam. Itu pun tergantung dari kondisi jalan saat itu. Apalagi, hari ini adalah hari kerja jadi jelas saja jalan akan padat merapat. Saat mendekati area puncak, terdengar dering ponsel Erlangga. Sementara Elena sendiri yang duduk di bangku belakang tampak hanya membaca sebuah novel untuk menemani sepanjang perjalanan ke puncak. Tetapi, saat Erlangga menjawab panggilan dari ponselnya, dada Elena mendesir. Ada rasa sakit, marah dan kesal pada sosok Bella yang sudah diketahuinya selalu mengejar-ngejar Erlangga. “Ya Bel..., Ada apa?” tanya Erlangga melihat ke arah spion tengah sembari mengamati Elena yang masih membaca sebuah novel. Elena yang terganggu saat Erlangga memanggil nama wanita itu, sengaja tetap membaca novel dengan telinga yang dipasang untuk mendengarkan pembicaraan sepihak dari Erlangga karena, suaminya menggunakan earphone, hingga Elena tidak bisa mendengar apa yang dikatakan Bella, selingkuhan Erlan
Erlangga dan Elena pun kembali menikmati kebersamaan mereka hingga petang dan Erlangga kembali mengirimkan hasil rekaman tersebut ketika Elena tengah membersihkan dirinya. Setelah puas dengan aksinya, ia pun keluar dari dalam kamar menemui Dadang yang sedang bersiap-siap membuat api unggun. Terlebih cuacanya begitu cerah.“Mang, apa mami dan papi sering ke Vila ini?” tanya Erlangga saat menemui penjaga Vila itu di bagian teras Vila.“Beberapa kali Nyonya dan Tuan besar juga Tuan muda kemari waktu renovasi,” tuturnya langsung berdiri dan mempersilakan Erlangga untuk duduk di kursi kayu depan teras.“Tuan muda siapa?” tanya Erlangga penasaran seraya mengernyitkan dahinya.Dadang yang bingung dengan pertanyaan Erlangga justru balik bertanya pada lelaki tersebut, “Maaf Tuan Erlangga, bukannya yang beberapa kali Jitu anaknya Tuan sendiri?” “Siapa?” tanya Erlangga yang telah cukup lama mengeluarkan nama Sakti dalam hati dan pikirannya.“Kalau nggak salah namanya Tuan Sakti. Kata Nyon
Erlangga dan Elena tampak menghabiskan waktu dengan bersama-sama mengelilingi api unggun. Sikap dan sifat Erlangga yang ramah mulai terlihat saat ia ikut membakar ayam dan Elena tengah ikut membakar jagung.“Ayo sini Ceu Emi ikut bakar jagungnya,” ajak Elena.Sedangkan ketiga lelaki, Dadang, Imam dan Erlangga membakar daging ayamnya. Dadang sengaja membawakan dua kursi rotan untuk diletakkan persis satu langkah dari api unggun dengan tujuan agar saat Erlangga dan Elena lelah, mereka bisa duduk di kursi rotan. “Er..., Jagung bakar punya kamu, pedes apa nggak?” tanya Elena mendekati tempat pembakaran ayam.“Dikit aja pedasnya, Lena. Ini ayam bakar kamu, gosong apa nggak? Hehehehehe...,” tawa Erlangga menggoda.“Awas aja kalau gosong, aku denda,” senyum Elena saat Erlangga menggodanya.Setelah matang, Emi membawa ayam bakar dan jagung bakarnya ke dalam Vila dan diletakkan pada meja makan di dalam Vila.Erlangga dan Elena yang masih berada diluar pun, kian merasakan hawa dingin at
Herlambang yang membawa Elena masuk ke dalam kamar, langsung merebahkan tubuh wanita cantik yang kian bertambah cantik seiring dengan kedewasaan dirinya dan pintarnya ia merawat diri. Setelah itu, Herlambang kembali ke ruang santai dengan membawa selimut tebal dan menyelimuti Erlangga yang tampak kacau berbaring pada permadani yang cukup tebal dengan pemanas di ruangan itu.Herlambang juga memunguti pakaian Elena yang berceceran di atas permadani dan membawanya ke dalam kamar. Sesampai di kamar, Herlambang yang masih berpakaian lengkap hanya mondar-mandir seraya memandang keindahan bentuk tubuh Elena dengan. Jakun yang turun naik. Bahkan, batang kelelakiannya pun telah pula berdiri tegak.Didekatinya tubuh nan elok wanita cantik yang telah membuatnya kecanduan. Teringat masa-masa gila kala mereka melakukan kenikmatan di lantai 14. Hasratnya seketika timbul. Matanya jelalatan memandang bentuk ternikmat yang sangat dirindukannya.Dengan napas menderu, dicium dengan lembut dan sangat
Sesampai di dalam kamar, Elena hanya bisa menangis sembari memegang perutnya. Ia benar-benar sangat terpukul dengan perilaku Herlambang yang dengan sengaja masuk dan tidur di sebelahnya.Dengan terus memegang perutnya Elena menangis dan berdialog pada calon bayinya, “Dek, maafkan mama..., Sekarang papa nggak akan kembali lagi sama kita..., hikss..., Maafkan mama, sayang. Mama terlalu banyak kesalahan sama papa. Mama menyesal, maafkan mama, sayang..., hikss...”Atas rasa sedih dan sesalnya Elena terus berdialog pada jabang bayi yang dikandungnya. Keinginan besarnya untuk tidak bercerai dan kembali pada Erlangga semata karena ia ingin darah daging Erlangga, yang dikandungnya saat ini kelak akan mendapatkan kasih sayang dari ayahnya sendiri.Namun saat semua harapannya hancur, Elena yang bersikeras untuk kembali pada Erlangga akhirnya mencoba untuk menghubungi lelaki muda nan tampan itu. Tetapi, panggilannya di reject oleh Erlangga.Setelah itu, Elena pun mengirimkan pesan pada Erlan
Bella yang hatinya tengah bergembira pun melangkah ringan memasuki lift untuk menuju ke apartemen lelaki yang dicintai dengan membawa tas kanvas berisikan makanan kesukaan Erlangga dan dirinya.Sesampai di depan pintu kamar apartemen Erlangga, wanita cantik yang tergila-gila dan sangat terobsesi pada Erlangga itu pun memanggil nama Erlangga tanpa mengetuk pintu kamar apartemen lelaki itu dengan suara manjanya.“Er..., Erlangga..., Buka pintunya...,” panggil Bella tanpa mengetuk pintu.Berulang kali Bella memanggil nama pemuda tampan itu, namun tidak ada sahutan dari dalam apartemen, hingga membuat penghuni apartemen disebelah kamar Erlangga yang kebetulan keluar kamar menasihati Bella.“Mbak, diketukan aja pintunya. Mungkin orangnya mandi atau ketiduran,” ucap seorang wanita seumuran Bella.Mendengar ucapan wanita tetangga sebelah apartemen Erlangga membuat raut wajah Bella yang manis menjadi jutek dan menimpali omongan wanita yang sambil lalu melewati dirinya saat berada di depa