Share

Bab 5 : Kangen & Benci

Sekitar jam 8 pagi, suara ponsel Erlangga berdering. Hal itu membuat lelaki tampan yang pagi itu masih terlelap dalam kantuknya memicingkan matanya dan meraih ponsel pada nakas sebelah tempat tidurnya.

“Halo,” sapa Erlangga dengan kedua mata yang masih terpejam tanpa melihat nama yang ada di depan layar ponselnya.

“Er ... Jam berapa ke rumah? Papimu udah ke Bandara dan Elena ada di rumah,” ujar Tiara menghubungi putranya.

“Ya Mii..., Er mau mandi dulu,” jawab Erlangga.

“Udahlah cuci muka aja. Nanti disini mandinya..., Biar kita bisa sarapan bersama Elena,” perintah Tiara.

“Aduh..., Mami ini, Er risih..., lagi pula Er masih belom bis...”

“Erlangga...! Tolong untuk kali ini kamu ikuti apa kata Mami! Apa Bella disana..., makanya kamu merasa keberatan dengan saran Mami?” tanya Tiara curiga atas keberadaan Bella di apartemen putranya.

“Bella nggak tidur disini..., Ya udah sekarang Er cuci m.ka, langsung ke rumah,” sahut Erlangga tanpa ingin membantah perintah Tiara.

Erlangga pun mencuci mukanya dan turun dari lantai 7 dari 32 lantai di apartemen tersebut. Kemudian lelaki tampan itu pun berjalan menuju parkir dan masuk ke dalam mobilnya. Setelah itu, mobil pun meluncur keluar area Apartemen menuju jalan raya.

Di sepanjang jalan itu, Erlangga terus memikirkan pertemuannya dengan Elena. Seorang wanita yang sangat dicinta dan dibencinya. Seorang wanita yang telah berselingkuh dengan orang yang sangat dikasihinya pula. Mengingat kejadian itu, membuat hati Erlangga sakit kembali.

“Huufff..., Sialan, ternyata masih sakit juga hati gue. Tapi..., Kenapa jantung gue berdebar seperti ini ya?” tanya Erlangga bermonolog dibelakang setir.

Lelaki tampan itu pun menurunkan kaca yang berada persis bagian atas depannya. Dilihat wajahnya yang tampak acak-acakan dan lelaki itu membersihkan wajahnya kembali dengan tisu basah.

“Waduh, muka gue nggak banget..., Nanti dipikir Elena, gue kagak ngurus diri gara-gara dia. Hmmm..., Gimana caranya gue ganti tshirt nih? Bau kagak sih badan gue?” Erlangga kembali bermonolog dengan mencium dirinya di sekitar ketiak dan tshirt bagian dadanya.

Dicari parfum yang biasa dibawa dalam tas selempang miliknya. Setelah mendapatkan parfum tersebut, Erlangga pun menyemprotkan wewangian itu pada tubuhnya.

Terlihat wajah Erlangga begitu semeringah kala ia merasa tubuhnya telah wangi dan timbul kepercayaan dirinya saat akan bertemu dengan Elena, istri yang masih SAH ia nikahi. Erlangga pun tersenyum sendiri dan terkejut dengan dering teleponnya.

“Ya Bel,” sapa Erlangga kala dilihat Bella menghubunginya.

“Udah di rumah mami ya?” tanya Bella dalam sambungan telepon.

“Belom..., Gue kesiangan. Ini udah mau deket. Ada apa telepon?” balik tanya Erlangga.

“Kok elo tanyanya kayak gitu? Apa karena baru mau ketemu Lena..., Jadinya elo ngomong begitu sama gue! Pasti pagi-pagi banget elo udah mandi dan bingung ya cari pakaian yang cocok...? Apalagi elo kan udah lama tuh nggak ketemu cewek itu! ” ketus Bella menanggapi ucapan Erlangga.

“Bel...! Asal elo tau..., Gue ke rumah nyokap aja nggak mandi..., Apalagi mikirin baju apa yang mau gue pakai. Sedikit pun, gue kagak ada mikirin Elena,” sanggah Erlangga dengan nada kesal.

“Masa??? Coba alihkan jadi video call,” pinta Bella pada sang tunangan.

Erlangga pun menempatkan ponselnya pada tempat ponsel dekat setirnya dan mengganti panggilan tersebut jadi video call. Setelah itu, Bella pun melihat Erlangga yang sama sekali tidak mengganti pakaiannya, karena terakhir kali mereka video call Erlangga memakai pakaian yang sama seperti saat ini.

Melihat hal itu lewat video call, Bella pun meminta maaf pada Erlangga. Namun, lelaki tampan yang marah itu hanya melirik dan fokus di belakang setirnya.

“Er..., Gue minta maaf ... udah nuduh elo macam-macam...,” sesal Bella atas ucapannya yang menuduh dan ngegas pada Erlangga, kala dilihat kekasih hati yang dicintanya tampak marah.

“Puas lo?!” ketus jawaban Erlangga saat berhenti di lampu merah terakhir dekat kompleks perumahannya.

“Gue minta maaf..., Er...,” ulang Bella atas perasaan salahnya.

“Asal elo tau...! Gue paling kagak suka dituduh macam-macam sala elo! Harusnya elo berpikir positif. Kalau emang elo kagak percaya gue..., Mendingan elo cari lelaki lain...,” sengit Erlangga atas memandang tajam ke arah Bella lewat sambungan video call.

“Er..., Gue kan, takut kehilangan elo, makanya seperti ini..., kenapa sih omongan elo kayak gitu, serius gue minta maaf, Er...,” keluh Bella.

“Bosen gue Bel.., sama kata maaf dari elo. Nggak ada kata lain yang bisa jadi jaminan kalau elo kagak cemburu lagi?!” bentak Erlangga kesal.

“Er..., Maaf. Serius gue nggak akan cemburuan lagi, terutama sama Elena. Serius, Er...,” lirihnya takut saat dilihat raut wajah kecut dan intonasi Erlangga yang meninggi.

“Inget tuh! Satu lagi, jangan telepon gue waktu di rumah mami. Gue kagak mau waktu gue sama mami terganggu. Kalau gimana elo kirim pesan aja,” pinta Erlangga dengan intonasi melunak.

“Tapi Er..., Masa gue sama sekali nggak boleh telepon elo? Gue selalu kangen sama elo, Er...,” ucapnya kecewa.

“Gini aja..., Gue yang akan hubungi elo..., Jadi elo tunggu aja. Ngerti kan maksud gue?” tanya Erlangga yang telah menyerang dan kini persis di depan rumahnya.

“Iya...,” jawab Bella.

“Gue udah sampe rumah mami. Udah dulu yaa. Ingat....”

“Er..., Tunggu! Gue mau cium elo virtual..., deketin muka elo..., sayang...,” pinta Bella.

“Cup...!”

Terlihat Erlangga menarik napas panjang seiring dengan dimatikannya ponsel mereka dan mobil miliknya masuk ke dalam halaman rumah mewah Herlambang. Sejenak Erlangga terdiam di dalam mobil sembari melihat ke kiri dan kanan serta pilar yang tampak tetap gagah di tempatnya.

“Nggak ada yang berubah,” ucap Erlangga bermonolog lalu membuka pintu mobilnya.

Baru saja pintu mobil dibuka, Erlangga disambut oleh seorang pelayan muda yang tidak ia kenal dan bertanya padanya, “Maaf..., Bapak mau bertemu siapa?”

Mendengar pertanyaan pelayan muda tersebut, Erlangga pun menatap sinis gadis belia berusia 19 tahun itu, namun gadis itu justru membalas tatapan Erlangga, hingga membuat wajahnya memerah.

“Kurang ajar sekali kamu! Siapa namamu?!” tanya Erlangga penuh rasa marah.

Terlihat Dimas menghampiri Erlangga dan menyapanya serta menegur pelayan muda tersebut.

“Selamat datang Tuan muda.... Maaf, ini Ami pelayan baru, Tuan..., ” sapa Dimas menunduk dan Ami pun melakukan hal yang sama seperti Dimas.

Tanpa menjawab sapaan Dimas, Erlangga pun berlalu dari halaman menuju undakan menuju teras. Sesampai di teras terlihat Tiara menyambut putra kesayangannya dengan pelukan hangat.

“Sayang..., Terima kasih kamu sudah datang. Mami kangen kamu, Er...,” sambut Tiara.

Erlangga tak berkata sepatah kata pun, yang dilakukan hanya memeluk dan mencium kedua pipi Tiara dengan perasaan tak menentu.

Entah mengapa jantungnya berdetak lebih kencang kala kakinya melangkahkan kakinya menuju ruang tamu dan kini detak jantungnya kian terasa lebih kencang saat kakinya menuju ruang keluarga dan akhirnya....

Deg!

Jantungnya berdebar tak menentu saat dilihat, perempuan yang dicintanya sedang berdiri menatapnya dengan kerinduan, diantara ruang keluarga dan ruang makan menyambut dirinya. Seketika balur kerinduan menyergap dirinya. Ada rasa sedih, rindu dan marah pada sosok wanita yang dicintanya.

Dalam hati terdalam Erlangga pun berbisik, ‘Sial...! Ternyata gue masih cinta sama Lena.”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ozy
berharap er SM lena bersatu lg
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status