Share

Bab 2-Penyelamatan

"Hei ... lo ngapain?" tegur salah seorang cowok, yang tadi sempat menolong Mila.

"Kenapa lo malah ngerusak properti kami?" hardiknya kemudian. Tetapi, tidak Arletta tanggapi sama sekali. Tentu saja. Melihat keacuhan Arletta, cowok itu pun mulai meradang dan ...

"Let, lo ngapain?" Dita ikut mendekat dan bertanya bingung pada gadis yang dikenalnya sebagai sahabat artis binaannya tersebut.

"Diem dulu," sahut Arletta masih acuh. Tanpa mengalihkan pandangan sedikit pun pada Dita, dan terus fokus pada pecahan kaca di hadapannya.

"Tapi lo ngapain, sih? Lo jangan bikin situasi makin kacau, bisa?"

"Ck, nanti juga lo tahu."

"Ta--"

"Heh?! Lo siapa, sih?" Pria tadi kembali menghardik. Menyela Dita. "Kok, songong banget jadi orang. Lo artis baru, ya? Lo--"

"Nah, ini dia!" seru Arletta kemudian dengan tiba-tiba, memotong omelan pria berkaos maroon itu. Seraya mengangkat sebuah bilah pecahan kaca yang memanjang.

Setelah menemukan yang dia cari. Arletta pun segera meletakan pecahan kaca itu sedikit menjauh, dari pecahan lainnya. Kemudian, tiba-tiba saja membuka sepatu, kaca mata baca, dan hodie yang sedang dia gunakan. Membuat semua mata terbelalak kaget melihatnya.

Entah apa yang membuat mereka kaget seperti itu? Karena saat ini, sekalipun Arletta sudah menanggalkan Hodie yang dia kenakan. Arletta masih memakai tangtop sport bertali lebar. Bahkan masih mengenakan celana jeans yang tak ikut ditanggalkannya juga. Jadi, Arletta tidak telanjang sama sekali.

Lalu kenapa mereka semua kaget begitu? Seakan baru saja melihat orang sedang telanjang bulat. Aneh!

Mengabaikan semua mata yang tengah fokus padanya, Arletta pun segera menyerahkan barang-barang yang dia tanggalkan pada Dita kembali begitu saja.

"Titip," ucap Arletta tanpa beban. Sebelum membuka ikat rambutnya, melilitkan pada pecahan beling yang sudah dipilih tadi, kemudian tiba-tiba menceburkan diri ke dalam kolam renang. Di mana Mila sudah menanti pertolongan dengan nelangsa.

Melihat kedatangan Arletta. Seakan semangat Mila kembali muncul. Gadis itu menyambut kehadiran sahabatnya dengan tatapan haru, seakan menemukan harapan yang baru.

'Letta, tolongin gue!' Arletta membaca tatapan Milla demikian.

Gadis itu mengangguk, berusaha menenangkan Karmila. Sayangnya, kedua pria yang ada di sana ternyata tak membiarkan Arletta begitu saja.

Mengetahui apa yang Arletta bawa. Kedua pria itu pun menyangka jika Arletta ingin menyakiti Mila. Itulah kenapa, kedua pria itu menyusul masuk ke dalam air dan mencoba menghentikan Arletta.

Bahkan satu di antara mereka langsung menarik Arletta, dan menjauhkannya dari Mila. Arletta dan pria itu sempat bersitegang di bawah air. Sebelum akhirnya pria berkaos putih itu menarik lengan Arletta ke atas, tepatnya ke permukaan Air.

"What the hell!! Apa yang om lakukan?" protes Arletta tak terima. Saat sudah berhasil memunculkan kepalanya di permukaan air.

Om? Sebenarnya pria itu ingin sekali protes dengan panggilan Arletta. Dia merasa belum setua itu hingga harus dipanggil 'Om'. Beruntung pria itu cukup waras, untuk tak mempermasalahkan hal itu sekarang.

"Ada juga saya yang tanya, kamu ngapain bawa beling kaya gitu? Kamu Mau celakain Karmila?" tanya balik pria itu, tak bersahabat sama sekali.

"Justru saya mau menolong Mila dengan ini!" Arletta sengaja mengacungkan pecahan beling itu ke arah si pria berkaos polos di hadapannya. Pria itu langsung memundurkan tubuhnya secara refleks.

"Apa maksud kamu?" tanya pria itu lagi. Sambil terus waspada dengan menatap pecahan beling di tangan lalu bergantian pada wajah gadis dihadapannya, yang ternyata lumayan cantik.

Ralat, bukan lumayan cantik. Tapi sangat cantik!

"Makanya jangan ganggu! Nanti juga Om ngerti dengan maksud saya," jawab Arletta galak. Seraya kembali menyelam ke dasar kolam. Tepatnya ketempat Mila yang benar-benar sudah kepayahan.

"Om, lagi!" gerutu pria itu diam-diam, kemudian menyusul di gadis asing.

'Sabar, Mil. Gue pasti nolongin lo.' Arletta membatin.

Seperti halnya tadi. Si cowok berkaos maroon pun langsung ingin menghalangi tindakan Arletta. Membuat gadis itu kembali dengan sengaja mengacungkan pecahan beling di tangannya kehadapan pria itu. Hingga pria itu langsung mundur menghindar.

Setelahnya, tak ingin lebih membuang waktu, Arletta pun langsung menarik bagian rok gaun yang Mila kenakan, dan menusukan pecahan beling itu ke sana perlahan agar tidak melukai kaki sahabatnya.

Akan tetapi, ternyata rok gaun Mila itu lumayan tebal. Membuat Arletta lumayan kesulitan dalam merobeknya. Belum lagi tekanan air yang juga membatasi geraknya. Tak ayal, Arletta pun harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk melakukan pekerjaannya.

Namun, bukan Arletta namanya jika menyerah begitu saja. Karena sekalipun pecahan beling itu sudah mulai melukai tangannya sendiri. Arletta tetap tak menyerah, dan terus berusaha merobek gaun itu.

'Ayolah!' batin Arletta meraung kesal.

Akhirnya, perlahan tapi pasti. Gaun itu pun mulai terkoyak beling, dan harapan Arletta kembali terpacu.

'Sabar, Mil. Sebentar lagi!' Semangat Arletta kembali menyala.

Setelah pecahan itu masuk menusuk rok gaun Mila. Arletta pun mulai merobeknya dengan arah menyamping. Mengitari Milla dan membuat Gaun yang tadinya memiliki rok panjang menjuntai. Kini menjadi mini dress.

Siapapun perancang gaun tersebut. Arletta benar-benar minta maaf karena telah merusak hasil karyanya. Bukan Arletta tak mau menghargai hasil karya orang. Hanya saja, saat ini nyawa Mila lebih berharga dari apa pun.

Selesai dengan bagian bawah gaun Mila yang sudah terkoyak seluruhnya. Arletta pun membuang beling di tangannya begitu saja. Kemudian langsung meraih tubuh Mila.

Di bawah tatapan kedua pria yang sempat menghalangi aksinya. Arletta mengangkat tubuh Mila kepermukaan air, tanpa kesulitan sedikit pun. Membuat mata kedua pria itu melotot horor, dengan mulut menganga tak percaya.

Bagaimana bisa?

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Fransisko Vitalis
akhirnya mila dapat diselamatkan sahabatnya arletta
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status