"Aku benci cuaca panas, Katya. Aku juga benci pantai. Dan sebenarnya... pekerjaanku hari ini juga padat sekali. Tapi entah kenapa selama seharian ini, yang aku pikirkan hanyalah kamu." Suara maskulin yang mengalun lembut disertai sorot teduh yang teroancar dari manik gelap Gaffandra itu membuat Katya terpaku. Semula ia ingin marah karena pria di depannya ini sangat lancang mencium bibirnya di depan umum, yang bisa saja terlihat oleh adik-adik asuhnya!Namun kini semua kalimat kesalnya pun tertelan kembali, membuatnya hanya menatap Gaffandra tanpa berkata-kata. Senyum kecil kembali terukir di wajah pria itu melihat keterdiaman Katya. Satu cubitan gemas pun ia layangkan ke pipi gadis itu."Sadar nggak sih, kalau kamu itu imut, ngangenin dan bikin candu, hm?" "Aaw!!" Katya memegang pipinya yang barusan dicubit oleh Gaffandra dengan satu tangan, namun tiba-tiba saja tangannya yang bebas ditarik hingga berdiri oleh pria itu. "Ayo ikut, ada yang ingin aku tunjukkan." Gaffandra tersenyu
"Kak, kok badanku disabunin lagi, sih? Kan tadi udah?" Katya tersentak mendengar protes kecil salah satu adik asuhnya yang bernama Mira, yang terlihat heran karena Katya kembali membalurkan sabun ke seluruh tubuhnya untuk yang kedua kalinya."Eh? Aduh, maaf ya, Ra. Kakak lupa." Ringis Katya meminta maaf. Gadis itu pun buru-buru membilas tubuh mungil Mira dengan air."Kebanyakan ngelamun sih, itu pasti lagi mikirin Pak Gaffandra kan? Hahaah...," celetuk jahil Nala, yang juga sama-sama berada di kamar mandi membantu Katya memandikan adik-adiknya yang lain."Jangan ngaco, La! Siapa juga sih yang ngelamun?" ujar Katya yang kemudian dengan sengaja menyipratkan air hingga mengenai wajah Nala.Nala menjerit kaget, tapi kemudian membalas Katya dengan mencipratkan air lebih banyak hingga kakak asuhnya itu pun basah kuyup. Malah gadis remaja itu bersikap semakin sadis, dengan menyemprotkan isi botol shampo ke rambut Katya.Memang sih, Katya belum mandi karena lebih mendahulukan adik-adiknya s
"Om, Kak Katya katanya lagi sakit ya?"Gaffandra yang baru saja keluar melalui pintu kamar, tersenyum kepada seorang anak kecil yang berdiri di depannya dengan wajah cemas. Ia mengajak anak kecil itu untuk berjalan menjauhi kamar agar Katya yang sedang terlelap tidak terganggu."Iya, benar. Tapi dia sudah minum obat dan sekarang sedang beristirahat," sahut pria itu sembari mengusap kepala Mira, anak kecil yang barusan bertanya.Tadi Mira sengaja menunggu di depan pintu kamar utama, yang ia dengar kalau Katya dibawa ke dalam sana dalam gendongan Gaffandra. Jiwa polosnya pun seketika ketakutan, beranggapan jika sesuatu yang parah terjadi pada kakaknya."Kak Katya nggak pernah sakit," guman Mira sambil tertunduk lesu, lalu tiba-tiba mengangkat wajahnya menatap Gaffandra."Apa Kak Katya akan sembuh lagi, Om?"Pria itu sedikit merasa tak nyaman saat mendengar kalimat Mira tentang Katya yang tidak pernah sakit sebelumnya, dan ia sangat yakin sekali kalau itu tidak benar. Bukan tidak pernah s
"Pagi ini Bapak sudah ditunggu meeting dengan klien dari Singapore, lalu lanjut meeting dengan bagian human capital dan produksi, Pak." Nina, sekretaris Gaffandra memberitahukan jadwal kegiatan bosnya itu yang akhir-akhir ini sangat padat dan cukup melelahkan. Ditambah lagi hampir setiap hari ia mampir ke rumah sakit, untuk menemui sang kakek yang masih belum pulih karena serangan jantung beberapa hari yang lalu.Gaffandra adalah cucu tertua keluarga Adhyatama selain adik tirinya Kayden yang masih berusia 7 tahun, dan Mahendra Adhyatama sangat menyayangi cucu pertamanya ini. Diam-diam Gaffandra mendesah pelan mendengar agenda hari ini yang selalu saja dipenuhi jadwal rapat sama seperti kemarin-kemarin.Rasanya ia lelah sekali, tapi entah kenapa akhir-akhir ini masalah di perusahaannya seolah tak ada habisnya. Gaffandra bisa saja mendelegasikan semuanya kepada bawahannya, namun beberapa hal yang krusial tak bisa ia tinggalkan begitu saja. "Baik, Nina. Terima kasih infonya." Nina
Hm... rasanya hangat dan nyaman sekali.Dengan kedua maniknya yang masih tetap terpejam rapat, Katya pun memulas secarik senyum manis di wajahnya.Katya yang biasanya tidur dengan memeluk guling jika sendirian, atau kadang bersama adik asuhnya jika mereka sedang sakit, untuk kali ini merasakan kenyamanan yang berbeda karena pelukan dari dua lengan kokoh yang melingkari tubuhnya dengan posesif.Tunggu sebentar. Lengan kokoh??Kelopak mata gadis itu pun membuka dengan tiba-tiba, menampilkan bola coklat gelap yang membelalak dengan lebar saat melihat seraut wajah tampan yang sedang terlelap dan berada begitu dekat dengan wajahnya.Kenapa Gaffandra bisa tidur di sampingnya?? Bukannya tadi...Sontak Katya memandangi sekelilingnya, dan heran karena tempat ini begitu asing. Bukannya tadi dia sedang tiduran di sofa? Kok bisa-bisanya sekarang dia malah berada di atas ranjang bersama Gaffandra?Katya bermakasud beranjak untuk bangun, namun ternyata gerakannya itu membuat pria di sampingnya iku
Katya mencengkram seprai erat-erat di tangannya hingga material kain itu pun menjadi terkumpul kusut dalam genggamannga.Saat ini posisinya sedang berbaring menyamping di atas ranjang, dengan rambut coklat kemerahannya yang berserakan di atas bantal serta beberapa helai yang jatuh di lehernya.Cahaya lampu yang terang membuat kilau keringat bagaikan ribuan berlian yang membasahi tubuh Katya, menambah aura sensual dan memukau pada sosoknya.Tubuh Katya tak henti tersentak-sentak, akibat hujaman yang ia terima dari Gaffandra yang berada di belakangnya.Suara erangan lirih yang lolos dari bibirnya pun tanpa ia sadari telah membuat pria itu semakin terpicu dan terbakar dalam kobaran hasrat yang menyala-nyala.Gaffandra menyingkap sebagian rambut Katya yang menutupi lehernya, untuk mendaratkan kecupan lembut serta gigitan pelan di ceruk lembut di sana. Sensasi bibir pria itu yang berkelana dan menggelitik di kulitnya membuat Katya semakin merintih, juga membuat Gaffandra semakin merapatkan
Dua suara langkah kaki terdengar memasuki rumah megah dua lantai itu. Langkah elegan bersepatu heels hitam, serta langkah kecil bersepatu kets merah muda.Langkah dari dua orang perempuan dengan usia yang terpaut jauh berbeda. Mereka berjalan dengan santai memasuki rumah milik Gaffandra, menaiki tangga lebar yang meliuk indah dilapisi karpet tebal yang mewah. Saat akhirnya tiba di depan kamar pribadi milik sang empunya rumah, langkah keduanya pun terhenti sejenak untuk mengetuk pelan pintunya. "Nggak ada yang jawab, Mih," ucap gadis kecil berkuncir dengan sepatu kets merah muda kepada wanita yang ia panggil Mamih."Mungkin Gaffandra sedang tidur," sahut si wanita yang jauh lebih tua itu sambil menghela napas. "Kita tunggu di bawah saja."Tapi si gadis yang lebih muda itu dengan santainya dan tanpa merasa berdosa, malah membuka pintu itu. "Cia! Ampuun... nih anak bener-bener!" Wanita yang dipanggil Mamih itu pun menepuk keningnya pasrah melihat putri kecilnya yang nyelonong masuk
"Kamu serius dengan Katya?" Gaffandra ganya tersenyum kecil mendengar pertanyaan Omanya yang bernama Adelia. "Kenapa bertanya begitu?" tanyanya balik.Wanita yang sebenarnya terlihat terlalu muda untuk dipanggil 'oma' itu pun mengerjap pelan dan menghela napas."Ya~ nggak apa-apa sih, cuma dia terlihat terlalu muda saja. Dan setahuku, selama ini sepertinya kamu lebih sering menjalin hubungan dengan wanita yang lebih dewasa, kan?" Gaffandra tak serta-merta menimpali pertanyaan Oma. Saat ini mereka sedang berada di ruang santai, dan pria itu lebih memilih untuk menghirup kopinya yang hari ini terasa sangat nikmat dibanding hari-hari biasa.Dan alasan dibalik kenapa kopinya terasa lebih nikmat, adalah karena Katya. Satu sudut bibir Gaffandra melekuk naik dengan samar, hampir tak terlihat bahwa diam-diam ia sedang menyeringai senang.Setelah berhari-hari mendamba tubuh Katya seperti orang gila, akhirnya kemarin hingga pagi ini Gaffandra pun dapat memuaskan dahaganya kepada gadis itu.