Hm... rasanya hangat dan nyaman sekali.Dengan kedua maniknya yang masih tetap terpejam rapat, Katya pun memulas secarik senyum manis di wajahnya.Katya yang biasanya tidur dengan memeluk guling jika sendirian, atau kadang bersama adik asuhnya jika mereka sedang sakit, untuk kali ini merasakan kenyamanan yang berbeda karena pelukan dari dua lengan kokoh yang melingkari tubuhnya dengan posesif.Tunggu sebentar. Lengan kokoh??Kelopak mata gadis itu pun membuka dengan tiba-tiba, menampilkan bola coklat gelap yang membelalak dengan lebar saat melihat seraut wajah tampan yang sedang terlelap dan berada begitu dekat dengan wajahnya.Kenapa Gaffandra bisa tidur di sampingnya?? Bukannya tadi...Sontak Katya memandangi sekelilingnya, dan heran karena tempat ini begitu asing. Bukannya tadi dia sedang tiduran di sofa? Kok bisa-bisanya sekarang dia malah berada di atas ranjang bersama Gaffandra?Katya bermakasud beranjak untuk bangun, namun ternyata gerakannya itu membuat pria di sampingnya iku
Katya mencengkram seprai erat-erat di tangannya hingga material kain itu pun menjadi terkumpul kusut dalam genggamannga.Saat ini posisinya sedang berbaring menyamping di atas ranjang, dengan rambut coklat kemerahannya yang berserakan di atas bantal serta beberapa helai yang jatuh di lehernya.Cahaya lampu yang terang membuat kilau keringat bagaikan ribuan berlian yang membasahi tubuh Katya, menambah aura sensual dan memukau pada sosoknya.Tubuh Katya tak henti tersentak-sentak, akibat hujaman yang ia terima dari Gaffandra yang berada di belakangnya.Suara erangan lirih yang lolos dari bibirnya pun tanpa ia sadari telah membuat pria itu semakin terpicu dan terbakar dalam kobaran hasrat yang menyala-nyala.Gaffandra menyingkap sebagian rambut Katya yang menutupi lehernya, untuk mendaratkan kecupan lembut serta gigitan pelan di ceruk lembut di sana. Sensasi bibir pria itu yang berkelana dan menggelitik di kulitnya membuat Katya semakin merintih, juga membuat Gaffandra semakin merapatkan
Dua suara langkah kaki terdengar memasuki rumah megah dua lantai itu. Langkah elegan bersepatu heels hitam, serta langkah kecil bersepatu kets merah muda.Langkah dari dua orang perempuan dengan usia yang terpaut jauh berbeda. Mereka berjalan dengan santai memasuki rumah milik Gaffandra, menaiki tangga lebar yang meliuk indah dilapisi karpet tebal yang mewah. Saat akhirnya tiba di depan kamar pribadi milik sang empunya rumah, langkah keduanya pun terhenti sejenak untuk mengetuk pelan pintunya. "Nggak ada yang jawab, Mih," ucap gadis kecil berkuncir dengan sepatu kets merah muda kepada wanita yang ia panggil Mamih."Mungkin Gaffandra sedang tidur," sahut si wanita yang jauh lebih tua itu sambil menghela napas. "Kita tunggu di bawah saja."Tapi si gadis yang lebih muda itu dengan santainya dan tanpa merasa berdosa, malah membuka pintu itu. "Cia! Ampuun... nih anak bener-bener!" Wanita yang dipanggil Mamih itu pun menepuk keningnya pasrah melihat putri kecilnya yang nyelonong masuk
"Kamu serius dengan Katya?" Gaffandra ganya tersenyum kecil mendengar pertanyaan Omanya yang bernama Adelia. "Kenapa bertanya begitu?" tanyanya balik.Wanita yang sebenarnya terlihat terlalu muda untuk dipanggil 'oma' itu pun mengerjap pelan dan menghela napas."Ya~ nggak apa-apa sih, cuma dia terlihat terlalu muda saja. Dan setahuku, selama ini sepertinya kamu lebih sering menjalin hubungan dengan wanita yang lebih dewasa, kan?" Gaffandra tak serta-merta menimpali pertanyaan Oma. Saat ini mereka sedang berada di ruang santai, dan pria itu lebih memilih untuk menghirup kopinya yang hari ini terasa sangat nikmat dibanding hari-hari biasa.Dan alasan dibalik kenapa kopinya terasa lebih nikmat, adalah karena Katya. Satu sudut bibir Gaffandra melekuk naik dengan samar, hampir tak terlihat bahwa diam-diam ia sedang menyeringai senang.Setelah berhari-hari mendamba tubuh Katya seperti orang gila, akhirnya kemarin hingga pagi ini Gaffandra pun dapat memuaskan dahaganya kepada gadis itu.
"Bye, girls. Have fun there." Gaffandra dan Katya berdiri sambil melambaikan tangan mereka, tersenyum mengantarkan Oma Adelia dan Cia yang berada di dalam mobil yang bergerak perlahan keluar dari pintu gerbang rumah kediaman Gaffandra.Tujuan mereka adalah ke bandara, dimana Mahendra Adhyatama telah lebih dulu berada di sana untuk mengurus keberangkatan keluarganya ke Belanda malam ini juga."Haah, akhirnya duo pengganggu itu pergi juga." Suara desah penuh kelegaan yang menguar dari bibir Gaffandra membuat Katya tersenyum geli. Meskipun pria itu melabeli Oma Adelia dan Cia sebagai 'pengganggu', tapi Katya bisa merasakan kalau mereka saling menyayangi.Gadis itu merasakan tangan kekar yang tiba-tiba mendekap pundaknya dan sebuah kecupan singkat yang mendarat di puncak kepalanya."Masuk yuk? Udaranya lumayan dingin. Mungkin sebentar lagi akan hujan." Katya pun sontak mendongak, menatap ke arah langit malam tanpa bintang. Hembusan angin memang terasa agak dingin menyapa kulitnya, sepe
"Gimana, kamu suka?" Pertanyaan itu sesungguhnya telah dapat dijawab oleh manik coklat bening Katya yang sejak tadi membelalak tak berkedip memandangi sekitarnya dengan penuh kekaguman.Baru kali ini Katya menginjakkan kakinya di sebuah tempat tinggal yang super mewah selain rumah kediaman milik Gaffandra. Namun bangunan yang ia masuki kali ini posisinya terletak di lantai paling atas sebuah gedung tinggi, bukanlah rumah besar yang bertingkat.Rasanya Katya masih tak percaya, bahwa gadis yatim piatu miskin sepertinya akan pernah mengalami suatu masa dalam hidupnya untuk berkesempatan memasuki ruangan luas semewah ini. "Rasanya nggak mungkin banget kalau nggak suka, Pak. Ini terlalu indah," sahut Katya tanpa melepaskan pandangannya dari seluruh interior di dalam ruangan itu. Katya masih terpesona memandangi dinding kaca yang sangat panjang dan memperlihatkan pemandangan kota Jakarta dari ketinggian 38 lantai. Rasanya seperti sedang melayang di ketinggian. Hari ini banyak sekali ke
"Pak~""Daddy. Call me Daddy, Baby Girl." Katya tak lagi sanggup mendengar dengan jelas perkataan Gaffandra, karena pikirannya telah dipenuhi oleh panasnya gelora yang lebih berkuasa.Setiap kali Gaffandra menyentuhnya, Katya seolah dalam kondisi yang terhipnotis oleh tatapan dari bola mata gelap bagaikan jurang dalam yang tak berdasar milik pria itu.Tubuhnya tersentak-sentak pelan di atas pangkuan Gaffandra akibat hujaman pria itu dari bawah. Katya baru sekali merasakan bercinta dengan posisi duduk begini. Dan meskipun cukup melelahkan, namun sensasinya terasa benar-benar berbeda.Katya mengerang lirih ketika merasakan sengatan panas di garis pundaknya, saat bibir Gaffandra sedang menghisap kulitnya dengan kuat di sana. Ikut menambah jejak merah yang telah banyak tercipta.Puas menagut kulit pundak Katya, Gaffandra kini meninggalkan bekas kecupannya, dan menyeringai puas melihat banyak sekali tanda yang telah ia berikan pada tubuh sensual gadisnya. Ia akan terus menandai gadis ini
Manik coklat gadis itu lekat memandangi gedung-gedung tinggi yang melukis kota metropolitan Jakarta dengan cahayanya yang semarak dan benderang mewarnai malam. Indah sekali. Seumur hidupnya, baru kali ini ia merasakan berada di tempat yang setinggi ini, di antara kemegahan gedung-gedung lain di sekelilingnya. Sejak tadi suara decak kagum terus menguar dari bibir merah ranum itu sebagai apresiasi kekagumannya. Ia bahkan tak mempedulikan udara yang mulai terasa dingin karena ia sedang berdiri di balkon Penthouse, dan dirinya yang hanya mengenakan selimut untuk menutupi tubuhnya. Bukan karena ia malas mengenakan pakaian, namun karena Gaffandra yang sedang kumat sikap jahilnya itu sama sekali tak mengijinkannya. Bahkan pria itu pun dengan curangnya menyembunyikan pakaiannya di dalam walk in closet, lalu mengunci ruangan penuh pakaian itu.Maka tak mau, ia pun terpaksa mengambil selimut dan membalutkan material itu ke seluruh tubuhnya, daripada berjalan kesana kemari tanpa busana.CUP