"Aku adalah Saka Sadewa, pewaris tunggal keluarga Sadewa!"
Orang yang dikenal sebagai gembel kampus itu mengatakan sebuah pengakuan yang tak terduga dan sangat mencengangkan.Siapa yang bisa percaya, saat seorang 'gembel kampus' yang nunggak biaya kuliah, yang setiap hari menggunakan motor butut, mengakui dirinya sebagai pewaris tunggal orang terkaya di negeri ini?Rasanya tak akan ada, tapi Saka mengakuinya dengan penuh keyakinan."Kalian tentu tahu seberapa besar pengaruh keluarga Sadewa di negeri ini, kan? Jadi lepaskan aku kemudian tangkap dan lakukan penyelidikan untuk Damian Delangga! Aku yakin dia pelakunya," lanjut Saka dengan aura yang jauh dari kesan seorang gembel.Saka benar-benar ingin menunjukkan kekuatan dirinya di hadapan ketiga oknum polisi yang sudah bertindak sewenang-wenang terhadapnya.Ketiga oknum polisi itu pun jelas tersentak, mereka langsung mematung, saling tatap satu sama lain kemudian berakhir menatap Saka penuh selidik."Kamu ... pewaris tunggal keluarga Sadewa?" celetuk salah satu petugas sambil menyipitkan matanya menatap mata Saka penuh selidik.Saka mengangguk.Sementara, para petugas itu terlihat mulai ragu, terlebih saat melihat pakaian lusuh yang melekat di tubuh Saka.Akan tetapi, segala hal yang menyangkut keluarga Sadewa, maka hal itu bukanlah hal sepele. Mereka -Para polisi itu tentu tahu akan besarnya kekayaan, kekuatan, serta pengaruh keluarga Sadewa di negeri ini.Mereka yang hanya polisi berpangkat rendahan, tak akan sebanding dengan kekuatan keluarga Sadewa.Bahkan, kekuatan serta pengaruh keluarga Delangga pun tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan keluarga Sadewa.Mereka tahu bahwa mereka harus sedikit lebih berhati-hati.Salah satu polisi pun bergegas kembali ke meja, ia memeriksa ulang berkas terkait identitas Saka untuk memastikan kebenarannya.Setelah memeriksa berkas itu, sang oknum polisi pun langsung terkekeh sambil menggelengkan kepalanya dan berjalan kembali ke hadapan Saka."Kamu memanfaatkan nama belakangmu yang sama untuk menakut-nakuti kami, hah!" celetuk oknum polisi itu sambil menatap Saka dengan berkacak pinggang di hadapan Saka.Selain nama belakang yang sama, oknum polisi itu ternyata tak mendapati keterkaitan Saka dengan keluarga Sadewa."Apa aku terlihat sedang berbohong?" timpal Saka dengan tegas sementara kedua tangannya masih terborgol.Ketiga oknum polisi itu pun menajamkan matanya lebih dekat dan lebih lekat menatap Saka."Bagi kami, semua tahanan adalah pembohong!" ujar salah satu petugas sambil menempelkan telunjuknya di dada Saka dan menekannya dengan kuat.Mereka seperti sudah muak dengan ucapan Saka yang mereka kira merupakan sebuah kebohongan.Akhirnya, pukulan demi pukulan pun bertubi-tubi menghantam tubuh Saka.Saka yang diborgol tentu tak bisa melawan, tubuhnya seakan samsak yang sengaja dibuat untuk menerima setiap pukulan dan tendangan. Hajaran yang dilakukan oleh tiga orang oknum polisi yang terlatih itu cukup membuat Saka ambruk di atas lantai.Setelah ambruk, Saka langsung diseret.Mereka melepaskan borgol dari tangan Saka kemudian melemparkan tubuh Saka ke dalam sel sementara di sana."Dasar pemerkosa! Membusuklah kau di sana!""Bermimpilah jadi pewaris keluarga Sadewa!"BRUUUUUGH! Saka dilempar bagai sampah menjijikan.Saka meringis menahan sakit pada sekujur tubuhnya yang terasa remuk dan patah.Terlebih pada hatinya.***Selang beberapa jam berlalu, di sudut sel yang sempit, lembab, dan sedikit berdebu.Wajah tampan Saka kini terlihat penuh memar dan lebam, ia duduk sambil membayangkan sosok Anggia.Rasa sakit di tubuhnya mungkin tak seberapa jika dibandingkan dengan rasa sakit yang dialami Anggia yang menjadi korban pemerkosaan dalam kasus ini.Saka benar-benar tercabik hatinya atas kejadian ini, bukan tentang hal yang menimpa dirinya, tapi lebih tentang nasib Anggia yang harus terenggut kesuciannya.'Jika benar Anggia diperkosa, maka aku sangat yakin jika Damian yang melakukannya! Aku akan membuat dia menyesal seumur hidup!' rutuk Saka di dalam hatinya.Namun saat ini, Saka tak mampu untuk berbuat banyak.Para oknum polisi telah menghajarnya tanpa belas kasihan hingga ponsel Saka pun hancur di saku celananya.Maka dari itu, Saka tak bisa menelpon keluarganya, atau siapa pun.Namun di saat yang bersamaan, terdengar seorang wanita yang tengah berbincang di ruang lain tak jauh dari sel sana."Aku mau menemuinya."Suara seorang wanita itu terdengar begitu tak asing di telinga Saka.Saka mengerutkan keningnya, menajamkan pendengarannya.Ia sangat mengenali suara itu.Suara derap kaki kemudian terdengar, hingga tak lama kemudian, muncullah sosok wanita cantik dengan kemeja putih dan rok hitam pendek yang ketat hingga menampakkan pahatan tubuh yang begitu indah.Wangi farpum yang khas pun perlahan menelusup ke rongga hidung Saka."Bu Laura?"Saka bangkit kemudian berjalan mendekati jeruji besi yang kini menjadi pembatas baginya dan bagi Laura -dosennya."Kamu sahabatku, masalahmu jadi masalahku juga," ucap Saka sambil menoleh kepada Anggia yang terlihat berderai air mata.Wajah cantik Anggia kini nampam begitu rapuh paska kabar pemerkosaannya beberapa waktu yang lalu."Kita hanya kenal di kampus saja, selebihnya kita bukan apa-apa," timpal Anggia sambil mengusap air matanya dan balas menatap Saka.Selain kesedihan yang dalam, Saka juga melihat ada rasa takut yang kini dirasakan oleh Anggia.Anggia seperti takut untuk dekat atau pun berhubungan dengan Saka.Saka menilai bahwa hal itu ada kaitannya dengan Damian. Mungkinkan Anggia telah diancam oleh Damian?"Lebih baik kamu pergi, dekat denganmu hanya akan memperburuk keadaanku saja," lanjut Anggia dengan suara bergetar.Saka menarik napasnya dalam-dalam sambil menatap Anggia dengan lekat.Wanita di hadapannya adalah wanita lugu dan baik, kehidupannya kini berubah total dan menjadi berantakan karena ulah Damian."Dengar Anggia! Kehadiranku mungkin telah membuat hidupmu berantakan, tap
Semua mata terbelalak saat melihat Saka muncul dari mobil super mewah yang mereka tabu harganya selangit.Bu Ratna menggosok-gosok matanya untuk meyakinkan penglihatannya.Namun, apa yang ia lihat sangat jelas bahwa orang yang turun dari mobil itu adalah Saka.Sementara, Saka berjalan tegap seakan tidak menghiraukan semua mata yang mengarah padanya dengan penuh rasa tak percaya."Sa -Saka, a -apa itu mobilmu?" tanya Bu Ratna sambil menelan salivanya.Saka hanya tersenyum tipis kemudian membungkuk dan memungut tas serta dus-dus yang berisi barang-barangnya.Vinna masih terpaku sambil menatap Saka yang nampak lebih ganteng saja dengan mobil mewahnya."Aku pamit, ya, Bu. Sekali lagi terima kasih atas semuanya," ucap Saka sambil menenteng barang-barangnya untuk dimasukan ke dalam mobilnya."Tunggu, Saka! Apa benar ini mobilmu?" hadang Bu Ratna sambil menatap Saka.Saka menghela napasnya, ia menatap Bu Ratna dengan tatapan tenang namun cukup menusuk.Hinaan serta sikap Bu Ratna masih terng
"Kamu mau membangkang hanya karena mahasiswa miskin seperti dia!" sentak Bu Ratna kepada anaknya sambil menunjuk Saka."Kamu udah dewasa, Mama gak larang kamu jatuh cinta, tapi ya harus pilih-pilih, masa pria miskin seperti dia bisa buat kamu jatuh cinta!" lanjut Bu Ratna dengan tatapan nyinyir dan kesal kepada Saka."Tampan aja gak akan cukup, Vinna!" lanjutnya sambil menepuk pundak Vina untuk membuat anaknya mengerti.Vina langsung menyingkirkan tangan mamanya, ia mundur satu langkah seakan tak ingin dekat dengan ibunya yang sudah mengusir Saka."Pokoknya, jika Mama tetap mengusirnya maka aku pun akan pergi dari sini," tegas Vina sambil menatap Bu Ratna dengan tajam.Bu Ratna langsung terdiam, bagai mana pun juga dia sangat menyayangi Vina sebagai anak semata wayangnya.Sementara, Saka yang selesai memungut barang-barangnya langsung menghampiri Bu Ratna dan Vina yang tengah berditegang.Rupanya sedari tadi Saka merasa tak nyaman atas pertengkaran ibu dan anak di hadapannya."Ini ...
"Diamlah, aku akan membuatmu merasakan nikmat!" ucap Smith sedikit membentak sambil berusaha untuk menarik celana dalam Laura.Laura menangis, ia tak rela kesuciannya direnggut oleh lelaki tua ini.Meski Smith adalah suaminya, tapi Laura tidak mencintainya, pernikahannya ini pun merupakan sebuah keterpaksaan.Sementara, Smith nampak sudah tak tahan, perkakasnya sudah mengeras dan siap untuk dilesakkan.Perlahan jarinya menarik celana dalam Laura ke arah bawah.Jantung Smith terlihat naik turun seiring napasnya yang sudah tak beraturan.Tenaga Smith cukup kuat hingga Laura tak bisa lagi untuk melepaskan dirinya.Tenaga Laura hampir habis, Laura hampir pasrah dan menyerahkan tubuhnya, hingga tiba-tiba saja wajah Saka melintas dalam pikirannya.Ketidakrelaan semakin kuat dalam benak Laura hingga tanpa sengaja juru matanya menangkap sebuah vas bunga di sebuah nakas di sampingnya.Tanpa pikir panjang, tangan kanan Laura merogoh kanvas bunga itu kemudian menghantamkannya ke kepala Smith.BR
Saka duduk di dalam mobil mewahnya ia menatap Damian, Wilma, beserta mahasiswa lainnya yang nampak terbelalak.Mereka tak percaya jika mobil yang sedari tadi mereka kagumi kini dinaiki oleh Saka yang mereka kenal sebagai gembel kampus.Siapa yang bisa percaya jika orang yang mereka kenal sebagai mahasiswa miskin memiliki mobil super mewah yang diproduksi terbatas bahkan hanya ada satu di negeri ini.Sementara, Saka tersenyum tipis, ia mengenakan kacamata hitamnya kemudian menekan sebuah tombol hingga kaca jendela mobilnya terbuka dengan mulus.Wajah tampannya menyembul dan terlihat mempesona saat ia duduk di kursi kemudi mobil idaman itu.BRUUUUUUM! BRUUUUUM! BRUUUUM!Dengan sengaja Saka menginjak-nginjak pedal gas mobilnya untuk memanas-manasi Damian dan mahasiswa lainnya yang masih mematung dan tercekat.Tanpa banyak berkata lagi, Saka pun melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu.Wilma menelan salivanya.'A -apa itu mobilnya? Sial, kenapa aku lihat gembel itu menjadi begitu tampa
Jetrek! Jetrek!Para Mahasiswa sengaja mengabadikan momennya bersama sebuah mobil mewah yang kabarnya hanya ada satu di negeri ini.Mereka meng-uploudnya ke media sosial mereka hingga mendapatkan komentar serta like yang cukup banyak."Aku kira ini mobilmu, Damian?" ucap Jerry sambil menatap mobil Bugatti Divo berwarna hitam legam dengan penuh kekaguman.Damian yang disinyalir merupakan orang terkaya di kampus ini mengerutkan keningnya sambil menatap mobil yang sejatinya ia inginkan namun tidak mampu untuk ia beli dengan harga yang sepantastis itu."Pemiliknya pasti bukan dosen atau mahasiswa di sini, kamu tahu kan, di kampus ini tidak ada orang yang lebih kaya dariku," ucap Damian sedikit kesal karena pamornya merasa tersaingi.Bahkan Wilma pun terlihat begitu terkesan hingga matanya tak berkedip menatap mobil mewah itu."Mobilnya bangus banget, Mas. Kamu beli deh mobil kayak begini," ucap Wilma sambil bergelayutan di tangan Damian."Apa kamu gila, mobil ini harganya hampir 100 Milya